Liputan6.com, Jakarta Setiap 1 November diperingati sebagai Hari Vegan Sedunia atau biasa dikenal dengan World Vegan Day. Pada peringatan kali ini lebih menyoroti tentang kehidupan masyarakat yang menolak mengonsumsi produk hewani dan memilih untuk makan nabati.
Baca Juga
Advertisement
Tindakan tersebut disebut juga dengan istilah veganisme. Secara umum, apa itu veganisme adalah sebuah filosofi dan gaya hidup yang peduli dan mempraktikkan kehidupan tanpa segala bentuk eksploitasi hewan, baik itu penolakan untuk mengonsumsi hewan untuk makanan, pakaian, serta penolakan uji coba pada hewan.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai apa itu veganisme dan jenis makanannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (1/11/2023).
Apa Itu Veganisme
Secara umum, apa itu veganisme adalah sebuah filosofi dan gaya hidup yang peduli dan mempraktikkan kehidupan tanpa segala bentuk eksploitasi hewan, baik itu penolakan untuk mengonsumsi hewan untuk makanan, pakaian, serta penolakan uji coba pada hewan. Orang-orang yang mempraktikkan gaya hidup veganisme disebut dengan vegan.
Berdasarkan definisinya, apa itu veganisme adalah cara hidup yang sebisa mungkin mengecualikan segala bentuk eksploitasi dan kekejaman terhadap hewan. Istilah veganisme dikemukakan pertama kali pada 1944 oleh Donald Watson, seorang advokat asal Inggris yang fokus pada hak-hak hewan dan juga seorang pendiri The Vegan Society.
Jauh sebelum abad ke-20, konsep menghindari konsumsi daging sudah ada sejak berkembangnya peradaban masyarakat India kuno dan Mediterania Timur. Dalam budaya India sendiri, praktik anti kekerasan atau disebut ahimsa mengisyaratkan adanya gagasan kehidupan tanpa daging. Nama vegan diambil dari beberapa huruf dari istilah "vegetarian" menjadi "vegan."
Advertisement
Asupan Nutrisi Veganisme
Seperti yang kita ketahui bahwa veganisme merupakan pola hidup yang mengecualikan mengonsumsi semua makanan yang berasal dari hewani dan produk olahannya seperti daging, unggas, ikan, makanan laut, susu, telur, mayones, dan madu, serta produk sampingannya seperti mentega, kasein, rennet dan laktoserum (whey). Mereka lebih memilih untuk memakan makanan yang berasal dari tumbuhan seperti buah-buahan, sayuran, biji (biji chia, biji rami, labu, bunga matahari, wijen), biji padi-padian (gandum, oat, beras, jali, jagung, kinoa), kacang-kacangan (kacang hijau, buncis, edamame dan lentil) dan kacang pohon (kenari, macadamia, pecan). Pola makan vegan juga tidak membatasi makan makanan olahan selama tidak mengandung bahan yang berasal dari hewan.
Pola makan vegan secara keseluruhan menyehatkan, tetapi menghindari protein hewani dapat mengalami risiko kekurangan sejumlah nutrisi seperti protein, asam lemak omega-3,  kalsium, vitamin B12, vitamin D, kalium, seng, vitamin B2 dan yodium. Namun sebagian besar nutrisi tersebut dapat diganti dengan nutrisi yang terdapat pada makanan berbasis nabati. Kebutuhan tubuh akan protein dapat diganti dengan mengonsumsi kedelai, kinoa, dan sebagainya.Â
Jenis Makanan yang Dikonsumsi Veganisme
Veganisme berarti ia menghindari mengonsumsi makanan dari produk hewani, dan hanya mengonsumsi makanan yang berasal dari nabati. Berikut ini ada beberapa rekomendasi jenis makanan yang dapat dikonsumsi veganisme, yakni:
- Pengganti daging. Daging dapat diganti dengan tahu, potongan kedelai, dan nangka. Tahu merupakan sumber protein lengkap yang mengandung serat, kalium, magnesium, besi, tembaga dan mangan sehingga menjadikannya pengganti yang bagus untuk daging. Potongan kedelai juga penuh dengan lemak tak jenuh, protein dan Asam lemak omega-3. Daging juga dapat diganti dengan produk nabati lainnya seperti tempe dan seitan.
- Pengganti mayones. Mayones merupakan campuran minyak, kuning telur dan asam cuka. Saus ini dapat diganti dengan hummus, yang terbuat dari kacang buncis (kacang arab) yang dihaluskan dengan bumbu rempah, atau tahini, yang merupakan pasta dari biji wijen.
- Pengganti mentega laktosa dan keju. Alternatif pengganti mentega laktosa adalah mentega kelapa. Mentega kelapa mengandung asam amino, kalsium dan magnesium yang tinggi sehingga baik untuk mengatur berat badan. Keju dapat diganti dengan selai kacang yang terbuat dari kacang tanah, almon, mete, ataupun kenari.
- Pengganti madu. Madu merupakan substansi manis yang dibuat oleh lebah madu dan beberapa serangga lain. Madu dapat diganti dengan gula kelapa dan sirop mapel.
- Pengganti gelatin. gelatin bersumber dari kolagen pada tulang dan kulit hewan yang digunakan untuk mengentalkan marshmallow, selai dan puding. Alternatif untuk gelatin adalah agar-agar ataupun karagenan.
Advertisement
Alasan Menjadi Veganisme
Dikutip dari laman Healthline, ada beberapa alasan mengapa orang-orang umumnya memilih untuk menjadi veganisme adalah sebagai berikut:
1. Moral
Kebanyakan orang menjadi veganisme karena moralnya terhadap hewan sangatlah tinggi. Mereka memandang semua hewan sebagai makhluk sadar seperti halnya manusia, ingin menghindari rasa sakit dan penderitaan. Oleh karena itu, para veganisme menentang pembunuhan hewan untuk memakan dagingnya atau memakai bulu atau kulitnya. Para vegan juga menentang tekanan psikologis dan fisik yang mungkin dialami hewan akibat praktik peternakan modern. Misalnya hewan yang dikandang hingga proses penyembelihan yang sadis.
2. Kesehatan
Beberapa orang memilih pola makan veganisme karena potensi manfaat kesehatannya. Pola makan tinggi daging terutama daging merah telah dikaitkan dengan kanker, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2. Di sisi lain, pola makan nabati dikaitkan dengan rendahnya risiko terkena atau kematian dini akibat penyakit ini.
Menurunkan asupan produk hewani dan memilih lebih banyak pilihan nabati juga dapat meningkatkan pencernaan dan mengurangi risiko penyakit Alzheimer. Pola makan vegan juga dapat membantu meminimalkan efek samping yang terkait dengan antibiotik dan hormon yang digunakan dalam peternakan modern.
Terakhir, pola makan vegan tampaknya sangat efektif dalam membantu orang menurunkan berat badan yang tidak diinginkan. Beberapa penelitian mengaitkan pola makan vegan dengan kemungkinan lebih rendah terjadinya obesitas.
3. Lingkungan
Masyarakat juga mungkin memilih untuk menghindari produk hewani sebagai upaya untuk membatasi dampaknya terhadap lingkungan. Berdasarkan data terkini, peternakan memberikan kontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
Pemakan daging diperkirakan bertanggung jawab atas emisi gas sekitar 2–2,5 kali lebih banyak dibandingkan orang yang mengikuti pola makan vegan. Jumlah ini berdasarkan pola makan yang dilaporkan sendiri di Inggris.
Hewan ruminansia, seperti sapi, domba, dan kambing, juga mengeluarkan gas emisi dalam jumlah besar per gram protein yang dihasilkannya. Oleh karena itu, pola makan yang mengurangi atau menghilangkan produk susu sama sekali juga menghasilkan gas emisi yang jauh lebih sedikit.