Liputan6.com, Jakarta Macam-macam puasa sunah di bulan Muharam perlu dikenali oleh umat Islam. Pasalnya, pada bulan Muharam ini umat Islam memang dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah. Hal ini termasuk menjalani puasa di bulan Muharam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharam. Sementara salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR. Muslim no. 1163).
Advertisement
Macam-macam puasa sunah di bulan Muharam di antaranya yaitu puasa 1 Muharam, puasa Asyura, dan puasa Tasu’a. Puasa Tasu’a dilaksanakan setiap tanggal 9 Muharam. Sedangkan puasa Asyura setiap tanggal 10 Muharam. Puasa Sunah yang paling utama di bulan Muharam tentunya puasa Asyura dan puasa Tasu’a ini.
Selain itu, kamu juga bisa melaksanakan puasa sunah Ayyamul bidh dan puasa sunah senin-kamis seperti biasanya di bulan Muharam ini. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (18/7/2023) tentang macam-macam puasa sunah di bulan Muharam.
1. Puasa 1 Muharam atau Puasa di Bulan Muharam Secara Umum
1 Muharram adalah tahun baru Hijriah. Penanggalan Hijriah yang digunakan umat Islam ini didasarkan pada hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Berpuasa di hari pertama bulan Muharam dan pada hari-hari setelahnya dianjurkan bagi setiap muslim. Hari pertama bulan Muharam atau 1 Muharam 1445 Hijriah jatuh pada hari Rabu, 19 Juli 2023.
Para jumhur ulama menyatakan bahwa hukum puasa pada tanggal 1 Muharram adalah boleh dilakukan, asalkan tidak ada niat untuk mengkhususkan 1 Muharram dan meyakini keistimewaannya dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Kamu bisa merujuk pada hadis yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa puasa di bulan Muharam adalah ibadah puasa yang paling utama setelah puasa di bulan Ramadhan.
Berikut bacaan niat puasa 1 Muharam:
نَوَيْتُ صَوْمَ مُحَرَّمٍ سُنَّةً لِلهِ تَعَالى
"Nawaitu shouma muharramin sunnatan lillahi ta'ala."
Artinya: Aku niat berpuasa di bulan Muharam sunah karena Allah Ta'ala.
Advertisement
2. Puasa Tasu’a
Puasa Tasu’a adalah puasa sunah yang dikerjakan pada tanggal 9 Muharam. Puasa ini dilakukan untuk mengiringi puasa yang dilakukan pada keesokan harinya yaitu di tanggal 10 Muharam. Ini karena di hari yang sama yaitu tanggal 10 Muharam, orang-orang Yahudi juga melakukan puasa.
Puasa Tasu’a ini dikerjakan agar tidak menyerupai ibadah orang Yahudi. Ibnu Abbas RA berkata:
“Ketika Rasulullah SAW melakukan puasa ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk mengerjakan puasa ‘Asyura, para sahabat berkata: ‘Wahai Rasulullah, hari ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.'” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Jika tahun datang tiba, Insya Allah, kita juga akan melakukan puasa pada tanggal 9 Muharam.” Belum tiba setahun, ternyata Rasulullah SAW keburu wafat. (HR. Muslim).
Niat Puasa Tasu’a:
Nawaitu shauma ghadin an ada'i sunnatit tasu'a lillahi ta'aalaa.
Artinya:
"Aku berniat puasa sunah Tasu'a esok hari karena Allah."
3. Puasa Asyura
Di bulan Muharam, terdapat satu hari yang paling istimewa dan penuh dengan keutamaan bulan Muharam. Hari tersebut adalah hari Asyura yang merupakan tanggal 10 Muharam. Puasa Asyura dilakukan di tanggal 10 Muharam. Pada 10 Muharam terjadi peristiwa penting. Di tanggal ini Nabi Adam a.s. diciptakan, Nabi Ibrahim a.s. dilahirkan, Nabi Ayyub a.s. disembuhkan dari penyakitnya, dan masih banyak lagi peristiwa besar lainnya.
Nabi Muhammad berpuasa pada hari tersebut dengan jumlah dua hari (9 dan 10 Muharam) dengan tujuan membedakan cara umat Yahudi dan Nasrani berpuasa pada waktu yang sama. Kemudian dijelaskan oleh Ibnu Abbas RA dalam riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Ibnu Abbas menceritakan pertemuan Rasulullah SAW dengan orang Yahudi yang menjalankan puasa Asyura saat berada di Madinah.
Rasulullah bertanya alasan orang Yahudi berpuasa di hari Asyura. Lantas mereka menjawab demikian.
"'Allah telah melepaskan Musa dan umatnya pada hari itu dari (musuhnya) Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Musa berpuasa pada hari itu, dalam rangka bersyukur kepada Allah'. Nabi bersabda, 'Aku lebih berhak terhadap Musa dari mereka'. Maka Nabi pun berpuasa pada hari itu dan menyuruh para sahabatnya agar berpuasa juga."
Niat Puasa Asyura:
Nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i sunnatil aasyuuraa lillaahi ta'aalaa.
Artinya:
"Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”
Advertisement
Keutamaan Puasa Asyura dan Tasu’a
Keutamaan puasa tasu’a dan asyura tidak lepas dari keistimewaan bulan muharam. Bulan Muharam adalah salah satu dari empat bulan yang mulia di mata Allah SWT. Keutamaan bulan Muharam telah ditegaskan sendiri oleh Allah SWT melalui firmannya yang tertuang dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 36.
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu di keempat bulan itu."
Empat bulan haram yang dimaksud dalam ayat ini adalah Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab. Dalam bahasa Arab, Muharam bermakna 'waktu yang diharamkan'. Maksudnya, pada bulan ini manusia dilarang menzalimi diri sendiri dan melakukan perbuatan dosa.
Bahkan, puasa di bulan Muharam puasa yang paling utama setelah puasa ramadan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadan adalah puasa pada bulan Allah – Muharam. Sementara salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR. Muslim no. 1163).
Sementara itu, salah satu keutamaan puasa Asyura adalah dihapuskannya dosa-dosa setahun yang lalu. Penjelasan tentang penghapusan dosa-dosa setahun lalu tersebut diungkapkan dalam hadis berikut:
Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, "Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah. Beliau menjawab, "Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura. Beliau menjawab, "Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim no. 1162).