Ciri-ciri Kanker Otak, Penyebab, Faktor Risiko, serta Pengobatannya

Ciri-ciri kanker otak yang umum terjadi adalah sakit kepala terus menerus disertai rasa mual dan muntah.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 12 Okt 2023, 09:50 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2023, 09:50 WIB
Ilustrasi Kanker Otak (sumber: iStockphoto)
Ilustrasi Kanker Otak (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kanker otak adalah kondisi medis di mana sel-sel abnormal yang bersifat ganas tumbuh di dalam otak. Sel-sel ganas ini tumbuh dan berkembang dengan cepat, menyerang jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke bagian-bagian lain di dalam otak, serta sistem saraf pusat lainnya, seperti sumsum tulang belakang.

Berdasarkan data  Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kanker otak ini rentan terjadi pada anak-anak dan orang dewasa berusia 20-40 tahun. Ciri-ciri kanker otak yang umum terjadi adalah sakit kepala terus menerus disertai rasa mual dan muntah.

Kanker otak berbeda dengan jenis kanker lainnya karena cenderung tidak menyebar ke organ-organ di luar sistem saraf pusat. Meski begitu ciri-ciri kanker otak menjadi gejala yang perlu diwaspadai

Kanker otak merupakan salah satu penyakit kompleks yang sulit disembuhkan. Jika tidak segera mendapatkan penanganan kanker otak berpotensi tinggi berlanjut hingga stadium akhir bahkan menyebabkan kematian. Namun, deteksi sedini mungkin dapat membantu hasil pengobatan yang lebih signifikan.

Berikut ulasan tentang ciri-ciri kanker otak, penyebab, faktor risiko dan pengobatannya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (12/10/2023).

Gejala Kanker Otak

Ilustrasi Sakit Kepala
Ilustrasi Sakit Kepala (pixabay.com)

Gejala atau ciri-ciri kanker otak dapat menjadi indikator pendeteksi adanya penyakit ini di dalam tubuh. Apabila merasa mengalami gejala-gejala ini sebaiknya segera lakukan konsultasi dengan dokter. Berikut ciri-ciri kanker otak.

1. Sakit Kepala

Gejala paling umum adalah sakit kepala, namun, ini bukanlah sakit kepala biasa seperti migrain. Kepala bisa terasa sakit di beberapa titik karena pertumbuhan tumor. Pemeriksaan dengan MRI seringkali diperlukan untuk mendeteksi penyebab sakit kepala yang hebat.

2. Kejang

Penderita kanker otak bisa mengalami kejang, yang sering disertai dengan kehilangan kesadaran, hilangnya kontrol tubuh, kehilangan penciuman, penglihatan buram, dan gerakan berulang.

3. Mual dan Muntah

Rasa mual dan muntah bisa disebabkan oleh peningkatan tekanan dalam rongga kepala akibat tumor.

4. Gangguan Penglihatan

Jika tumor terletak di dekat organ penglihatan, ini dapat mengganggu fungsi penglihatan dan menyebabkan gejala seperti penglihatan kabur, buta warna, atau bahkan kebutaan sebagian atau total.

5. Kerusakan Sistem Saraf dan Sumsum Tulang Belakang

Kanker otak dapat merusak sistem saraf dan sumsum tulang belakang, menyebabkan gejala seperti gerakan tak terkendali, kesemutan pada anggota tubuh, hilangnya sensorik pada wajah, dan gangguan kontrol pada saluran kemih dan buang air besar.

6. Kebingungan

Pasien dengan kanker otak sering mengalami kebingungan, bahkan terhadap identitas diri mereka sendiri. Pengobatan dan terapi oleh dokter spesialis dapat membantu mengelola gejala ini.

7. Lupa Ingatan

Kanker otak dapat menyebabkan kesulitan mengingat, bahkan hingga ke tahap halusinasi dan kesulitan memberikan respons. Tindakan operasi mungkin diperlukan untuk mencegah perkembangan tumor.

8. Gangguan Tidur

Peningkatan tekanan di rongga kepala dapat mengganggu siklus tidur, menyebabkan gangguan kognitif dan kelelahan. Pasien bisa mengalami perubahan dalam pola tidur, seperti bangun tidur lebih awal, terlambat, atau merasa tidak segar setelah bangun tidur.

9. Gangguan Lisan

Disfasia, yaitu gangguan pemahaman bahasa dan bicara, sering dialami oleh penderita kanker otak. Ini disebabkan oleh pengaruh tumor otak yang mengganggu kemampuan berbicara dan memahami bahasa.

10. Gangguan Pendengaran

Kanker otak juga dapat merusak sistem saraf vestibulokoklear yang mengendalikan keseimbangan dan pendengaran. Gejala yang mungkin termasuk suara berdenging, kehilangan keseimbangan, vertigo, dan lemahnya otot wajah.

Penyebab dan Faktor Risiko

Ganti Sel Otak Lama dengan Baru
Ilmuwan Mampu Ganti Sel Otak Lama dengan Baru (Ilustrasi Otak/Pexels/Anna Shvets)

Hingga saat ini, penyebab kanker otak belum sepenuhnya diketahui. Namun, para peneliti telah mengidentifikasi perubahan dalam DNA sel otak normal yang menyebabkannya berubah menjadi sel tumor. Perubahan-perubahan diduga menjadi faktor utama dalam perkembangan kanker otak.

Kanker otak dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kanker otak primer dan sekunder. Kanker otak primer diyakini berasal dari sel-sel abnormal yang tumbuh di dalam otak itu sendiri. Dalam hal ini, pertumbuhan sel ganas dimulai di otak dan dapat menyebar ke berbagai bagian di dalam otak. 

Pada jenis kanker otak primer, perubahan genetik ini dapat terjadi dalam sel otak mana pun, seperti sel glial dan sel lainnya di dalam otak. Kanker otak primer dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti glioma, meningioma, atau glioblastoma.

Kanker otak sekunder, juga dikenal sebagai metastasis otak, merupakan kondisi di mana sel-sel kanker menyebar dari bagian tubuh lain, seperti payudara, paru-paru, atau ginjal, ke otak. Sel-sel kanker tersebut mencapai otak melalui aliran darah atau sistem limfatik. Kanker otak sekunder lebih umum daripada kanker otak primer. Penyebab pasti untuk perkembangan kondisi ini belum sepenuhnya dipahami, dan bisa dipengaruhi oleh faktor keturunan atau faktor lain yang tidak diketahui.

Meskipun penyebab pasti kanker otak masih menjadi misteri, ada beberapa faktor risiko yang diidentifikasi dan dapat meningkatkan resiko seseorang terkena kanker otak, seperti berikut.

  1. Pernah Terpapar Radiasi: Pemaparan radiasi ionisasi, seperti radioterapi yang digunakan dalam pengobatan kanker lainnya, dapat meningkatkan risiko kanker otak. Paparan radiasi dari lingkungan atau pekerjaan tertentu juga dapat menjadi faktor risiko.
  2. Pertambahan Usia: Kanker otak lebih sering terjadi pada orang yang lebih tua. Usia merupakan faktor risiko, dan risiko ini meningkat seiring bertambahnya usia.
  3. Paparan Bahan Kimia: Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia beracun tertentu, seperti pestisida, pelarut organik, atau zat kimia industri, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker otak.
  4. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah: Individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti mereka yang menjalani transplantasi organ dan harus mengonsumsi obat penekan sistem kekebalan, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker otak.
  5. Kelainan Genetik: Beberapa kelainan genetik dapat meningkatkan risiko kanker otak. Misalnya, keluarga dengan riwayat kanker otak mungkin memiliki faktor genetik yang meningkatkan risiko pada anggota keluarga lainnya.

Faktor risiko ini hanya meningkatkan kemungkinan terkena kanker otak, dan tidak semua orang dengan faktor-faktor ini akan mengembangkan penyakit ini. Kanker otak adalah penyakit yang kompleks, dan penelitian terus dilakukan untuk memahami lebih baik penyebab dan faktor-faktor yang memengaruhi risiko kanker otak.

Diagnosis dan Pengobatan Kanker Otak

otak
Ilustrasi kedua sisi otak. (Foto: Unsplash/Priyanka Singh)

Proses diagnosis kanker otak melibatkan beberapa langkah dan tes untuk mengkonfirmasi keberadaan penyakit ini. Prosedur diagnosis juga bertujuan untuk mengetahui jenis, lokasi, dan tingkat keparahan kanker tersebut. Berikut adalah langkah-langkah dan tes yang digunakan dalam proses diagnosis kanker otak.

1. Anamnesis

Dokter akan mengumpulkan informasi melalui wawancara dengan pasien mengenai gejala yang dialami, riwayat medis, dan faktor risiko. Ini adalah langkah awal untuk mendapatkan pemahaman tentang kondisi pasien.

2. Pemeriksaan Fisik

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda fisik yang dapat mengindikasikan adanya kanker otak, seperti gangguan neurologis atau tanda-tanda lainnya.

3. Pemeriksaan Citra

  1. CT Scan (Computed Tomography): Ini adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar X dan komputer untuk menciptakan gambaran detil dari otak pasien. CT scan dapat membantu mengidentifikasi tumor dan menentukan ukurannya.
  2. MRI (Magnetic Resonance Imaging): MRI memanfaatkan kekuatan magnet dan komputer untuk menghasilkan gambaran yang lebih rinci dari otak. Ini adalah alat penting dalam mendiagnosis kanker otak.
  3. PET Scan (Positron Emission Tomography): Pada pemeriksaan ini, larutan radioaktif disuntikkan ke pasien untuk mendeteksi keberadaan sel kanker atau daerah yang bermetabolisme tinggi.

4. Biops

Biopsi adalah prosedur di mana sampel jaringan tumor diambil dari otak pasien dan diuji di laboratorium. Ini membantu dalam menentukan jenis dan tingkat keganasan kanker otak.

Setelah proses diagnosis kanker otak, berbagai pilihan pengobatan mungkin direkomendasikan, tergantung pada jenis, lokasi, dan tingkat keparahan kanker. Berikut beberapa metode pengobatan kanker otak.

  1. Operasi: Operasi bertujuan untuk mengangkat tumor ganas dari otak. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin dapat mengangkat seluruh tumor, sementara dalam kasus lain, hanya sebagian tumor yang dapat diangkat untuk menjaga fungsi otak yang sehat.
  2. Radioterapi: Terapi radiasi melibatkan penggunaan sinar radiasi untuk meredakan gejala kanker otak atau membunuh sisa sel kanker setelah operasi. Ini dapat membantu mengendalikan pertumbuhan tumor.
  3. Kemoterapi: Kemoterapi melibatkan penggunaan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui infus atau tablet untuk membunuh sel-sel kanker. Ini sering digunakan setelah operasi atau sebagai pengobatan tambahan.
  4. Perawatan Paliatif: Perawatan paliatif ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengurangi gejala dan rasa nyeri. Ini juga mencakup perhatian terhadap aspek psikologis pasien dan keluarga. Perawatan ini sering diberikan jika pasien tidak memenuhi kriteria untuk pengobatan kuratif atau bila pengobatan lain tidak mungkin.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya