Surat al-Baqarah 164, Asbabun Nuzul dan Maknanya

Surat al-Baqarah 164 mengajak manusia untuk merenungkan keajaiban penciptaan alam semesta.

oleh Laudia Tysara diperbarui 05 Jul 2023, 10:10 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2023, 10:10 WIB
Itikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan di Masjid Pakistan
Umat Muslim membaca al-Quran saat melakukan ibadah itikaf di sebuah masjid, di Peshawar , Pakistan, 22 April 2022. Itikaf adalah adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan biasanya dilakukan sepuluh hari terakhir Ramadhan. (AP Photo/Muhammad Sajjad)

Liputan6.com, Jakarta - Surat al-Baqarah 164 adalah ayat dalam Al-Qur'an yang mengajak manusia untuk merenungkan keajaiban penciptaan alam semesta. Ayat ini menggambarkan pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut, dan turunnya hujan sebagai tanda-tanda kebesaran Allah yang harus dipikirkan. Allah menyeru manusia untuk menggunakan akal dan mengambil pelajaran dari fenomena alam yang menggambarkan kekuasaan-Nya.

Ayat ini mengingatkan akan keagungan dan kekuasaan Allah yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam setiap pergerakan di alam semesta ini terdapat ibrah atau pelajaran berharga bagi manusia.

Surat al-Baqarah 164 juga menunjukkan betapa pentingnya pengamatan dan pemahaman terhadap alam semesta sebagai cara untuk mengenali keesaan Allah. Dalam setiap fenomena alam, baik itu pergantian malam dan siang, perahu-perahu yang berlayar di laut, atau turunnya hujan, terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya yang mengajak manusia untuk memikirkan dan bersyukur atas nikmat-Nya.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang surat al-Baqarah 164 dan asbabun nuzulnya, Rabu (5/7/2023).

Memikirkan Penciptaan Alam Semesta

Muslim Afghanistan Berburu Berkah Lailatul Qadar
Umat muslim Afghanistan membaca Alquran di sebuah masjid di Kabul, Rabu (6/6). Jamaah beriktikaf memperbanyak membaca Al-Quran, berzikir, doa dan istigfar pada sepuluh malam terakhir Ramadan menanti datangnya malam Lailatul Qadar. (AP/Rahmat Gul)

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ

Artinya:

"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti." (QS. Al-Baqarah 164)

Surat Al-Baqarah 164 dalam Al-Qur'an adalah sebuah ayat yang mengajak manusia untuk merenung dan memikirkan tentang penciptaan alam semesta serta fenomena-fenomena yang ada di dalamnya. Ayat ini  menunjukkan betapa pentingnya pengamatan dan pemahaman terhadap alam semesta sebagai cara untuk mengenali keesaan Allah.

Dalam buku berjudul Visionary Life (2018) karya J.A. Sardjono, dijelaskan Allah SWT sangat menyayangi manusia dengan memberikan kesempatan untuk memperhatikan bukti kekuasaan-Nya dalam ciptaan-Nya, sehingga manusia dapat memikirkannya dan merenungkan betapa agungnya penciptaan ini.

Ayat ini menjelaskan tentang kehidupan yang terus berubah dan mengalami perubahan. Seperti yang dijelaskan dalam buku Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an oleh M. Quraish Shihab, dalam al-Baqarah 164, manusia diajak untuk berpikir dan merenung tentang sekian banyak hal di alam semesta ini.

Salah satunya adalah langit yang dimaksud dalam ayat ini, yang mencakup benda-benda angkasa seperti matahari, bulan, dan jutaan gugusan bintang yang beredar dengan teratur. Semua ini adalah bukti kekuasaan Allah yang perlu dipikirkan dan dipahami oleh manusia.

Surat al-Baqarah 164 juga memerintahkan untuk merenungkan pergantian malam dan siang, serta bahtera-bahtera yang berlayar di laut yang mengandalkan energi angin. Manusia diajak untuk memikirkan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, dan berpikir tentang beraneka binatang yang diciptakan-Nya. Semua fenomena ini adalah tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang patut kita renungkan.

Dalam buku Tafsir Ringkas Kementerian Agama, dijelaskan bahwa melalui ayat tersebut, Allah berseru kepada manusia untuk mengetahui bahwa pasti ada ibrah berharga dari setiap pergerakan di alam raya ini. Ayat ini mengajak manusia untuk memahami dan merenungkan sejumlah fenomena alam, sebagai bukti kebesaran dan kekuasaan Allah.

 

 

Asbabun Nuzulnya

Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abi Duha—hadits mu’dhal—bahwa waktu itu terdapat 360 berhala di sekeliling Ka’bah. Ketika kaum musyrik mendengar ayat keesaan Allah ini mereka menyangkal dan berkata:

“Jika engkau benar atas apa yang engkau ucapkan, maka datangkanlah satu ayat sebagai legitimasi kejujuranmu.” Kemudian ayat ini turun.” (Mahmud Al-Alusi, Ruhul Ma’ani, [Beirut, Ihyaut Turats Al-'Arabi], juz II, halaman 29)

Pada waktu itu, di sekitar Ka'bah terdapat 360 berhala yang disembah oleh kaum musyrik. Mereka mempercayai dan menyembah berhala-berhala tersebut sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Ketika kaum musyrik mendengar tentang ayat yang menyatakan keesaan Allah, mereka menyangkal dan mengajukan tantangan kepada Nabi Muhammad SAW dengan berkata:

"Jika engkau benar dalam ucapanmu tentang keesaan Allah, tunjukkanlah kepada kami satu ayat yang menjadi legitimasi kejujuranmu."

Tantangan ini diberikan oleh kaum musyrik sebagai upaya mereka untuk menguji dan mengkritik dakwah Nabi Muhammad SAW. Mereka meminta bukti yang konkret sebagai legitimasi atas kebenaran dakwah Nabi Muhammad SAW tentang keesaan Allah.

Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, Surat al-Baqarah 164 turun sebagai jawaban Allah SWT terhadap permintaan kaum musyrik.

Ayat ini menegaskan keesaan Allah dan mengundang manusia untuk merenungkan tanda-tanda kebesaran-Nya yang terdapat dalam alam semesta. Ayat ini memberikan pemahaman dan penjelasan kepada kaum musyrik serta kepada seluruh umat manusia tentang kekuasaan Allah yang dapat dilihat dan dipahami melalui berbagai fenomena alam dan ciptaan-Nya.

 

Tanda-Tanda Kekuasaan Allah

Menunggu Waktu Berbuka Puasa di Masjid Raya Jakarta Islamic Center
Umat Islam membaca Al-Quran sambil menunggu waktu berbuka puasa di halaman Masjid Raya Jakarta Islamic Center, Jakarta Utara, Senin (18/4/2022). Acara ngabuburit sambil khataman Al-Quran ini merupakan rangkaian acara menyambut 17 Ramadhan atau malam Nuzulul Quran. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Pandangan Syekh Nawawi mengenai surat Al-Baqarah 164 menawarkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai tanda-tanda keesaan Allah yang terdapat dalam alam semesta. Dalam pandangan beliau, terdapat delapan tanda yang menjadi bukti kekuasaan-Nya yang luar biasa.

  1. Pertama, beliau menjelaskan tentang bumi dan langit sebagai tanda kekuasaan Allah. Langit yang kokoh dan tegak tanpa tiang penyangga, serta matahari, bulan, dan bintang-bintang yang tergantung di sana, merupakan bukti kebesaran-Nya. Sementara itu, bumi yang luas dengan berbagai fitur seperti pegunungan, lautan, tambang-tambang, sungai-sungai, serta beragam tumbuhan dan buah-buahan, menunjukkan kekuasaan Allah dalam menciptakan tempat yang subur bagi kehidupan.
  2. Kedua, Syekh Nawawi menyoroti pergantian malam dan siang sebagai tanda kekuasaan Allah. Perbedaan durasi dan karakteristik keduanya mengandung keajaiban yang menunjukkan kekuasaan-Nya. Malam sebagai waktu beristirahat dan siang sebagai waktu mencari nafkah bagi manusia, menggambarkan rancangan-Nya yang sempurna dalam menyusun tatanan waktu.
  3. Ketiga, beliau memperhatikan perahu-perahu besar yang membawa muatan berat di lautan. Bagaimana Allah menundukkan laut dan mengatur angin sehingga perahu-perahu tersebut dapat berlayar dengan aman, menjadi bukti kekuasaan-Nya yang luar biasa.
  4. Keempat, Syekh Nawawi melihat kekuatan hati para pengguna perahu sebagai tanda kekuasaan Allah. Mereka memiliki tekad dan keteguhan hati dalam mengarungi lautan untuk mencapai tujuan mereka. Hal ini menunjukkan bagaimana Allah memberikan kekuatan kepada manusia dalam menghadapi tantangan hidup.
  5. Kelima, beliau menekankan betapa pentingnya hujan yang diturunkan Allah dari langit. Hujan ini menjadi sumber kehidupan bagi seluruh makhluk di bumi, baik hewan maupun tumbuhan. Allah menurunkan hujan sesuai dengan kebutuhan dan menyesuaikannya dengan kondisi tempat yang berbeda-beda.
  6. Keenam, Syekh Nawawi mengamati tersebarnya makhluk hidup di seluruh muka bumi. Dalam hal ini, beliau menyoroti bagaimana Allah menciptakan banyak jenis manusia dengan perbedaan bentuk, warna kulit, sifat, watak, bahasa, dan lainnya. Ini merupakan bukti kekuasaan Allah dalam menciptakan keragaman yang indah.
  7. Ketujuh, beliau menekankan pentingnya angin sebagai tanda kekuasaan Allah. Meskipun tidak terlihat dan tidak bisa diraba, angin memiliki kekuatan yang mampu merobohkan bangunan dan pepohonan. Angin juga membawa oksigen, yang merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Keberadaannya yang tak terlihat namun memberikan dampak yang signifikan adalah bukti keajaiban penciptaan-Nya.
  8. Terakhir, Syekh Nawawi membahas mega yang membawa air dengan jumlah besar dan kemudian luruh mengirim hujan ke lembah-lembah. Meskipun megah dan berat, mega tersebut dapat bergerak tanpa adanya penyangga. Ini adalah tanda kekuasaan Allah yang menunjukkan betapa luar biasa-Nya rancangan-Nya dalam menciptakan alam semesta.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya