Liputan6.com, Jakarta - Agitasi adalah kondisi emosional yang dialami oleh banyak orang dan dapat meliputi perasaan jengkel, gelisah, atau gugup. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres kerja, stres sekolah, merasa sakit, tekanan teman sebaya, atau kondisi medis tertentu. Gejala agitasi dapat bervariasi, termasuk perasaan tidak enak, dorongan untuk bergerak tanpa tujuan, mudah tersinggung, kurang kesabaran, kegugupan, perilaku keras kepala, dan kegembiraan yang berlebihan.
Baca Juga
Advertisement
Agitasi bisa menjadi pertanda adanya gangguan jiwa tertentu, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan bipolar. Selain itu, kondisi medis seperti gangguan hormon, ketergantungan atau penarikan alkohol, autisme, dan gangguan neurologis juga dapat menyebabkan agitasi. Penting untuk mencari pengobatan yang tepat dan mendukung bagi mereka yang mengalami agitasi agar dapat mengelola dan mengurangi gejala yang dialami.
Agitasi adalah dapat memiliki dampak yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Dampaknya meliputi gangguan hubungan sosial, kesulitan dalam pekerjaan atau sekolah akibat kesulitan berkonsentrasi, dan pengaruh negatif terhadap kesehatan fisik dan mental. Agitasi juga dapat berisiko terhadap keamanan, dengan kemungkinan terjadinya perilaku agresif atau tindakan melawan hukum. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengatasi agitasi dengan pendekatan yang sesuai, termasuk pengelolaan stres, dukungan sosial, dan pengobatan yang tepat jika diperlukan.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang agitasi dalam medis, lengkap penyebab, gejala dan cara mengatasinya, Senin (1/7/2023).
Perasaan Jengkel, Gelisah, Gugup
Agitasi dalam medis merujuk pada perasaan jengkel, gelisah, atau gugup yang bisa dialami oleh sebagian besar orang. Healthline, sebuah sumber medis terpercaya, menjelaskan agitasi adalah kondisi yang dapat dipicu oleh tindakan, kata-kata, peristiwa, atau dalam beberapa kasus, tanpa alasan yang diketahui.
Dalam jurnal penelitian berjudul "Agitation in cognitive disorders: International Psychogeriatric Association provisional consensus clinical and research definition" yang ditulis oleh Jeffrey Cummings, dkk pada tahun 2014, agitasi dalam medis adalah dijelaskan sebagai perilaku yang menunjukkan tekanan emosional yang konsisten.
Gejala agitasi dapat bervariasi dan mencakup beberapa hal. Seseorang yang mengalami agitasi bisa merasakan perasaan tidak enak atau ketidaknyamanan yang membuatnya gelisah. Mereka juga bisa merasakan dorongan untuk terus bergerak tanpa tujuan yang pasti. Sifat mudah tersinggung juga bisa muncul meskipun pada hal yang seharusnya sepele, serta kurangnya kesabaran dan perasaan gugup saat agitasi menyerang. Beberapa orang yang mengalami agitasi juga dapat menunjukkan perilaku keras kepala dan kegembiraan yang berlebihan.
Psikologi Universitas Medan Area menjelaskan agitasi adalah kondisi yang dapat menjadi pertanda adanya gangguan jiwa tertentu. Dalam beberapa kasus, agitasi dapat menjadi indikasi adanya kondisi medis yang mendasarinya, terutama gangguan kesehatan mental yang dapat mengganggu keseharian seseorang. Agitasi bisa muncul secara tiba-tiba atau berkembang seiring waktu, dan bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Durasi agitasi ini dapat bervariasi, mulai dari beberapa menit hingga berbulan-bulan.
Masih melansir dari sumber yang sama, pada tahap awal, agitasi dapat ditandai dengan gejala seperti mudah tersinggung, gelisah, atau jengkel. Namun, ketika agitasi semakin parah atau serius, seseorang mungkin mulai menunjukkan perilaku yang lebih intens. Mereka bisa mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas, menggunakan kata-kata kasar, mengepalkan tinju, atau bahkan berperilaku agresif dan mengancam orang lain.
Dalam pengertian medis, agitasi dipandang sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi keseimbangan emosional seseorang. Agitasi seringkali menjadi gejala dari gangguan kejiwaan seperti depresi, gangguan kecemasan, bipolar, atau penyakit Alzheimer. Pada kondisi-kondisi tersebut, agitasi dapat memperburuk gejala yang sudah ada atau menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan bagi penderitanya.
Penting untuk mencari bantuan medis jika mengalami gejala agitasi yang berkepanjangan atau mengganggu kehidupan sehari-hari. Dokter dapat membantu dengan mendiagnosis penyebab agitasi dan menentukan perawatan yang sesuai, termasuk terapi psikologis, obat-obatan, atau terapi lainnya. Dalam beberapa kasus, penanganan agitasi juga melibatkan manajemen stres, perubahan gaya hidup, dan dukungan sosial.
Â
Advertisement
Penyebabnya
Agitasi adalah emosi yang umum dialami oleh kebanyakan orang, dan dalam sebagian besar kasus, tidak perlu dikhawatirkan atau diperhatikan secara serius. Menurut Healthline, terdapat beberapa penyebab umum yang dapat memicu timbulnya agitasi pada seseorang.
1. Stres
Stres kerja merupakan salah satu penyebab yang sering kali mengakibatkan agitasi. Tuntutan yang tinggi, tekanan dari rekan kerja, atau ketidakpuasan terhadap pekerjaan dapat mempengaruhi keseimbangan emosi dan menyebabkan agitasi. Begitu pula dengan stres sekolah, tuntutan akademik yang berat dan tekanan dari teman sebaya bisa menjadi pemicu agitasi pada siswa.
2. Kelelahan
Selain itu, merasa sakit atau mengalami kelelahan yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan agitasi. Ketika tubuh mengalami ketidaknyamanan atau rasa sakit yang berkepanjangan, hal ini dapat berdampak pada keseimbangan emosional seseorang dan menyebabkan timbulnya gejala agitasi.
3. Tekanan Sosial
Faktor-faktor sosial juga bisa menjadi pemicu agitasi, seperti tekanan dari teman sebaya atau pengalaman duka yang mendalam. Ketika seseorang menghadapi masalah interpersonal, perasaan cemas, atau stres yang berasal dari lingkungan sosialnya, hal ini dapat mengganggu keadaan emosionalnya dan memicu terjadinya agitasi.
Selain penyebab-penyebab tersebut, terdapat juga kondisi medis tertentu yang dapat menyebabkan agitasi.
4.Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan atau suasana hati, seperti depresi atau gangguan bipolar, sering kali disertai dengan gejala agitasi. Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh, seperti yang terjadi pada kondisi hipotiroidisme, juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional dan menyebabkan agitasi.
5. Ketergantungan Alkohol
Selain itu, ketergantungan atau penarikan alkohol juga dapat memicu timbulnya agitasi. Ketika seseorang bergantung pada alkohol atau mengalami gejala penarikan setelah menghentikan konsumsi alkohol secara tiba-tiba, gejala agitasi dapat muncul sebagai respons tubuh terhadap perubahan ini.
6. Kondisi Medis
Beberapa kondisi medis seperti autisme dan gangguan neurologis tertentu juga dapat menjadi penyebab agitasi. Pada kasus yang jarang terjadi, adanya tumor otak atau gangguan neurologis lainnya dapat mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan perubahan emosi, termasuk gejala agitasi.
Penting untuk memahami bahwa agitasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik psikologis, sosial, maupun medis. Jika seseorang mengalami agitasi yang berkepanjangan, mengganggu kehidupan sehari-hari, atau memburuk seiring waktu, penting untuk mencari bantuan medis profesional guna menentukan penyebab yang mendasarinya dan merencanakan penanganan yang sesuai.
Dampaknya
Depression and Bipolar Support Alliance menjelaskan dampak agitasi sebagai berikut:
- Agitasi dapat mengganggu hubungan sosial dan menimbulkan ketidaknyamanan pada orang di sekitar.
- Agitasi dapat mempengaruhi kinerja di tempat kerja atau sekolah, menghambat fokus dan konsentrasi.
- Kurangnya waktu tidur akibat agitasi dapat memengaruhi kesehatan dan menyebabkan masalah medis lainnya.
- Orang dengan agitasi mungkin kesulitan menjelaskan gejala mereka secara akurat kepada dokter, menyulitkan diagnosis dan perawatan.
- Penelitian menunjukkan risiko bunuh diri yang lebih tinggi pada orang dengan agitasi.
- Agitasi dapat menyebabkan perilaku impulsif dan tindakan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.
- Dalam beberapa kasus, agitasi dapat memicu tindakan melawan hukum.
- Pengobatan untuk agitasi dapat membawa risiko tertentu dan membutuhkan pemantauan yang cermat.
- Agitasi dapat mengganggu tidur dan istirahat yang cukup, mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.
- Agitasi dapat memperburuk gejala gangguan kejiwaan yang mendasarinya dan menyebabkan peningkatan ketidakstabilan emosional.
Cara Mengatasinya
Dalam penelitian berjudul Coping with Agitation and Aggression in Alzheimer's Disease yang dipublikasikan National Institute on Aging, berikut adalah beberapa cara mengatasi agitasi atau agresi:
- Komunikasi: Penting untuk berbicara dengan tenang kepada orang yang mengalami agitasi dan mendengarkan dengan penuh perhatian kekhawatiran serta frustrasinya. Dengan menunjukkan pemahaman terhadap perasaan marah atau ketakutan yang dialami oleh orang tersebut, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik dan membantu mereka merasa didengar.
- Memberi Kendali: Salah satu cara untuk mengatasi agitasi adalah dengan memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk mempertahankan sebanyak mungkin kendali dalam kehidupannya. Hal ini dapat membantu mereka merasa lebih mandiri dan memiliki perasaan kuasa atas keputusan yang mereka ambil, sehingga mengurangi rasa frustrasi dan mencegah terjadinya konflik.
- Rutinitas: Menjaga rutinitas harian seperti mandi, berpakaian, dan makan pada waktu yang sama setiap hari dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi orang yang mengalami agitasi. Rutinitas yang konsisten membantu menjaga stabilitas emosi dan memperkuat rasa kontrol terhadap situasi sehari-hari.
- Saat-saat Tenang: Penting untuk menciptakan waktu-waktu tenang dalam sehari, di mana aktivitas yang menenangkan dapat dilakukan bersama. Misalnya, mendengarkan musik yang menenangkan, membaca buku favorit, atau pergi berjalan-jalan di alam. Saat-saat ini memberikan kesempatan bagi orang tersebut untuk bersantai dan meredakan stres yang mungkin memicu agitasi.
- Lingkungan yang Aman: Menempatkan benda-benda dan foto-foto yang sangat disukai oleh orang tersebut di sekitar rumah dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman dan akrab bagi mereka. Keberadaan objek-objek yang dikenal dan disukai dapat memberikan rasa kenyamanan serta mengurangi rasa cemas yang dapat memicu agitasi.
- Stimulasi Positif: Menggunakan sentuhan lembut, musik yang menenangkan, membaca buku, atau melakukan aktivitas yang disukai dapat membantu mengalihkan perhatian orang yang mengalami agitasi dari perasaan gelisah atau marah. Stimulasi positif ini dapat membantu meredakan ketegangan dan menciptakan suasana yang lebih tenang.
- Lingkungan yang Tenang: Mengurangi kebisingan, kekacauan, atau jumlah orang di dalam ruangan dapat membantu mengurangi rangsangan yang dapat memicu agitasi. Menyediakan lingkungan yang tenang dan teratur dapat membantu menjaga ketenangan dan keseimbangan emosional orang tersebut.
- Pengalihan Perhatian: Kadang-kadang, mengalihkan perhatian orang yang mengalami agitasi dengan memberikan camilan, benda, atau aktivitas favorit dapat membantu meredakan ketegangan. Dengan mengalihkan fokus mereka ke hal-hal yang menyenangkan atau menarik perhatian, kita dapat membantu mereka menghadapi situasi dengan lebih tenang dan terkendali.
- Batasi Kafein: Kafein dapat memiliki efek merangsang dan meningkatkan kecemasan pada beberapa orang. Oleh karena itu, penting untuk membatasi konsumsi kafein oleh orang yang mengalami agitasi, baik dalam bentuk minuman maupun makanan yang mengandung kafein. Mengurangi asupan kafein dapat membantu mengurangi potensi pemicu agitasi.
Â
Â
Advertisement