Liputan6.com, Jakarta Diare adalah suatu kondisi kesehatan yang ditandai oleh frekuensi buang air besar meningkat dan tinja yang encer. Biasanya, diare terjadi ketika tubuh tidak dapat menyerap air atau nutrisi dengan baik dari makanan dikonsumsi.
Diare disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi bakteri, virus, atau parasit yang mengganggu sistem pencernaan, reaksi alergi terhadap makanan tertentu, penggunaan obat-obatan tertentu, gangguan pencernaan kronis seperti sindrom iritasi usus (IBS), dan banyak faktor lainnya.
Baca Juga
Tak hanya itu saja, diare disebabkan oleh stres dan kecemasan yang berlebihan. Di mana kondisi ini kerap disertai dengan gejala seperti buang air besar yang sering, tinja encer, kram perut, dehidrasi, dan mungkin mual dan muntah. Diare dapat berkisar dari ringan hingga parah dan dapat berlangsung selama beberapa hari hingga berminggu-minggu, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan.
Advertisement
Penting untuk mengatasi diare dengan tepat, terutama jika berlangsung lama atau disertai dengan gejala serius untuk mencegah dehidrasi dan komplikasi lebih lanjut. Berikut penyebab diare dan cara mengatasi yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (20/10/2023).Â
1. Infeksi Bakteri, Virus, atau Parasit
Diare merupakan suatu gejala yang sering dikaitkan dengan adanya infeksi pada saluran pencernaan manusia. Diare disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme patogen seperti bakteri Salmonella, Escherichia coli (E. coli), dan Campylobacter, selain itu virus seperti Norovirus dan Rotavirus, serta parasit seperti Giardia dan Entamoeba histolytica, semuanya dapat menyerang dan menginfeksi usus manusia, memicu gejala diare. Infeksi ini seringkali terjadi ketika makanan, atau air yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme ini dikonsumsi dan dalam beberapa kasus juga melalui kontak langsung dengan sumber infeksi tersebut.
2. Makanan dan Minuman Tidak Higienis
Diare disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang tidak memenuhi standar kebersihan yang diperlukan. Kontaminasi makanan atau minuman oleh bakteri patogen atau virus biasanya terjadi selama tahap persiapan, penyimpanan, atau penanganan makanan. Oleh karena itu, memastikan praktik kebersihan yang ketat selama semua tahapan ini adalah kunci dalam mencegah risiko terjadinya diare.
3. Alergi Makanan
Pada beberapa individu, diare dapat terjadi sebagai reaksi terhadap alergi makanan tertentu. Sebagai contoh, intoleransi laktosa adalah suatu kondisi di mana tubuh kesulitan mencerna laktosa yang merupakan gula susu. Selain itu, alergi makanan spesifik terhadap bahan makanan seperti kacang, gandum, atau seafood juga dapat menyebabkan gejala alergi, termasuk diare, ketika bahan-bahan tersebut dikonsumsi.
4. Efek Samping Obat-obatan
Beberapa jenis obat, terutama antibiotik dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam populasi bakteri di dalam saluran pencernaan. Ini disebabkan oleh sifat antibiotik yang merusak tidak hanya bakteri patogen yang menyebabkan infeksi, tetapi juga bakteri normal yang berperan penting dalam pencernaan yang sehat. Akibatnya, diare dapat terjadi sebagai efek samping obat ini seringkali dikenal sebagai diare antibiotik.
5. Stres dan Kecemasan
Kondisi emosional, seperti stres dan kecemasan memiliki kemampuan untuk memengaruhi sistem pencernaan manusia. Stres dan kecemasan dapat memicu respon tubuh yang mengganggu pergerakan normal usus, sehingga mempengaruhi kontraksi otot-otot usus yang pada akhirnya dapat menghasilkan diare fungsional.
Advertisement
6. Gangguan Pencernaan Kronis
Beberapa gangguan pencernaan jangka panjang, seperti sindrom iritasi usus (IBS), penyakit celiac, penyakit Crohn, dan kolitis ulseratif, memiliki kecenderungan untuk menyebabkan gejala diare yang berulang. Gangguan-gangguan ini memiliki sifat kronis dan mempengaruhi fungsi saluran pencernaan secara keseluruhan, dan diare seringkali menjadi gejala yang umum terkait dengan gangguan-gangguan ini.
7. Kontaminasi Parasit
Diare disebabkan oleh kontaminasi oleh parasit seperti Giardia, Cryptosporidium, dan Entamoeba histolytica. Parasit-parasit ini dapat masuk ke tubuh melalui air minum yang tidak bersih atau makanan yang tidak dimasak dengan baik. Setelah masuk ke dalam saluran pencernaan, mereka dapat menginfeksi usus dan menyebabkan diare yang berhubungan dengan peradangan.
8. Perubahan Pola Makan
Perubahan drastis dalam pola makan terutama saat seseorang bepergian ke negara dengan makanan yang tidak biasa bagi sistem pencernaan dapat memicu gejala diare. Hal ini terjadi karena tubuh mungkin belum terbiasa dengan jenis makanan baru yang dikonsumsi, sehingga sistem pencernaan merespons dengan diare sebagai upaya untuk menghilangkan bahan asing atau beracun.
9. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Beberapa penyakit menular seksual, seperti klamidia, dapat menyebar ke rektum dan menyebabkan gejala diare. Infeksi ini mungkin terjadi melalui kontak seksual yang tidak aman dan dapat memengaruhi saluran pencernaan mengakibatkan peradangan dan diare.
10. Kondisi Medis yang Mendasari
Terkadang, diare dapat menjadi gejala dari kondisi medis yang mendasari, seperti gangguan endokrin (seperti hipertiroidisme), penyakit hati, atau gangguan ginjal. Kondisi ini dapat memengaruhi fungsi sistem pencernaan, atau menghasilkan zat-zat dalam tubuh yang mempengaruhi usus. Tak hanya itu saja, pasien yang menjalani radioterapi atau kemoterapi untuk pengobatan kanker dapat mengalami diare sebagai efek samping dari perawatan tersebut.Â
Cara Mengatasi
Minum Banyak Cairan
Diare sering kali mengakibatkan kehilangan cairan tubuh yang signifikan, sehingga menjaga hidrasi sangat penting. Cairan tubuh yang hilang perlu diganti. Anda dapat minum air putih, jus, atau minuman elektrolit seperti larutan oralit. Larutan oralit mengandung garam dan elektrolit penting lainnya, di mana akan membantu memperbaiki keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Khususnya bagi anak-anak dan orang tua, dehidrasi dapat berkembang sangat cepat sehingga perlu memastikan mereka minum cairan dalam jumlah yang cukup.
Pilihan Makanan yang Tepat
Ketika Anda mengalami diare, memilih makanan yang tepat dapat membantu meredakan gejala dan memulihkan sistem pencernaan. Hindari makanan pedas, berminyak, atau berlemak tinggi, karena makanan-makanan ini dapat memperparah iritasi usus. Sebaliknya, makanan seperti beras putih, apel tanpa kulit, roti gandum, pisang, dan nasi tanpa garam dapat membantu mengurangi frekuensi buang air besar. Ini adalah makanan yang rendah serat dan lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan yang sensitif.
Istirahat yang Cukup
Ketika menghadapi diare, tubuh Anda memerlukan waktu untuk memulihkan diri. Istirahat yang cukup adalah esensial dalam proses ini. Hindari aktivitas fisik yang berat selama periode diare dan cobalah untuk merilekskan tubuh Anda. Stres fisik dapat memperburuk gejala dan menghambat pemulihan.
Obat-obatan yang Diresepkan
Jika diare Anda sangat mengganggu atau berlangsung lama, konsultasikan dengan dokter. Dokter mungkin meresepkan obat anti-diare, seperti loperamide, yang membantu mengurangi kontraksi usus dan memperlambat pergerakan tinja. Namun, penggunaan obat-obatan harus selalu sesuai dengan instruksi dokter karena penggunaan berlebihan atau tidak sesuai dosis dapat memiliki efek samping yang tidak diinginkan.
Perhatikan Pola Makan
Cobalah makan dalam porsi kecil dan sering. Ini dapat membantu mengurangi tekanan pada sistem pencernaan Anda dan mengurangi frekuensi buang air besar. Selain itu, mengunyah makanan dengan baik sebelum menelannya membantu sistem pencernaan Anda dalam memproses makanan lebih efisien. Namun, jika gejala diare berlangsung lebih dari beberapa hari atau berulang secara teratur, penting untuk mencari bantuan medis. Dokter akan dapat memberikan diagnosis yang lebih mendalam dan merancang rencana perawatan yang sesuai dengan kondisi Anda.
Advertisement