Orang yang Beramal dengan Ikhlas Disebut Mukhlis, Ini Ciri-Ciri dan Tingkatannya

Orang yang beramal dengan ikhlas disebut mukhlis, dan ikhlas adalah pekerjaan hati.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 25 Jul 2023, 18:55 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2023, 18:55 WIB
Ilustrasi sujud, bersyukur.
Ilustrasi sujud, bersyukur. (Photo on Rawpixel)

Liputan6.com, Jakarta Orang yang beramal dengan ikhlas disebut mukhlis. Tidak ada orang lain yang dapat mengetahui keikhlasan seseorang, bahkan jika mereka telah melakukan banyak amal dan mengklaim dengan kata-kata bahwa mereka benar-benar ikhlas.

Sebab, keikhlasan adalah urusan hati, dan hanya Allah SWT yang paling mengetahui hati seseorang. Oleh karena itu, bagi seseorang yang ingin menjadi mukhlis, langkah awal yang harus diambil adalah membimbing niatnya untuk mencari ridha Allah SWT. Orang yang beramal dengan ikhlas disebut mukhlis.

Seorang mukhlis adalah individu yang selalu memastikan bahwa setiap amal perbuatannya dilakukan dengan ketulusan semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT, tanpa ada niatan untuk mencampurkan dengan harapan memperoleh pujian atau imbalan dari selain-Nya. Dengan kata lain, orang yang beramal dengan ikhlas disebut mukhlis.

Dengan kata lain, mukhlis dan ikhlas adalah sesuatu yang saling terkait. Untuk memahami keduanya, simak penjelasan selengkapnya berikut ini, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (25/7/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Orang yang Beramal dengan Ikhlas Disebut Mukhlis

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, orang yang beramal dengan ikhlas disebut mukhlis. Lalu apa yang dimaksud dengan mukhlis?

Kata mukhlis merupakan bentuk isim fail yang terambil dari kata akhlasha– yukhlishu–ikhlaashan–mukhlishun, yang berarti orang yang ikhlas. Kata "mukhlis" berasal dari akar kata "khalasha" yang berarti suci, jernih, atau murni. Oleh karena itu, istilah "mukhlis" dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki hati yang suci, jernih, atau murni (hanya mengharapkan ridha Allah SWT) dalam melakukan seluruh amalnya.

Seorang yang mukhlis selalu berusaha menjaga agar setiap amal perbuatannya dilakukan dengan murni hanya untuk mencari ridha Allah SWT, tanpa ada sedikitpun campur tangan niat untuk mendapatkan pujian atau balasan dari selain-Nya.

Allah SWT berfirman,

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ

Artinya: Katakanlah: “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. al-An’aam: 162)

 


Apa yang dimaksud dengan ikhlas?

Sedekah
Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, orang yang beramal dengan ikhlas disebut mukhlis. Lalu apa yang dimaksud dengan ikhlas?

Untuk memahami konsep ikhlas, penting bagi kita untuk merujuk pada asal katanya. Secara etimologi, ikhlas berasal dari kata "khalus" dalam bahasa Arab, yang berarti sesuatu yang murni dan tidak tercampur dengan hal-hal lain. Secara terminologi, ikhlas berarti "memurnikan" atau "mengkhususkan" sesuatu hanya untuk Allah SWT.

Para ulama menjelaskan bahwa ikhlas adalah membersihkan amalan dari penilaian manusia, sehingga saat seseorang melakukan suatu amalan, ia akan membersihkan diri dari perhatian manusia.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”

Al-Junaid al-Baghdadi, seorang tokoh tasawuf dan fiqih dari Baghdad, menyatakan, "Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya, yang hanya diketahui oleh malaikat sehingga mereka mencatatnya, tetapi tidak diketahui oleh setan sehingga mereka tidak dapat merusaknya, juga tidak diketahui oleh hawa nafsu sehingga mereka tidak dapat mempengaruhinya."

Lalu, apakah kita diizinkan untuk menunjukkan amal baik yang kita lakukan? Kepentingan dari menunjukkan amal baik tergantung pada niatnya. Jika niatnya adalah ingin dipuji, itu disebut riya’, namun jika niatnya adalah untuk menjadi teladan bagi orang lain, itu bukan riya’.

Dari penjelasan singkat ini, kita dapat memahami bahwa ikhlas bukan berarti melakukan sesuatu tanpa mengharapkan apapun. Dalam ajaran Islam, ikhlas berarti memiliki niat yang murni dan tulus tanpa mengharapkan apapun, termasuk pujian atau imbalan, kecuali ridha Allah SWT.

Dengan kata lain, ikhlas adalah melakukan suatu perbuatan dengan tujuan semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT.


Ciri-Ciri Seorang Mukhlis

Ilustrasi membaca Alquran
Ilustrasi membaca Alquran (dok.unsplash/ Positive Moslem Attitude)

Orang yang beramal dengan ikhlas disebut mukhlis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ikhlas merupakan suatu kondisi hati. Dengan kata lain, kita tidak akan pernah mengetahui apakah orang lain termasuk seorang mukhlis atau tidak dari perbuatannya. Akan tetapi, kita bisa menilai diri kita sendiri, apakah kita telah melakukan suatu perbuatan secara ikhlas atau tidak, sehingga kita dapat memperbaiki diri di masa depan.

Berikut adalah ciri-ciri untuk mengetahui apakah kita telah melakukan suatu perbuatan baik dengan ikhlas atau tidak:

1. Konsisten atau Istiqomah

Salah satu ciri sikap ikhlas adalah konsisten atau istiqomah. Ini berarti seseorang akan terus melakukan perbuatan baik tanpa memandang kondisi atau situasi tertentu. Ia tidak bergantung pada pujian atau apresiasi dari orang lain untuk melanjutkan kebaikan yang dilakukannya.

2. Tidak Terpengaruh oleh Tanggapan Orang Lain

Ciri selanjutnya dari sikap ikhlas adalah ketidakpengaruhannya oleh tanggapan orang lain. Pujian tidak membuatnya sombong, dan hinaan tidak membuatnya putus asa. Ia tetap teguh dalam melakukan kebaikan tanpa membiarkan respons orang lain memengaruhinya.

3. Mengharapkan Ridha Allah SWT Saja

Orang yang ikhlas hanya mengharapkan ridha Allah SWT dalam setiap perbuatan yang dilakukannya. Ia tidak mencari pujian, penghargaan, atau imbalan dari pihak lain. Kebaikan yang dilakukannya tidak akan berkurang meskipun tidak ada apresiasi dari manusia, karena ia tahu bahwa apresiasi tertinggi datang dari Allah SWT.

4. Tidak Mengekspos Kebaikannya

Seorang yang ikhlas tidak akan mengumbar atau menonjolkan kebaikan yang telah dilakukannya. Ia tidak akan membanggakan diri atau mengingat-ingat kebaikannya kepada orang lain. Ia melupakan apa yang telah dia lakukan dan tidak memperoleh pahala dengan menyombongkan diri atas kebaikan yang telah dilalui.

Dengan menjalankan ciri-ciri ini, seseorang dapat menilai apakah perbuatan baik yang mereka lakukan benar-benar ikhlas atau ada motivasi lain di baliknya.


Tingkatan Keikhlasan

Warga Dubai Sholat Tahajud di Malam Lailatul Qadar
Umat Muslim melaksanakan sholat Tahajud selama Malam Lailatul Qadar di Masjid Naif, Dubai (5/5/2021). 10 hari menjelang berakhirnya bulan Ramadhan, umat muslim melakukan Itikaf untuk meraih malam kemuliaan (Lailatul Qadar) dengan membaca Alquran, Shalat Tahajud dan berzikir. (AFP/Karim Sahib)

Orang yang beramal dengan ikhlas disebut mukhlis. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ikhlas adalah perbuatan hati yang murni, tanpa mengharapkan apapun selain ridha Allah SWT. Ikhlas memiliki tiga tingkatan, yaitu:

1. Ikhlas Awam

Pada tingkatan ini, seseorang masih memiliki harapan dan mengharapkan sesuatu dari Allah SWT. Misalnya, dalam menjalankan ibadah, seseorang merasa takut akan siksaan Allah dan berharap mendapatkan pahala atas amal perbuatannya. Meskipun terdapat harapan, perbuatan ini tetap dianggap ikhlas karena hanya Allah SWT yang diharapkan memberi rezeki.

2. Ikhlas Khawas

Tingkatan ini lebih tinggi daripada ikhlas awam. Di sini, seseorang melakukan ibadah dan perbuatan baik dengan harapan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niatnya adalah agar Allah SWT memberikan balasan yang baik di akhirat, seperti kelak terhindar dari api neraka atau termasuk golongan yang terselamatkan.

3. Ikhlas Khawas Al-Khawas

Tingkatan tertinggi dari ikhlas adalah ikhlas khawas al-khawas. Pada tingkatan ini, seseorang hanya mengharapkan ridha Allah SWT semata. Ia tidak peduli dengan pujian atau kritik dari orang lain. Yang utama bagi orang yang mencapai tingkatan ini adalah kecintaannya kepada Allah SWT. Ia melakukan ibadah karena mencintai Allah, tanpa memperdulikan balasan surga atau pun apapun dari-Nya. Dia juga tetap ridha dengan segala ketentuan Allah SWT dalam hidupnya.

Dengan demikian, ketiga tingkatan ini menunjukkan berbagai tingkat ketulusan dan kedalaman keikhlasan seseorang dalam beribadah dan beramal. Semakin tinggi tingkatan ikhlas, semakin murni dan tulus niatnya hanya untuk mencari ridha Allah SWT.


Perintah Allah SWT untuk Ikhlas

Muslim Afghanistan Berburu Berkah Lailatul Qadar
Umat muslim Afghanistan membaca Alquran di sebuah masjid di Kabul, Rabu (6/6). Selama sepuluh hari terakhir Ramadan, umat muslim melakukan itikaf dengan melakukan dzikir, berdoa, dan salat sunnat untuk menantikan malam Lailatul Qadar. (AP/Rahmat Gul)

Orang yang beramal dengan ikhlas disebut mukhlis. Apa yang dimaksud dengan ikhlas adalah ikhlas adalah pekerjaan hati yang murni, tanpa mengharap apa pun, kecuali mengharapkan ridha Allah SWT.

Ikhlas adalah sesuatu hal yang sangat penting dan merupakan perintah Allah SWT. Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk selalu berusaha ikhlas sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam Al Quran Surat Saba ayat 46:

۞ قُلْ اِنَّمَآ اَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍۚ اَنْ تَقُوْمُوْا لِلّٰهِ مَثْنٰى وَفُرَادٰى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوْاۗ مَا بِصَاحِبِكُمْ مِّنْ جِنَّةٍۗ اِنْ هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ لَّكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ – ٤٦

Artinya: Katakanlah, “Aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu agar kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian agar kamu pikirkan (tentang Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (QS Saba:46)

Di ayat yang lain, Surat Al-Hajj ayat 31, Allah SWT berfirman:

حُنَفَاۤءَ لِلّٰهِ غَيْرَ مُشْرِكِيْنَ بِهٖۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَكَاَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاۤءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ اَوْ تَهْوِيْ بِهِ الرِّيْحُ فِيْ مَكَانٍ سَحِيْقٍ – ٣١

Artinya: (Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS 22:31)


Manfaat Menjadi Mukhlis

Ilustrasi muslim, berdoa, berzikir
Ilustrasi muslim, berdoa, berzikir. (Image by Aamir Mohd Khan from Pixabay)

Orang yang beramal dengan ikhlas disebut mukhlis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ikhlas adalah perbuatan hati di mana seseorang melakukan sesuatu tanpa mengharapkan apapun kecuali balasan dari Allah SWT semata. Artinya, dalam beribadah dan beramal, niatnya hanya untuk mencari ridha Allah tanpa mempertimbangkan apresiasi dari orang lain atau pujian.

Memiliki sikap ikhlas ini membawa sejumlah manfaat yang bisa kita rasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Berikut adalah manfaat sikap ikhlas yang dapat kita peroleh:

1. Sumber Rezeki Pahala yang Besar

Ketika kita melakukan segala sesuatu dengan ikhlas, setiap amal baik yang kita lakukan akan menjadi sumber rezeki pahala yang besar di mata Allah SWT. Ikhlas meningkatkan nilai ibadah kita di hadapan-Nya.

2. Selamat dari Adzab Besar pada Hari Pembalasan

Sikap ikhlas dapat menyelamatkan kita dari adzab besar di hari pembalasan, yaitu hari kiamat. Dengan ikhlas, kita akan mendapatkan perlindungan dan ampunan dari Allah SWT.

3. Hidayah dari Allah

Allah SWT memberikan hidayah atau petunjuk kepada orang-orang yang berusaha menjalani hidup dengan ikhlas. Sikap ikhlas membawa kita pada jalan yang benar dan menghindarkan kita dari kesesatan.

4. Jalan Selamat di Akhirat

Ikhlas merupakan salah satu kunci untuk mencapai keselamatan di akhirat. Dengan ikhlas, kita mendekatkan diri pada ridha Allah dan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan abadi di akhirat.

5. Amal Ibadah Diterima oleh Allah

Ibadah dan amal baik yang dilakukan dengan ikhlas akan diterima oleh Allah SWT. Artinya, segala usaha dan perbuatan yang kita lakukan dengan niat tulus akan memperoleh ganjaran dan pahala yang berlimpah dari-Nya.

6. Ketenangan dan Kedamaian Hidup

Sikap ikhlas membawa ketenangan dan kedamaian dalam hidup. Kita tidak akan terpengaruh oleh pujian atau celaan dari orang lain karena fokus kita hanya pada ridha Allah.

Dengan sikap ikhlas, hidup kita akan dipenuhi dengan berkah dan kebahagiaan karena kita menghadapi segala hal dengan ketulusan hati dan keyakinan pada Allah SWT. Ikhlas membawa keberkahan dalam setiap langkah hidup kita, dan Allah SWT menjanjikan balasan yang indah bagi orang-orang yang mampu mencapai tingkatan keikhlasan yang tinggi dalam ibadah dan amalannya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya