Apa yang Menyebabkan Indonesia Memiliki Dua Musim? Simak Faktor-Faktornya

Apa yang menyebabkan Indonesia memiliki dua musim, salah satunya karena letak geografis.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 29 Sep 2023, 18:20 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2023, 18:20 WIB
Ilustrasi hujan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis, bahwa wilayah Jawa Barat masih berada dalam puncak musim hujan sehingga peningkatan intensitas curah hujan masih kerap terjadi.

Liputan6.com, Jakarta Apa yang menyebabkan Indonesia memiliki dua musim? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penting bagi kita untuk memahami letak Indonesia. Sebab hal ini sangat memengaruhi kondisi iklim yang ada di Indonesia.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki dua musim utama, yaitu musim hujan (musim penghujan) dan musim kemarau (musim kering). Penyebab utama perbedaan musim ini adalah posisi geografis Indonesia, topografi negara ini, dan pengaruh cuaca global.

Indonesia terletak di antara Khatulistiwa (garis lintang nol derajat) dan garis balik utara. Hal ini membuat Indonesia menjadi negara tropis yang mendapatkan sinar matahari hampir sepanjang tahun. Posisi geografis ini menyebabkan suhu dan cahaya matahari relatif konstan sepanjang tahun. Hal ini, menjadi salah satu faktor apa yang menyebabkan Indonesia memiliki dua musim.

Tentu itu bukan satu-satunya faktor dari apa yang menyebabkan Indonesia memiliki dua musim. Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan Indonesia memiliki dua musim, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (29/9/2023).

Faktor Letak Geografis Indonesia

Apa yang menyebabkan Indonesia memiliki dua musim di antaranya karena faktor letak geografis. Posisi geografis Indonesia adalah faktor kunci yang menyebabkan negara ini memiliki dua musim utama: musim hujan dan musim kemarau. Terletak di antara garis lintang Khatulistiwa, Indonesia berada di wilayah iklim tropis.

Ini berarti suhu di Indonesia relatif konstan sepanjang tahun, dengan sedikit perubahan musiman dalam suhu. Bedanya, negara-negara yang terletak di garis lintang lebih tinggi mengalami perubahan musim yang lebih dramatis antara musim panas dan musim dingin.

Salah satu dampak paling mencolok dari posisi geografis Indonesia adalah sinar matahari yang merata sepanjang tahun. Ini berarti Indonesia memiliki durasi siang dan malam yang hampir konstan sepanjang tahun, yang berkontribusi pada stabilnya suhu. Meskipun suhu tetap, ada variasi dalam curah hujan yang signifikan.

Musim hujan di Indonesia terjadi ketika angin muson barat daya membawa udara lembab dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, menyebabkan curah hujan yang tinggi. Di sisi lain, selama musim kemarau, angin muson timur laut membawa udara kering dari daratan Australia, yang menyebabkan cuaca kering dan panas. Pola ini menghasilkan dua musim yang jelas dalam setahun, meskipun intensitas dan durasi musim ini dapat bervariasi dari wilayah ke wilayah di seluruh Indonesia.

Faktor Topografi Indonesia

Puncak Kemarau
Ilustrasi prakiraan puncak musim kemarau 2019 (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Apa yang menyebabkan Indonesia memiliki dua musim di antaranya karena faktor topografi Indonesia. Topografi Indonesia adalah salah satu faktor utama yang memengaruhi pola musim di negara ini.

Indonesia memiliki topografi yang sangat beragam, termasuk pegunungan tinggi, dataran tinggi, lembah, dan pulau-pulau kecil yang tersebar di seluruh wilayahnya. Faktor topografi ini memainkan peran kunci dalam pembentukan dua musim utama, musim hujan dan musim kemarau.

Pegunungan tinggi seperti Pegunungan Jayawijaya di Papua atau Pegunungan Bukit Barisan di Sumatera memiliki efek signifikan dalam menahan awan dan memicu hujan. Ketika angin lembab dari Samudra Hindia atau Samudra Pasifik mencapai pegunungan ini, udara naik dan mendingin, menyebabkan pembentukan awan dan hujan. Ini menghasilkan musim hujan yang panjang dan curah hujan yang tinggi di sekitar wilayah pegunungan.

Di sisi lain, pulau-pulau kecil dan dataran rendah mungkin memiliki cuaca yang lebih kering selama musim kemarau. Udara kering dari daratan Australia dapat mencapai pulau-pulau ini selama musim kemarau, yang menghasilkan cuaca panas dan kering. Wilayah-wilayah ini cenderung memiliki musim kemarau yang lebih panjang dan curah hujan yang lebih rendah.

Selain itu, penyebaran geografis pulau-pulau di seluruh Indonesia juga memengaruhi pola musim. Beberapa pulau mungkin berada di bawah pengaruh langsung angin muson barat daya selama musim hujan, sementara yang lain mungkin berada dalam bayangan lindungan dari hujan monsun, yang menghasilkan musim hujan yang lebih pendek.

Hasil dari semua faktor topografi ini adalah variasi yang signifikan dalam pola musim hujan dan kemarau di seluruh Indonesia. Sebagai hasilnya, berbagai wilayah di negara ini dapat mengalami musim hujan dan kemarau dengan intensitas dan durasi yang berbeda-beda sepanjang tahun.

Faktor Angin Muson

Angin Muson Barat
Pergerakan angin Muson Barat. (wwww.brainly.co.id)

Apa yang menyebabkan Indonesia memiliki dua musim di antaranya karena faktor angin muson. Angin muson adalah salah satu faktor utama yang memengaruhi pola musim di Indonesia. Terdapat dua jenis angin muson yang memainkan peran kunci dalam menentukan musim di negara ini: angin muson barat daya dan angin muson timur laut.

Selama musim hujan, angin muson barat daya membawa udara lembab dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia. Angin ini membawa uap air yang kaya ke atmosfer Indonesia, yang kemudian mengembun dan membentuk awan hujan. Ini menghasilkan curah hujan yang tinggi dan cuaca yang lebih sejuk di sebagian besar wilayah Indonesia. Musim hujan biasanya berlangsung dari sekitar November hingga Maret.

Di sisi lain, selama musim kemarau, angin muson timur laut membawa udara kering dari daratan Australia ke wilayah Indonesia. Udara ini cenderung kering dan panas, sehingga menyebabkan cuaca kering dan panas yang khas selama musim kemarau. Kelembaban udara berkurang, dan curah hujan menjadi sangat rendah. Musim kemarau biasanya berlangsung dari sekitar April hingga Oktober.

Angin muson juga memengaruhi perubahan arah dan kecepatan angin di berbagai wilayah Indonesia. Pergantian arah angin ini memengaruhi pola cuaca, aliran udara, dan distribusi curah hujan di seluruh negara ini.

Pentingnya angin muson dalam menentukan musim di Indonesia diperkuat oleh perubahan suhu permukaan laut di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Fenomena seperti El Niño dan La Niña, yang mengubah suhu permukaan laut, dapat memperkuat atau mengganggu pola angin muson dan dampak musim di Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman dan pemantauan angin muson adalah kunci dalam memprediksi musim hujan dan kemarau serta dalam manajemen sumber daya alam dan pertanian di Indonesia.

Pengaruh Samudera Hindia dan Samudra Pasifik

[Bintang] Fakta Samudera Hindia
Ilustrasi badai Samudera Hindia | Via: planeta.moy.su

Pengaruh Samudera Hindia dan Samudra Pasifik memiliki peran yang signifikan dalam membentuk pola musim di Indonesia. Dua samudra ini memengaruhi suhu permukaan laut dan distribusi panas di wilayah sekitar Indonesia, yang pada gilirannya mempengaruhi pola angin dan curah hujan di negara ini.

Selama musim hujan di Indonesia, suhu permukaan laut Samudra Hindia cenderung lebih tinggi daripada Samudra Pasifik. Perbedaan suhu ini menciptakan perbedaan tekanan udara antara dua samudra tersebut. Udara hangat di atas Samudra Hindia naik, menciptakan zona tekanan rendah, sementara udara yang lebih dingin di atas Samudra Pasifik menciptakan zona tekanan tinggi. Perbedaan tekanan ini menyebabkan aliran udara dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, membawa uap air yang kaya. Ini adalah salah satu alasan mengapa Indonesia mengalami curah hujan tinggi selama musim hujan.

Di sisi lain, selama musim kemarau, kondisi dapat berubah. Selama fenomena El Niño, yang terjadi ketika suhu permukaan laut Samudra Pasifik timur lebih hangat dari biasanya, angin muson barat daya yang membawa udara lembab dari Samudra Hindia ke Indonesia bisa lemah. Sebaliknya, angin muson timur laut dari daratan Australia bisa lebih kuat, menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dan cuaca yang lebih kering. Sementara itu, selama La Niña, ketika suhu permukaan laut Samudra Pasifik timur lebih dingin dari biasanya, musim hujan di Indonesia bisa lebih basah dan panjang.

Dengan demikian, pengaruh Samudera Hindia dan Samudra Pasifik, bersama dengan perubahan dalam suhu permukaan laut mereka, memainkan peran penting dalam menentukan musim hujan dan musim kemarau di Indonesia. Pengamatan dan pemantauan suhu permukaan laut di kedua samudra ini adalah kunci dalam memahami dan meramalkan pola musim di negara ini serta dalam mengelola risiko cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya