Gambar Tasbih dan Sejarahnya dalam Islam yang Perlu Diketahui

Tasbih yaitu untaian mutiara atau manik-manik dengan benang yang biasa digunakan untuk menghitung jumlah tasbih (bacaan Subhanallah), doa dan shalawat.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 07 Nov 2023, 14:35 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2023, 14:35 WIB
Gambar Tasbih dan Sejarahnya dalam Islam yang Perlu Diketahui
Sebab bagi umat muslim ada 99 nama Allah SWT di dalam Asmaul Husna. (AFP/YASSER AL-ZAYYAT)

Liputan6.com, Jakarta Gambar tasbih bisa diterapkan sebagai wallpaper di HP maupun laptop. Tasbih adalah salah satu alat sholat yang sering digunakan oleh umat Muslim. Pada umumnya, biji tasbih digunakan sebagai alat dzikir.

Secara bahasa, tasbih disebut dengan as-subhah atau al-misbahah, yaitu untaian mutiara atau manik-manik dengan benang yang biasa digunakan untuk menghitung jumlah tasbih (bacaan Subhanallah), doa dan shalawat.

Dalam Islam, gambar tasbih memiliki sejarah yang panjang mulai dari masa Rasulullah SAW. Dengan menggunakan gambar tasbih sebagai wallpaper di HP maupun laptop, bisa menjadi pengingat untuk senantiasa berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai gambar tasbih dan sejarahnya dalam Islam yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (7/11/2023).

Gambar dan Sejarah Tasbih dalam Islam

Gambar Tasbih dan Sejarahnya dalam Islam yang Perlu Diketahui
Seorang pedagang memajang tasbih di sebuah pasar di Kota Kuwait, selama bulan suci Ramadhan, pada 26 Maret 2023. (AFP/YASSER AL-ZAYYAT)

Gambar tasbih dapat menjadi wallpaper di HP maupun laptop yang bisa menjadi pengingat untuk senantiasa berdzikir. Bahkan dalam Islam sendiri gambar tasbih merupakan simbolis kaum Muslimin yang sering digunakan seusai sholat fardhu maupun sunnah.

Awal mula terciptanya biji tasbih sendiri belum diketahui secara pasti, tetapi penggunaan awalnya bisa dilacak jejaknya ke dalam agama Hindu di India. Kemudian Buddha kemungkinan meminjam konsep dari agama Hindu. Terdapat patung seorang pria suci Hindu mengenakan manik-manik berasal pada abad ke-3 SM.

Kemudian menurut Syekh Bakr bin Abdillah Abu Zaid mengatakan bahwa biji tasbih sudah dikenal pada zaman sebelum Islam, tepatnya digunakan oleh umat Buddha, yang diyakini selalu menggunakan tasbih, untuk menyelaraskan antara perbuatan dan ucapannya ketika sedang melakukan persembahyangan.

Syekh Bakr bin Abdillah Abu Zaid juga menyebutkan bahwa biji tasbih digunakan oleh umat Hindu di India, dan digunakan oleh umat Katolik pada abad pertengahan, bedanya umat Katolik biji tasbihnya hanya terdiri dari 50 biji.

Kemudian, perkembangan biji tasbih yang pesat terjadi pada abad 15 M dan 16 M. Dalam kitab Musaahamatul Hindi disebutkan, bahwa umat Hindu terbiasa menggunakan tasbih untuk menghitung ritualnya, sehingga menghitung dzikir dengan tasbih diakui sebagai inovasi dari orang Hindu (India) yang bersekte Brahma. Dari India inilah kemudian biji tasbih menyebar ke berbagai penjuru dunia.

Dalam Islam sendiri, orang Arab menyebut biji tasbih sebagai subhah, misbahah, tasaabih, nizaam. Sementara orang-orang sufi menyebutnya dengan al mudzakkirah billah (pengingat kepada Allah), raabitatul qulub (pengikat hati), hablul washl atau sauth asy syaithan (cambuk syaitan). Sejatinya, biji tasbih pada masa Rasulullah dan para sahabatnya belum tercipta.

Untuk mengucapkan bacaan tasbih secara berulang-ulang ini diciptakanlah alat yang disebut misbaha dan di Indonesia sendiri disebut juga dengan nama biji tasbih terkadang disingkat menjadi tasbih (tasbeh) saja. Biasanya biji tasbih dibuat dari kayu, namun ada pula biji tasbih yang dibuah dari bji-biji zaitun. Umumnya seutas biji tasbih terdiri dari 99 batu. Angka 99 ini melambangkan 99 Asma Allah. Namun ada pula biji tasbih yang terdiri dari 33 atau 11 batu-batuan.

Gambar Tasbih dan Sejarahnya dalam Islam yang Perlu Diketahui
Ilustrasi Al-Qur'an Credit: shutterstock.com

Hukum Menggunakan Tasbih Saat Berdzikir

Gambar Tasbih dan Sejarahnya dalam Islam yang Perlu Diketahui
Sejumlah jemaah melaksanakan dzikir di Mesjid Raya Medan, Sumatra Utara, Minggu (15/8). Berdzikir merupakan salah satu aktivitas ibadah yang dilakukan umat muslim di bulan Ramadan. (Antara)

Gambar tasbih merupakan salah satu simbolis bagi umat Muslim sebagai alat untuk berdzikir. Namun banyak ulama yang berpendapat bahwa hukum menggunakan tasbih sebagai alat berdzikir adalah makruh, dan ada pula yang tidak setuju dengan hukum makruh untuk perbuatan tersebut. Bahkan ada juga yang mengklaim bahwa penggunaan tasbih itu adalah bid’ah, sebab tidak ada pada masa Rasulullah SAW.

Ternyata pada masa Rasulullah pemakaian tasbih ini sudah dilaksanakan. Hal ini jelas diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah binti Sa’d bin Abi Waqash dari ayahnya bahwa dia bersama Rasulullah SAW pernah masuk ke rumah seorang perempuan. Perempuan itu memegang biji-bijian atau krikil yang digunakan untuk menghitung bacaan tasbih. Lalu Rasulullah SAW bersabda:

 أُخْبِرُكِ بِمَا هُوَ أَيْسَرُعَلَيْكِ مِنْ هَذَا أوْ أفْضَلُ فَقَالَ قُوْلِيْ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَاخُلَقَ فِي السَّمَاءِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَاخُلِقَ فِي الأرْضِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَابَيْنَ ذَلِكَ، سُبْحَانَ الله عَدَدَ مَاهُوَ خَالِقٌ، وَاللهُ أكْبَرُمِثْلَ ذَلِكَ‘وَالْحَمْد ُلِلّهِ مِثْلُ ذَلِكَ، وَلَاإلهَ إلَّااللهُ مِثْلَ ذَلِكَ‘وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إلاَّباِللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ مَثْلُ ذَلِكَ

“Aku akan memberitahu dirimu hal-hal yang lebih mudah kamu kerjakan atau lebih utama dari menggunakan kerikil ini. Bacalah 'Maha Suci Allah' sebanyak bilangan makhluk langit, 'Maha Suci Allah' sebanyak hitungan makhluk bumi, 'Maha Suci Allah' sebilangan makhluk antara langit dan bumi, 'Maha Suci Allah' sebagai Sang Khaliq. 'Segala Puji Bagi Allah' seperti itu pula (bilangannya), 'Tiada Tuhan Selain Allah' seperti itu pula, 'Allah Maha Besar' seperti itu pula, dan 'Tidak Ada Upaya dan Kekuatan Seian dari Allah' seperti itu pula." (HR Tirmidzi)

Kesimpulannya jika orang yang melakukannya itu memiliki niat yang baik maka berzikir dengan menggunakan biji tasbih adalah perbuatan yang baik dan diperbolehkan. Dalam penggunaan tasbih pun dianjurkan untuk memakai tangan kanan dibanding dengan menggunakan jari-jari tangan kiri. Hal ini berlandaskan pada hadis yang diriwayatkan dari Aisyah ia berkata:

"Adalah Nabi saw suka mendahulukan yang kanan ketika mengenakan sandal, ketika menyisir rambut, ketika bersuci, dan pada semua keadaan.” [HR. al-Bukhari].

Bacaan Tasbih, Tahmid, dan Takbir

Gambar Tasbih dan Sejarahnya dalam Islam yang Perlu Diketahui
Ilustrasi Al-Qur’an. (Photo Copyright by Freepik)

Berikut ini bacaan tabih, tahmid, takbir, tahlil, dan istighfar dalam bahasa Arab serta artinya:

1. Bacaan Tasbih

سُبْحَانَ الله

Arab Latin: Subhaana Allah

Artinya: "Maha Suci Allah."

2. Bacaan Tahmid

الْحَمْدُ للهِ

Arab Latin: Alhamdulillah

Artinya: "Segala puji bagi Allah."

3. Bacaan Takbir

اللَّهُ أَكْبَرُ

Arab Latin: Allahu Akbar

Artinya: "Allah Maha Besar."

4. Bacaan Tahlil

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Arab Latin: Laa ilaaha illallah

Artinya: "Tidak ada Tuhan selain Allah."

5. Bacaan Istighfar

Terdapat sejumlah lafal istighfar yang ada, di antaranya sebagai berikut:

a. Bacaan Istighfar Singkat

أَسْتَغْفِرُ الله

Arab Latin: Astaghfirullah

Artinya: "Aku memohon ampun kepada Allah."

b. Bacaan Istighfar Penghapus Dosa

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَ أَتُوبُ إِلَيْه

Arab Latin: Astaghfirullahal'adzim, alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyumu wa atuubu ilaih.

Artinya: "Aku memohon ampun kepada Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan kecuali Dia. Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri Sendiri. Dan aku bertaubat kepada-Nya."

c. Bacaan Sayyidul Istighfar

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

Arab Latin: Allahumma anta rabbi laa ilaaha illa anta khalaqtanii wa anaa 'abduka wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu a'uudzubika min syarri maa shana'tu abuu-u laka bini'matika 'alayya wa abuu-u bi dzanbi faghfir lii fa innahu laa yaghfirudz dzubuuba illa anta.

Artinya: "Ya Allah, Engkau Rabbku, tidak ada sembahan yang haq kecuali Engkau. Engkau menciptakanku dan aku hamba-Mu. Aku di atas perjanjian dan janji-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang aku lakukan, aku mengakui untuk-Mu nikmat-nikmat-Mu atasku, dan aku mengakui untuk-Mu dosa-dosaku, maka ampunilah aku, sungguh tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya