Difteri adalah Penyakit Menular, Pahami Cara Penanggulangannya

Difteri adalah penyakit menular yang sering terjadi pada bagian pernafasan atas.

oleh Dinda Hafid Hafifah diperbarui 13 Jul 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2023, 18:00 WIB
20160824 Asma atau Sesak Nafas
Foto Ilustrasi Penyakit Asma atau Sesak Nafas (iStokphoto)

Liputan6.com, Jakarta Difteri adalah penyakit infeksi akut yang menyerang tonsil, faring, laring, hidung, dan sering kali menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang pula menyerang konjungtiva atau vagina. Namun kasus yang lebih banyak terjadi yaitu berupa infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan atas.

Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular dan dapat dicegah dengan imunisasi. Penyebab Difteri adalah bakteri gram positif Corynebacterium diptheriae strain toksin. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri tersebut adalah salah satu jenis bakteri gram-positif yang tidak membentuk spora. Pada kedua ujungnya bakteri ini memiliki granula metakromatik yang memberi gambaran pada pewarnaan. Perbedaan keduanya yaitu pada strain toksigenik terinfeksi oleh coryne bacteriophage yang mengandung diphtheria toxin gene tox.

Difteri adalah penyakit menular melalui melalui droplet dan kontak erat dengan penderita difteri sejak 10 hari sebelum timbul gejala sakit tenggorok sampai 2 hari setelah pengobatan (masa penularan), melalui percikan ludah saat berbicara atau bersin/batuk dengan jarak sekitar 1 meter. Kontak erat terhadap kasus suspek difteri mempunyai potensi tertular atau menularkan apabila mengidap kuman difteri toksigenik meskipun tidak menimbulkan gejala.

Berikut langkah pengertian difteri adalah penyakit menular dan cara penanggulannya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (13/7/2023).

Langkah penanggulangan difteri

Pemberian Imunisasi untuk Anak Sekolah di Kota Depok
Siswa kelas 1 mendapatkan suntikan vaksin tetanus difteri (TD) di SDI Al Hidayah, Cinere, Depok, Jumat (20/11/2020). Program imunisasi kepada pelajar di Kota Depok terus berjalan guna menjaga kesehatan anak dan meningkatkan imunitas tubuh di masa pandemi COVID-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

1. Setiap suspek Difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE) dan mencari kasus tambahan dan kontak.

2. Dilakukan rujukan segera kasus Difteri ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan.

3. Pemberian profilaksis pada kontak dan karier.

4. Melaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) sesegera mungkin di lokasi yang terjadi KLB Difteri dengan sasaran sesuai dengan kajian epidemiologi sebanyak tiga putaran dengan interval waktu 0-1-6 bulan tanpa memandang status imunisasi.

5.Meningkatkan dan mempertahankan cakupan imunisasi rutin Difteri (baik imunisasi dasar maupun lanjutan) agar mencapai minimal 95%.

6.Edukasi mengenai difteri, berupa penegakkan diagnosis, tatalaksana, dan pencegahan kepada tenaga kesehatan dan pemerintah daerah, serta bekerjasama dengan media masa untuk melakukan edukasi pada masyarakat mengenai difteri.

7. Edukasi kepada masyarakat untuk segera ke pelayanan kesehatan bila ada tanda dan gejala nyeri tenggorok, serta menggunakan masker termasuk di tempat umum bila mengalami tanda dan gejala infeksi saluran pernafasan.

Strategi pencegahan difteri

Antusias Anak Sekolah Ikut Imunisasi DT
Petugas Puskesmas Kelurahan Rawa Bunga menyuntikkan vaksin Difteri Tetanus (DT) kepada seorang anak di RPTRA Citra Permata, Jakarta, Selasa (28/9/2021). Kegiatan rutin tahunan tersebut dalam rangka program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

1. Penguatan imunisasi rutin Difteri sesuai dengan program imunisasi nasional.

2. Penemuan dan penatalaksanaan dini kasus Difteri.

3. Semua kasus Difteri harus dilakukan penyelidikan epidemiologi.

4. Semua kasus Difteri dirujuk ke Rumah Sakit dan dirawat di ruang isolasi.

5. Pengambilan spesimen dari kasus dan kasus kontak erat kemudian dikirim ke laboratorium rujukan Difteri untuk dilakukan pemeriksaan kultur atau PCR.

6. Menghentikan transmisi Difteri dengan pemberian prophilaksis terhadap kontak dan karier.

7. Melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah KLB Difteri.

Cara penularan difteri

20160824 Asma atau Sesak Nafas
Foto Ilustrasi Penyakit Asma atau Sesak Nafas (iStokphoto)

Menurut laman resmi Dinas Kesehatan Jawa Timur, penularan yang utama difteri adalah penderita maupun karier difteri. Karier merupakan orang yang terinfeksi difteri (hidung maupun tenggorok) tetapi tidak mengalami gejala penyakit. Dimana Masa penularan difteria dari penderita adalah 2-4 minggu, jarang hingga 4 minggu. Pada penderita yang menerima pengobatan dengan antibiotik, masa menularnya hanya 1-2 hari.

Biasanya mereka yang berada di sekitar orang yang terinfeksi difteri sangat rentan tertular penyakit ini seperti keluarga dekat, teman sekolah, teman bermain, tetangga, atau rekan kerja. Penularan terjadi melalui droplet yakni ketika penderita maupun karier batuk atau bersin. Selain itu, debu atau muntahan juga bisa menjadi sumber penularan.

Cara mencegah penularan difteri adalah:

  1. Tenaga kesehatan yang memeriksa/ merawat Penderita Difteri harus menggunakan APD.
  2. Bila kasus penderita dirawat, tempatkan dalam ruang isolasi (single room/ kohorting), tidak perlu ruangan dengan tekanan negatif.
  3. Lakukan prinsip kewaspadaan standar, gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sebagai kewaspadaan isolasi penularan melalui droplet.
  4. Pembersihan permukaan lingkungan dengan desinfektan (chlorine, quaternary ammonium compound)
  5. Keluarga yang menunggu dibatasi dan diperlakukan sebagai kontak erat.
  6. Bagi kasus yang harus yang harus di damping keluarga, harus menggunakan APD serta melakukan pembersihan tangan.
  7. Bagi tenaga kesehatan yang memeriksa ataupun merawat harus mendapatkan imunisasi difteri.
  8. Terapkan kebersihan dan etika batuk, baik pada tenaga kesehatan maupun masyarakat.

Gejala penyakit difteri

Yuk, Kenali Gejala Difteri pada Anak! (Littlekidmoment/Shutterstock)
Yuk, Kenali Gejala Difteri pada Anak! (Littlekidmoment/Shutterstock)

1. Mengalami infeksi pada faring, laring, trakhea, atau kombinasinya.

2. Muncul selaput berwarna putih keabu-abuan (pseudomembran) yang tidak mudah lepas pada tenggorokan, amandel, rongga mulut, atau hidung.

3. Pembengkakan kelenjar limfa pada leher (bullneck).

4. Demam yang tidak tinggi (< 38,5ËšC).

5. Mengeluarkan bunyi saat menarik napas (stidor).

6. Kesulitan bernapas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya