Limfosit adalah Sel Darah Putih, Kenali Peran dan Jenis Kelainan yang Mungkin Terjadi

Limfosit adalah tipe sel darah putih yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 28 Jul 2023, 08:50 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2023, 08:50 WIB
Jenis Leukosit
Ilustrasi Sel Darah Putih / Sumber: Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Limfosit adalah tipe sel darah putih yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Peran limfosit adalah untuk membantu melawan kanker, virus, dan bakteri asing.

Sistem kekebalan tubuh adalah mekanisme pertahanan tubuh yang kompleks dan melibatkan berbagai komponen, termasuk jaringan sel kekebalan, kelenjar getah bening, jaringan getah bening, dan organ limfatik. Limfosit adalah bagian yang memegang peran kunci dalam sistem ini. Sebab limfosit adalah bagian yang memiliki kemampuan untuk mengenali benda asing dan merespons dengan cara yang tepat.

Ketika tubuh terpapar kanker atau infeksi oleh virus dan bakteri, limfosit berperan aktif dalam mengenali dan menargetkan sel-sel yang terinfeksi atau benda asing tersebut. Limfosit adalah sel darah putih yang juga bertanggung jawab untuk merangsang produksi antibodi (sel B) dan mengatur respons selular (sel T) untuk memastikan bahwa penyakit atau infeksi dapat diatasi dengan efektif.

Untuk memahami lebih dalam mengenai apa itu limfosit, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (28/7/2023).

Apa Itu Limfosit?

Limfosit adalah jenis sel darah putih yang mengalami perkembangan di sumsum tulang. Setelah tahap perkembangan, limfosit akan menjadi sel yang matang dan beredar dalam aliran darah serta tersebar di seluruh bagian dari sistem limfatik tubuh Anda.

Seperti dilansir dari Cleveland Clinic, beberapa limfosit akan berpindah ke kelenjar timus di dalam dada Anda, di mana mereka akan mengalami diferensiasi menjadi sel T. Sementara itu, limfosit lainnya akan menuju kelenjar getah bening dan organ tubuh lainnya, dan di sana mereka akan berubah menjadi sel B.

Setiap limfosit memiliki nukleus yang besar berwarna ungu tua di tengah-tengahnya. Selain itu, limfosit juga dikelilingi sitoplasma atau cairan seperti agar-agar yang memiliki warna keunguan.

Kadar limfosit yang berada di rentang normal menandakan bahwa tubuh dalam kondisi baik. Adapun kadar limfosit normal pada orang dewasa adalah berkisar antara 1.000–4.800 sel/mikroliter darah.

Peran Limfosit dalam Sistem Kekebalan Tubuh

Jenis Leukosit
Ilustrasi Sel Darah Putih / Sumber: Pixabay

Limfosit adalah jenis sel darah putih yang memiliki peran penting dalam sistem kekebalan tubuh. Selain itu, limfosit juga berfungsi sebagai bagian penting dalam mekanisme memori imun. Ketika limfosit bertemu dengan antigen, mereka membantu sistem kekebalan tubuh Anda mengingatnya untuk jangka waktu yang lama.

Setelah pertemuan dengan antigen, beberapa limfosit berubah menjadi apa yang disebut sel memori. Sel memori ini memiliki kemampuan khusus untuk mengenali antigen yang pernah mereka hadapi sebelumnya. Jika antigen yang sama masuk kembali ke tubuh Anda di masa depan, sel-sel memori akan langsung mengenali dan meresponsnya dengan cepat. Inilah yang menjelaskan mengapa Anda tidak akan terkena infeksi yang sama, seperti campak atau cacar air, lebih dari sekali dalam seumur hidup Anda. Respons cepat dari sel memori ini membantu tubuh Anda melawan infeksi secara lebih efisien.

Konsep memori imun ini juga merupakan dasar dari vaksinasi. Ketika Anda mendapatkan vaksin, tubuh Anda diberikan bentuk lemah atau mati dari antigen yang spesifik. Hal ini menyebabkan sel-sel kekebalan tubuh Anda, termasuk limfosit, mengenali antigen tersebut dan mengembangkan sel memori untuknya. Jadi, jika Anda kemudian terpapar dengan antigen yang sebenarnya, tubuh Anda telah siap dan dapat dengan cepat meresponsnya, mencegah penyakit tersebut berkembang dengan parah atau bahkan mencegahnya sepenuhnya.

Dengan memahami peran penting limfosit dalam sistem kekebalan tubuh dan kemampuan mereka dalam membentuk sel memori, kita dapat menghargai betapa luar biasanya sistem kekebalan tubuh tubuh manusia dan mengapa vaksinasi sangat penting dalam melindungi kesehatan kita dari berbagai penyakit infeksius.

Tingkat Limfosit Normal, Tinggi, dan Rendah

[Bintang] Ilustrasi HIV
Meski sepele, kamu nggak boleh mengabaikan tanda seseorang terkena HIV ini ya. (Sumber Foto: POZ Magazine)

Limfosit adalah sel darah putih yang dapat memiliki tingkatan normal, tinggi, atau bahkan rendah. Semua tingkatan limfosit tersebut dapat berpengaruh secara signifikan terhadap sistem kekebalan tubuh.

Rentang normal limfosit bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti usia, ras, jenis kelamin, ketinggian, dan gaya hidup individu. Pada orang dewasa, jumlah normal limfosit dalam 1 mikroliter darah berkisar antara 1.000 hingga 4.800, sedangkan pada anak-anak, rentang normalnya adalah antara 3.000 hingga 9.500 limfosit dalam 1 mikroliter darah. Limfosit adalah salah satu jenis sel darah putih dan biasanya menyumbang sekitar 20% hingga 40% dari total sel darah putih Anda.

Limfositosis

Jika tingkat limfosit dalam darah Anda melebihi batas normal, kondisi ini disebut limfositosis. Limfositosis dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti infeksi atau penyakit. Tubuh Anda dapat menghasilkan lebih banyak limfosit untuk membantu melawan infeksi dan penyakit.

Namun, limfositosis juga bisa menjadi tanda kondisi yang lebih serius, termasuk hepatitis, sifilis, mononukleosis, tuberkulosis, HIV dan AIDS, hipotiroidisme, dan infeksi seperti batuk rejan, toksoplasmosis, atau cytomegalovirus. Lebih lanjut, kanker darah seperti limfoma atau leukemia juga dapat menyebabkan peningkatan jumlah limfosit.

Limfositopenia

Sebaliknya, jika tingkat limfosit dalam darah Anda rendah, kondisi ini disebut limfositopenia atau limfopenia. Penyebab limfositopenia bisa termasuk flu atau infeksi ringan lainnya.

Namun, kondisi yang lebih serius seperti HIV atau AIDS, tuberkulosis, hepatitis virus, penyakit darah seperti penyakit Hodgkin, penyakit autoimun seperti lupus, serta beberapa kondisi bawaan langka seperti imunodefisiensi kombinasi parah (SCID), ataksia-telangiektasia, sindrom DiGeorge, dan sindrom Wiskott-Aldrich, juga dapat menyebabkan penurunan jumlah limfosit. Terapi radiasi atau kemoterapi juga dapat mempengaruhi tingkat limfosit dalam darah.

Penting untuk memahami tingkat normal limfosit dalam tubuh dan memantau perubahan yang tidak biasa, karena perubahan ini dapat menjadi indikator adanya kondisi medis yang perlu ditangani dengan tepat. Jika ada kekhawatiran tentang tingkat limfosit Anda, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk evaluasi dan diagnosis yang tepat.

Gejala dari Limfosit yang Terlalu Tinggi atau Rendah

Sesak napas
Ilustrasi Sesak Napas Credit: unsplash.com/Laura

Limfositosis dan limfositopenia pada umumnya tidak menimbulkan gejala yang khas atau spesifik. Namun, jika kondisi yang mendasari seperti kelainan darah atau kanker menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah limfosit, maka mungkin timbul gejala yang terkait dengan penyakit tersebut. Beberapa gejala yang mungkin muncul karena perubahan jumlah limfosit adalah:

  1. Pembengkakan kelenjar getah bening: Kelenjar getah bening yang membengkak dapat menjadi tanda bahwa sistem kekebalan tubuh Anda sedang berjuang melawan infeksi atau adanya masalah kesehatan lainnya.
  2. Keringat malam: Keringat berlebihan di malam hari tanpa adanya aktivitas fisik yang berat dapat menjadi tanda adanya peradangan atau infeksi dalam tubuh.
  3. Demam: Demam adalah respon tubuh terhadap infeksi atau peradangan. Jika tingkat limfosit tinggi atau rendah terkait dengan kondisi yang mendasari, demam dapat menjadi salah satu gejalanya.
  4. Sakit perut: Sakit perut dapat terjadi sebagai gejala yang tidak khas dari beberapa kondisi kesehatan, termasuk masalah yang berhubungan dengan jumlah limfosit.
  5. Kehilangan selera makan: Perubahan jumlah limfosit dalam darah dapat mempengaruhi selera makan, sehingga beberapa orang mungkin mengalami penurunan nafsu makan.
  6. Sesak napas: Sesak napas bisa menjadi gejala jika limfositosis atau limfositopenia disebabkan oleh kondisi seperti penyakit paru-paru atau gangguan pernapasan lainnya.

Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini tidak selalu terjadi secara khusus akibat perubahan jumlah limfosit. Mereka dapat menjadi tanda-tanda penyakit atau kondisi medis lain yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh atau organ-organ tubuh lainnya. Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan atau memiliki kekhawatiran tentang kesehatan Anda, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi dan diagnosis yang tepat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya