Liputan6.com, Jakarta Dalil naqli adalah bukti-bukti atau alasan tentang kebenaran, atau ketidakbenaran berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Dalil naqli digunakan untuk menjelaskan, mendukung, atau menguatkan hukum, ajaran, atau tindakan dalam agama Islam.
Dalil naqli adalah? Naqli menurut bahasa adalah dari (نقل الشيء) yakni mengambil sesuatu dari satu tempat ke tempat lain, dan (نَقَلَة الحديث) yakni mereka yang menuliskan hadist-hadist dan menyalinkannya dan menyandarkannya kepada sumber-sumbernya.
Advertisement
Ketika naqli dihubungkan dengan ilmu tafsir, maka disebut tafsir bi al-manqul atau bi al-ma’tsur, yaitu penafsiran Al-Qur’an yang disandarkan kepada riwayat-riwayat yang sahih secara tertib. Dalil naqli adalah? Petunjuk dalam umat Islam ini memiliki otoritas tertinggi, yang dipercayai sebagai firman Allah SWT.
Advertisement
Dalil naqli memberikan landasan pasti untuk hukum, keyakinan, tindakan dalam Islam, dan tidak dapat disangsikan oleh umat Muslim, yang memegang teguh ajaran agama mereka. Berikut ini penjelasan tentang dalil naqli yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (31/10/2023).
Memahami Dalil Naqli
Dalil dalam konteks agama Islam, adalah elemen kunci yang digunakan sebagai landasan atau argumen, untuk mendukung atau membuktikan suatu pernyataan atau keyakinan. Istilah "dalil" merujuk pada bukti, argumen, atau alasan yang digunakan dalam pemahaman, penafsiran, dan aplikasi hukum Islam. Kemampuan untuk memahami dan menafsirkan dalil dengan benar sangat penting dalam Islam, karena hal ini memungkinkan umat Muslim untuk memahami hukum-hukum agama mereka dengan tepat, dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam proses pengambilan keputusan, penggunaan dalil memerlukan pendekatan yang akurat dan hati-hati. Pertama-tama, dalil harus dipahami secara mendalam dan benar, sehingga penafsiran yang salah dapat dihindari. Kedua, dalil harus diperhitungkan dalam konteks dan situasi yang relevan agar tidak menghasilkan pemahaman yang keliru atau tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Ketiga, dalil perlu diuji kembali dengan metode-metode ijtihad yang tepat, seperti ushul fiqh, untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah adil dan sesuai dengan hukum Islam.
Dalil aqli dan dalil naqli adalah dua jenis dalil yang digunakan dalam memahami dan mengaplikasikan hukum Islam. Dalil naqli adalah kategori khusus, di mana berasal dari teks atau sumber-sumber keagamaan, seperti Al-Quran dan Hadis. Dalil naqli digunakan untuk memahami hukum-hukum Islam yang secara eksplisit, dinyatakan dalam sumber-sumber keagamaan tersebut.
Contoh nyata dari dalil naqli adalah kewajiban melaksanakan salat lima waktu sehari-hari dan aturan-aturan seputar zakat. Sumber dalil naqli dalam Islam sangat dihormati dan diakui oleh seluruh umat Muslim, sebagai panduan utama dalam memahami hukum dan ajaran agama. Dua sumber utama dalam kategori ini adalah:
1. Al-Quran
Al-Quran adalah kitab suci dalam agama Islam yang dipandang sebagai firman Allah SWT, diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Al-Quran merupakan sumber dalil utama dalam Islam, yang digunakan untuk memahami hukum-hukum agama dan prinsip-prinsip ajaran Islam.
2. Hadis
Hadis adalah koleksi riwayat perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW yang digunakan sebagai panduan, dalam memahami hukum-hukum Islam dan prinsip-prinsip agama. Hadis merupakan sumber dalil kedua setelah Al-Quran.
Penggunaan dan pemahaman yang benar terhadap dalil naqli ini, merupakan upaya untuk menjaga integritas ajaran Islam, dan memastikan bahwa hukum dan praktik agama selaras dengan sumber-sumber utamanya.
Advertisement
Contoh Penggunaan
Dalil naqli yang berasal dari Al-Qur'an dan Hadis, merupakan pijakan fundamental dalam pemahaman dan implementasi ajaran agama Islam. Penggunaan dalil ini memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap teks-teks suci, dan pengetahuan yang cermat terhadap tradisi agama. Penggunaan yang tepat dari dalil naqli memungkinkan umat Muslim, untuk menjalani kehidupan sehari-hari mereka sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan petunjuk Nabi Muhammad SAW.
Berikut ini contoh penggunaan dalil naqli dalam beberapa aspek diantaranya:
Surat Al Ikhlas
Artinya: “Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.
Salat (Shalat)
Salat adalah ibadah paling sering dilakukan oleh umat Muslim. Dalil naqli digunakan untuk mengatur tata cara pelaksanaan salat dengan rinci. Sebagai contoh, ayat Al-Qur'an dalam Surat Al-Baqarah (2:238) menjelaskan tentang pentingnya menjaga waktu-waktu salat, dan melaksanakannya dengan khusyuk. Hadis Nabi Muhammad SAW juga memberikan petunjuk terperinci, tentang gerakan-gerakan yang harus dilakukan selama salat, termasuk rukuk, sujud, dan berbagai doa yang harus dibaca.
Zakat
Zakat adalah kewajiban sumbangan yang wajib bagi umat Muslim, untuk membantu fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Dalil naqli mengatur besaran persentase harta yang harus dikeluarkan untuk zakat, dan hal ini didasarkan pada petunjuk yang terdapat dalam Hadis. Namun, zakat juga berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan, solidaritas sosial, dan kepedulian terhadap sesama, yang mencerminkan esensi agama Islam.
Puasa Ramadan
Kewajiban berpuasa selama bulan Ramadan didasarkan pada dalil naqli, yang menyatakan bahwa Allah telah memerintahkan umat Muslim untuk berpuasa selama bulan ini. Ayat dalam Al-Qur'an (Surat Al-Baqarah, 2:185) secara tegas mengenai kewajiban berpuasa selama Ramadan. Hadis juga memberikan pedoman lebih lanjut mengenai pelaksanaan puasa, termasuk ketentuan-ketentuan seperti berbuka puasa pada waktu yang ditentukan.
Perbedaan Dalil Naqli dan Aqli
Dalil aqli adalah bentuk dalil yang bersumber dari pemikiran dan akal manusia. Dalil aqli menggunakan kemampuan akal untuk menginterpretasikan hukum-hukum Islam yang tidak secara eksplisit dinyatakan dalam Al-Quran dan Hadis. Contoh nyata dari penggunaan dalil aqli adalah dalam menetapkan prinsip-prinsip moral dan etika yang dianjurkan dalam Islam, seperti kejujuran, kesetiaan, dan prinsip persamaan hak.
Sumber-sumber dalil aqli berasal dari penafsiran dan refleksi, yang berasal dari periode setelah masa Nabi Muhammad SAW, termasuk karya-karya ulama Islam dan fatwa-fatwa para ahli hukum Islam. Dalil aqli memungkinkan umat Islam untuk mengembangkan pemahaman dan aplikasi hukum Islam dalam konteks yang beragam, serta mengatasi situasi atau masalah yang tidak secara eksplisit dijelaskan dalam sumber-sumber suci, seperti Al-Quran dan Hadis.
Baik dalil aqli maupun dalil naqli memiliki peran vital, dalam menafsirkan dan menerapkan hukum Islam. Dalil aqli digunakan untuk menjelaskan hukum-hukum Islam yang tidak secara eksplisit disebutkan dalam sumber-sumber keagamaan, sementara dalil naqli digunakan untuk memahami hukum-hukum Islam yang dinyatakan secara langsung dalam sumber-sumber keagamaan seperti Al-Quran dan Hadis.
Penggunaan keduanya dalam proses pengambilan keputusan memerlukan pendekatan yang cermat dan mematuhi prinsip-prinsip ijtihad yang benar. Penggunaan dalil aqli harus diupayakan agar tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, yang telah tertuang dalam sumber-sumber keagamaan. Sementara itu, penggunaan dalil naqli harus memperhatikan konteks dan situasi yang ada agar tidak menghasilkan pemahaman yang keliru, atau yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang telah ditetapkan. Dengan demikian, keduanya menjadi instrumen yang penting dalam menjaga konsistensi dan kebenaran, dalam praktik dan pemahaman hukum Islam.
Advertisement