Liputan6.com, Jakarta - Mad menurut bahasa artinya adalah memanjangkan atau menambah. Istilah "mad" dalam ilmu tajwid Al-Qur'an merujuk pada memanjangkan suara dengan salah satu huruf mad asli, yaitu alif (أ), wawu (و), atau ya' (ي). Huruf-huruf mad ini memiliki peran penting dalam membaca Al-Qur'an dengan benar dan tepat sesuai dengan aturan tajwid.
Baca Juga
Advertisement
Dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Tajwid oleh Marzuki dan Choirol Ummah, mad adalah memanjangkan suara dengan suatu huruf di antara huruf-huruf mad atau huruf layyin ketika bertemu dengan hamzah atau sukun, atau karena adanya sebab tertentu.
Ketika huruf mad muncul dalam bacaan, suara harus diperpanjang atau didengarkan lebih lama, memberikan sentuhan dan kekhasan tersendiri pada gaya bacaan Al-Qur'an. Memahami aturan mad dalam membaca Al-Qur'an menjadi penting agar pembaca Al-Qur'an bisa membaca dengan baik dan benar.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang mad menurut bahasa artinya memanjangkan atau menambah, Jumat (21/7/2023).
Memanjangkan atau Menambah
Mad adalah salah satu bacaan tajwid yang wajib dipahami. Mad menurut bahasa artinya memanjangkan suara dengan huruf-huruf tertentu. Institut Agama Islam Negeri Kediri atau IAIN Kediri, menjelaskan mad menurut bahasa artinya memanjangkan atau menambah.
Sementara itu, mad menurut istilah artinya memanjangkan suara dengan salah satu huruf mad asli, yaitu alif (أ), wawu (و), atau ya' (ي).
Dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Tajwid oleh Marzuki dan Choirol Ummah, mad adalah memanjangkan suara dengan suatu huruf di antara huruf-huruf mad atau huruf layyin ketika bertemu dengan hamzah atau sukun, atau karena adanya sebab tertentu.
Cara membaca mad adalah tergantung pada huruf-huruf mad yang muncul dalam Al-Qur'an. Misalnya, huruf wawu mati (وْ) akan dimad jika berada setelah huruf berharakat dhammah (ُ-), huruf ya' mati (يْ) akan dimad jika berada setelah huruf berharakat kasrah (ِ-), dan huruf alif (ا) akan dimad jika berada setelah huruf berharakat fathah (ﹷ).
1. Mad Thabi'i
Dalam Al-Qur'an terdapat dua jenis mad, yaitu Mad Thabi'i atau Mad asli dan Mad Far'i. IAIN Kediri menjelaskan Mad Thabi'i terjadi ketika ada huruf alif sebelumnya berharakat fathah, wawu sebelumnya berharakat dhammah, dan ya’ sebelumnya berharakat kasrah.
Cara membaca mad asli atau mad thabi'i adalah dengan panjang 2 harakat. Contoh mad asli adalah sebagai berikut: كتَا بٌ (kitaabun), يَقُوْلُ (yaquulu), dan سمِيْعٌ (samii'un).
2. Mad Far'i
Sementara itu, Mad Far’i terjadi ketika Mad Thabi'i terkena suatu sebab, baik berupa hamzah maupun sukun. Mad Far'i terbagi menjadi 13 bagian, seperti mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad badal, mad iwad, mad lazim musaqqal kilmi, mad lazim mukhafaf kilmi, mad lazim harfi musyabba’, mad lazim harfi mukhaffaf, mad silah, mad layyin, mad arid li sukun, mad tamkin, dan mad farqu.
Agar bisa menjadi bacaan mad, huruf-huruf mad tersebut harus berbaris mati atau dalam istilahnya disebut dengan saktah. Untuk mengukur panjang pendeknya suatu mad, digunakan istilah harakat, seperti dua harakat, tiga harakat, empat harakat, dan seterusnya.
Advertisement
1. Mad Wajib Muttasil:
Mad Wajib Muttasil terjadi ketika mad thabi'i, yaitu memanjangkannya huruf alif, bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat atau ayat. Cara membacanya adalah dengan memberi panjang pada huruf alif selama 5 harakat (setara dengan 2,5 alif), dan melafalkan mad ini wajib dilakukan selama 6 ketukan.
2. Mad Jaiz Munfashil:
Mad Jaiz Munfashil, berbeda dengan Mad Wajib Muttasil, terjadi ketika mad thabi'i bertemu dengan hamzah di kalimat yang berbeda. Ketika menghadapi Mad Jaiz Munfashil, ada beberapa cara untuk membacanya, yaitu panjang 1 alif (2 harakat), 2 alif (4 harakat), atau bahkan 3 alif (6 harakat), tergantung pada pilihan pembaca.
3. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi:
Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi adalah jenis mad yang terjadi ketika mad thabi'i bertemu dengan tasydid dalam satu kata atau ayat. Untuk membacanya, dilakukan pemanjangan sebanyak 3 kali mad thabi'i atau sekitar 6 harakat.
4. Mad Layyin:
Mad Layyin muncul setelah huruf fathah wau sukun atau ya' sukun. Untuk membacanya, Anda hanya perlu melafalkan mad secara lunak dan lemah, tanpa perlu memperpanjangnya.
5. Mad 'Arid Lisuukun:
Mad 'Arid Lisuukun dibaca sebelum waqaf atau tempat pemberhentian membaca. Jenis mad ini memiliki beberapa variasi tergantung pada konteksnya. (a) Mad 'Arid Lisuukun bisa memiliki panjang 6 harakat seperti mad wajib muttasil. (b) Bisa juga memiliki panjang 4 harakat atau 2 kali mad thobi'i. (c) Atau bahkan bisa memiliki panjang hanya seperti mad thobi'i biasa.
6. Mad Shilah Qashirah:
Mad Shilah Qashirah terjadi jika ada huruf "haa" dhamir setelah huruf hidup. Pada jenis mad ini, dibaca dengan panjang seperti mad thobi'i.
7. Mad Shilah Thawilah:
Mad Shilah Thawilah terjadi jika Mad Qashirah bertemu dengan hamzah. Pada jenis mad ini, dibaca seperti Mad Jaiz Munfashil.
8. Mad 'Iwad:
Mad 'Iwad dibaca jika terdapat fathatain pada waqaf atau pemberhentian. Cara membacanya mirip dengan mad thobi'i, yaitu memanjangkan bacaan.
9. Mad Badal:
Mad Badal terjadi jika hamzah bertemu dengan Mad, dan pada jenis mad ini, dibaca seperti Mad Thobi'i.
10. Mad Lazim Harfi Musyabba':
Mad Lazim Harfi Musyabba' adalah bacaan mad pada permulaan surat tertentu di Al-Qur'an. Pada jenis mad ini, panjangnya mencapai enam harakat.
11. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf:
Mad Lazim Harfi Mukhaffaf juga merupakan bacaan mad pada permulaan surat tertentu di Al-Qur'an. Panjangnya juga mencapai enam harakat.
12. Mad Tamkien:
Mad Tamkien terjadi jika ya' sukun didahului ya' bertasydid dan memiliki harakat kasra. Untuk membacanya, Anda akan melakukan pemanjangan selama enam harakat.
13. Mad Farq:
Mad Farq terjadi ketika dua hamzah bertemu, satu hamzah istifham dan satu hamzah washol pada lam alif ma'rifat. Pada jenis mad ini, dibaca sepanjang enam harakat.