Suri Teladan yang Baik Disebut juga Uswatun Hasanah, Ini 2 Sosok Contoh Terbaik dalam Islam

Suri teladan yang baik disebut juga uswatun hasanah.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 01 Agu 2023, 20:10 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2023, 20:10 WIB
Ilustrasi Islam, Muslim
Ilustrasi Islam, Muslim. (Sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Suri teladan yang baik disebut juga uswatun hasanah. Uswatun Hasanah adalah sebuah konsep penting dalam ajaran Islam yang merujuk pada teladan atau model ideal yang harus dijadikan contoh oleh umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan Nabi Muhammad SAW, yang menjadi contoh utama tentang bagaimana menjalani kehidupan dengan benar dan berbudi pekerti yang luhur.

Kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad merupakan sumber petunjuk dan inspirasi bagi umat Islam dan dikenal sebagai bentuk dari Uswatun Hasanah. Dengan mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW, kita dapat mencapai tingkat keunggulan spiritual dan moral yang tinggi serta mendapatkan kasih sayang dan rahmat Allah.

Suri teladan yang baik disebut juga uswatun hasanah, yakni contoh untuk umat Islam Yang mencakup semua aspek kehidupan nabi Muhammad, termasuk perilaku pribadi, interaksi sosial, ibadah, dan hubungan. Umat Islam didorong untuk mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari dan berusaha untuk meniru karakter, perilaku dan juga ajarannya.

Untuk memahami lebih dalam mengenai apa yang dimaksud uswatun hasanah, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (1/8/2023).


Pengertian dan Konsep Uswatun Hasanah

Suri teladan yang baik disebut juga uswatun hasanah. Uswatun Hasanah adalah istilah yang berasal bahasa Arab, yang berarti "teladan terbaik" atau "model terbaik". Dalam ajaran Islam, istilah ini sering digunakan untuk merujuk kepada Nabi Muhammad SAW sebagai contoh utama tentang bagaimana umat Islam harus menjalani kehidupan mereka.

Umat Muslim meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan panutan dalam segala aspek kehidupan, termasuk perilaku moral, interaksi sosial, ibadah, dan hubungan pribadi. Muslim didorong untuk mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari mereka dan berusaha meniru karakter, perilaku, dan ajarannya.

Uswatun Hasanah adalah salah satu konsep penting dalam ajaran Islam yang menekankan pentingnya mengikuti teladan terbaik. Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai teladan terbaik dalam kehidupan sehari-hari, dan umat Muslim dipersilakan untuk meneladani karakter, perilaku, dan ajarannya dalam berbagai aspek kehidupan.

Konsep ini berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam untuk mencapai tingkat moralitas, spiritualitas, dan keteladanan yang tinggi. Dengan mengikuti Uswatun Hasanah, umat Muslim diharapkan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik dan lebih dekat dengan ajaran Islam. Meskipun Nabi Muhammad SAW merupakan teladan utama, konsep ini juga mencakup contoh-contoh baik dari orang-orang saleh lainnya dalam sejarah Islam.

Contoh usswatun hasanah meliputi Nabi Muhammad SAW serta orang-orang saleh lainnya sepanjang sejarah. Meski demikian, Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai contoh paling sempurna, dan kehidupan serta ajarannya menjadi sumber utama pedoman bagi umat Islam.


Uswatun Hasanah dalam Diri Nabi Muhammad SAW

Surat Nabi Muhammad SAW Sebut Muslim Harus Lindungi Umat Nasrani
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW | Via: istimewa

Suri teladan yang baik disebut juga uswatun hasanah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai contoh paling sempurna, dan kehidupan serta ajarannya menjadi sumber utama pedoman bagi umat Islam.

Allah SWT berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Artinya: Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (QS. Al-Ahzab: 21).

Nabi Muhammad SAW terkenal karena kebaikan, kemurahan hati, kejujuran, dan kerendahan hati. Nabi Muhammad memperlakukan semua orang dengan hormat dan martabat, tanpa memandang status sosial, ras, atau agama mereka. Sebagai suami, ayah, dan teman, beliau selalu berbakti dan mengutamakan kebutuhan orang lain di atas kebutuhannya sendiri.

Dalam ajarannya, Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya beribadah kepada Allah, berlaku baik dan menghormati orang lain, serta menjalani kehidupan yang penuh moralitas dan etika. Beliau juga mendorong pentingnya pendidikan, pengembangan diri, dan pelayanan kepada masyarakat.

Uswatun Hasanah yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW terus menjadi contoh dan inspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia, mengajak mereka untuk mengikuti prinsip-prinsip Islam dan memberikan kontribusi positif bagi komunitas mereka.

Salah satu contoh Uswatun Hasanah adalah perlakuan Nabi Muhammad SAW terhadap tetangganya. Beliau menekankan pentingnya memperlakukan tetangga dengan baik dan penuh rasa hormat, tanpa memandang agama atau latar belakang mereka.

Ada sebuah cerita terkenal tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW selalu menjenguk dan memeriksa tetangga Yahudinya yang sedang sakit. Beliau dengan penuh kasih sayang menanyakan tentang kesehatannya dan menawarkan bantuan apapun yang dapat diberikan. Kasih sayang dan kepedulian Nabi Muhammad terhadap kesejahteraan tetangganya menjadi contoh yang sangat baik tentang bagaimana umat Islam harus bersikap terhadap tetangga mereka.

Contoh lain dari Uswatun Hasanah adalah penekanan Nabi Muhammad SAW pada kejujuran dan integritas dalam urusan bisnis. Beliau mendorong umat Islam untuk berlaku jujur dalam transaksi mereka dan memenuhi janji serta komitmen mereka.

Nabi Muhammad SAW juga menekankan pentingnya pengampunan dan kasih sayang. Beliau memaafkan mereka yang pernah berlaku buruk kepada beliau dan menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang membutuhkan. Sifat-sifat ini menjadi contoh yang sangat baik tentang bagaimana umat Islam harus berperilaku dalam hubungan pribadi dan sosial mereka.


Uswatun Hasanah dalam Diri Nabi Ibrahim AS

Ilustrasi ka'bah, ibadah haji
Ilustrasi ka'bah, ibadah haji. (Photo by ibrahim uz on Unsplash)

Suri teladan yang baik disebut juga uswatun hasanah. Tidak hanya Nabi Muhammad SAW, contoh uswatun hasanah juga mencakup orang-orang saleh lainnya sepanjang sejarah, termasuk Nabi Ibrahim AS. Allah SWT berfirman,

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاۤءُ اَبَدًا حَتّٰى تُؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ وَحْدَهٗٓ اِلَّا قَوْلَ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ لَاَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ اَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

Artinya: Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja,” kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya, ”Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu.” (Ibrahim berkata), “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali, (QS Al-Mumtahanah: 4)

Berikut adalah beberapa contoh teladan yang bisa kita pelajari dari sosok Nabi Ibrahim:

1. Semangat Mencari Kebenaran yang Tinggi

Meskipun dibesarkan dalam lingkungan ayahnya yang membuat patung berhala, Ibrahim tidak langsung mempercayainya begitu saja. Dengan semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi, dia berusaha mencari kebenaran tentang Ketuhanan hingga menemukan Allah SWT sebagai Tuhan yang sejati. Ibrahim menunjukkan dedikasi yang tinggi dalam mencari kebenaran dan tidak pernah menyerah dalam pencariannya.

2. Penggunaan Rasional dalam Mencari Kebenaran

Ibrahim adalah sosok yang rasional dalam mencari kebenaran. Saat mencari Tuhan, dia menggunakan akal sehat dan logika. Dia mempertanyakan apakah Tuhan berada pada matahari, bulan, atau alam semesta. Ibrahim menolak untuk mempercayai berhala-berhala yang dibuat ayahnya karena dia menyadari bahwa benda mati tidak memiliki kekuatan dan kendali atas dirinya.

3. Kesabaran Menghadapi Ujian

Ibrahim diuji berulang kali oleh Allah SWT. Dia menghadapi tantangan seperti ayahnya yang menolak kepercayaannya pada Allah, kesulitan dalam mendapatkan keturunan, dan berbagai masalah lainnya. Namun, dia tetap sabar dalam menghadapi ujian-ujian tersebut dan iman serta ketabahannya membuahkan keberkahan dengan dianugerahi dua istri, yaitu Siti Hajar dan Siti Sarah, yang melahirkan keturunan yang saleh.

4. Menempatkan Allah SWT di Atas Segalanya

Keyakinan Ibrahim pada Allah SWT begitu kuat sehingga dia menjadikan Allah sebagai tujuan utamanya dalam hidup. Ketika diperintahkan untuk mengorbankan putra kesayangannya, Ismail, dia dengan tulus menerima perintah tersebut karena itu adalah kehendak Allah. Kecintaannya pada keluarga dan manusia tidak mengalahkan kecintaannya pada Allah SWT. Ia menunjukkan ketaatan dan ketaqwaan yang luar biasa.

5. Mengabdikan Diri dalam Jalan Kebenaran

Setelah menemukan kebenaran, Ibrahim tidak tinggal diam. Dia menjadi seorang dakwah, mengajak masyarakatnya untuk mengikuti jalan yang lurus. Ibrahim juga menjadi pemimpin yang adil dan berusaha membawa keadilan dan kemakmuran bagi negerinya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya