Arti Uququl Walidain dalam Islam, Pahami dari Contohnya

Uququl walidain adalah orang yang melakukan hal-hal durhaka kepada kedua orang tuanya.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 21 Sep 2023, 16:50 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2023, 16:50 WIB
Arti Uququl Walidain dalam Islam, Pahami dari Contohnya
Ilustrasi Panti Jompo | Via: megapolitan.kompas.com

Liputan6.com, Jakarta Uququl walidain merupakan istilah dalam Islam yang sudah tak asing lagi bagi umat Musliam. Meskipun istilah tersebut populer, namun masih banyak umat Muslim yang belum memahami yang dimaksud dengan uququl walidain.

Uququl walidain merujuk pada perilaku durhaka atau tidak baik terhadap orang tua. Istilah ini dapat merusak hubungan keluarga dan mendatangkan murka Allah SWT Sebagai Muslim. Untuk itu, umat Muslim sangat dianjurkan untuk menjauhi uququl walidain.

Dalam ajaran Islam, ketaatan kepada orang tua dianggap sebagai jalan menuju kesuksesan dunia dan akhirat, sementara ketidakpatuhan dapat berdampak buruk pada kehidupan seseorang dan mendatangkan dosa.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai arti uququl walidain dan contohnya dalam kehidupan yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (21/9/2023).

Arti Uququl Walidain

Arti Uququl Walidain dalam Islam, Pahami dari Contohnya
Ilustrasi orang tua. (Foto: Unsplash/Jaddy Liu)

Dikutip dari buku Berbakti Kepada Ayah Bunda (2020) karya Ahmad Isa Asyur, menjelaskan bahwa uququl walidain adalah lawan dari birrul walidain, yang berarti tidak patuh, mengabaikan, menyakiti, mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan, meremehkan, memandang dengan pandangan hina, dan lain-lain. Secara sederhana, arti uququl walidain adalah orang yang melakukan hal-hal durhaka kepada kedua orang tuanya. Sikap tersebut sangat dibensi oleh Allah SWT.

Dalam buku berjudul Agar Kamu Masuk Surga karya H. F. Rahadian, uququl walidain adalah perbuatan-perbuatan yang merugikan dan tidak menyenangkan yang dilakukan seseorang kepada orang tua. Meskipun kata Walidain merujuk kepada kedua orang tua, Uququl Walidain tetap mencakup tindakan durhaka terhadap salah satu dari mereka, baik ayah maupun ibu. Uququl Walidain menunjukkan ketidakpatuhan dan ketidakadilan terhadap kedua orang tua.

Sedangkan menurut Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Al Fath bab Uququl Walidain, menjelaskan uququl walidain adalah apa saja yang dapat menyakiti kedua orang tua yang dilakukan oleh anaknya, baik dengan perbuatan atau perkataan (kecuali perbuatan syirik atau melakukan maksiat yang tidak ditentukan sebagai dosa kepada orang tua).

Islam mengajarkan pentingnya berbuat baik kepada orang tua dan menekankan ketaatan dan penghormatan kepada mereka. Dalam Al-Qur'an, Allah memerintahkan agar anak-anak berlaku baik dan taat kepada kedua orang tua. Ketidakpatuhan atau ketidaktaatan terhadap orang tua dianggap sebagai dosa serius dalam agama Islam karena orang tua dianggap sebagai pilar penting dalam keluarga dan memiliki hak istimewa atas penghormatan, perawatan, dan ketaatan anak-anak mereka.

Ketika seseorang melakukan uququl walidain, artinya mereka melakukan tindakan atau perilaku yang bertentangan dengan ketaatan dan penghormatan terhadap orang tua mereka, seperti mendurhakai mereka, mengabaikan perintah mereka, atau berperilaku kasar terhadap mereka. Ini dianggap sebagai pelanggaran etika dan ajaran agama dalam Islam, dan umat Islam diajarkan untuk menjauhi tindakan semacam itu.

Dalam ajaran Islam, ketaatan kepada orang tua dianggap sebagai jalan menuju kesuksesan dunia dan akhirat, sementara ketidakpatuhan dapat berdampak buruk pada kehidupan seseorang dan mendatangkan dosa. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk menjalankan ketaatan dan penghormatan terhadap orang tua sebagai bagian dari praktik keagamaan dan moral mereka.

Contoh Uququl Walidain dalam Kehidupan

Arti Uququl Walidain dalam Islam, Pahami dari Contohnya
Ilustrasi Ekspresi Marah Credit: pexels.com/AndreaPiacuadio

Dikutip dari buku Surga yang Terlupakan (2018) karya Irsyad Ulibaad, menjelaskan beberapa contoh uququl walidain dalam kehidupan yang perlu dihindari adalah sebagai berikut ini:

1. Mengeluarkan perkataan ‘ah’ atau semacamnya sebagai ungkapan tidak suka kemudian bersuara keras dan membentak orang tua. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Qur’an, yakni:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar tidak menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu. Apabila di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentaknya dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra ayat 23)

2. Menampilkan wajah yang tidak ramah atau bermuka masam kepada orang tua.

3. Melihat orang tua dengan tatapan yang sinis, merendahkan, bahkan menghina mereka. Tindakan tersebut adalah perilaku setan yang tengah berusaha membuat jarak antara anda dan orang tua. Segeralah membaca istighfar dan meminta maaf kepada orang tua.

4. Mencela dan menghina orang tua. Sesungguhnya perbuatan ini merupakan dosa besar. Diriwayatkan dalam sebuah hadits.

"Termasuk dosa besar, yakni seorang anak yang mencela kedua orangtua." Mereka bertanya, ‘Ya Rasulullah adakah orang yang mencela kedua orangtuanya?’ Beliau menjawab, ‘Ya, seseorang mencela bapaknya, seseorang mencela ibu orang lain, dan orang lain tersebut mencela ibunya.’" (HR. Bukhari dan Muslim).

5.  Berani memerintah orang tua, apalagi ketika orang tua dalam kondisi sakit atau lemah fisik. Hal ini termasuk dalam tindakan yang tidak dibenarkan. Terkecuali orang tua melakukannya dengan sukarela atau dalam kondisi sehat, hal ini tidak mengapa.

6. Berlepas tanggung jawab dari orangtua ketika mereka sudah menua. Apalagi sampai hati menempatkan orang tua ke panti jompo. Anak yang berbakti tidak akan membiarkan orangtuanya terlunta-lunta di masa tuanya.

Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, ia berkata ada seorang laki-laki mendatangi Nabi SAW kemudian meminta izin untuk berjihad. Beliau SAW pun bertanya, "Apakah kedua orangtuamu masih hidup?" Laki-laki itu menjawab, "Ya." Nabi SAW bersabda, "Maka, kepada keduanya itulah kamu berjihad." (HR Bukhari & Muslim)

7. Memberatkan orang tua dengan permintaan yang mereka tidak sanggup untuk memenuhinya, seperti meminta dibelikan barang-barang mewah, mobil, rumah, dan lainnya.

Balasan Mendurhakai Kedua Orang Tua

Dikutip dari laman NU Online, durhaka kepada orang tua, terutama kepada ibu, ditetapkan balasannya sebagai salah satu dosa besar dan menjadikan amal yang lain sia-sia, sebagaimana dalam hadits Rasulullah saw:

"Tiga perkara yang membuat suatu amal tidak bermanfaat bersama ketiganya, yaitu (1) menyekutukan Allah, (2) durhaka kepada orang tua, (3) lari dari peperangan.” (HR. ath-Thabrani).  

Bahkan orang yang durhaka kepada orang tua termasuk tiga dari golongan yang diharamkan masuk surga, hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis berikut:

“Tiga golongan yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pecandu khamr, orang durhaka kepada orang tua, dan orang yang dayuts.” (HR An-Nasa’i dan al-Hakim). 

Bahkan, lebih berat lagi, balasan orang yang durhaka kepada orang tua disegerakan di dunia sebelum kematiannya. Bentuknya tentu bermacam-macam, seperti disempitkan jalan rezeki, dijauhkan dari keberkahan, diliputi berbagai petaka serta kesedihan, dan sebagainya. Itu terekam jelas dalam hadits Rasulullah saw:

"Semua dosa diakhirkan balasannya oleh Allah sesuai kehendak-Nya kecuali dosa durhaka kepada orang tua. Dia akan menyegerakan balasan tersebut kepada pelakunya di dunia sebelum kematiannya." (HR Al-Hakim).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya