Liputan6.com, Jakarta - Nama lengkap Ibnu Majah adalah Abū ʻAbdillāh Muḥammad ibn Yazīd ibn Mājah al-Rabʻī al-Qazwīnī. Namun, dia lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Majah. Dilahirkan di Qazwin, Irak, pada tahun 209 H atau 824 M, Ibnu Majah adalah sosok yang terkenal dengan kejujuran dan akhlak mulianya.
Baca Juga
Advertisement
Dalam kisah hidupnya, Ibnu Majah tumbuh di lingkungan yang kaya akan ilmu pengetahuan. Ia dididik dalam atmosfer kecintaan terhadap ilmu, khususnya ilmu hadis.
Universitas Islam An-Nur Lampung mendeskripsikan Imam Ibnu Majah adalah sosok yang terkenal sebagai perawi hadis dengan reputasi tinggi dalam dunia Islam. Namanya sering kali disebut dalam berbagai riwayat hadis. Ini menunjukkan kontribusinya yang besar terhadap pemahaman agama Islam. Kejujuran dan akhlak mulia yang dimilikinya menjadi ciri khas kepribadian Imam Ibnu Majah.
Kehidupan di Qazwin, Irak Ibnu Majah dipenuhi dengan semangat para pemuda untuk mengejar ilmu agama. Kecintaan mereka terhadap pengetahuan, terutama ilmu hadist, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan intelektual dan spiritual. Imam Ibnu Majah adalah salah satu sosok perawi hadis yang lahir dari lingkungan tersebut.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam biografi Ibn Majah lengkap karya-karyanya, Selasa (14/11/2023).
Belajar Ilmu Hadis Usia 15 Tahun
Sebutan "Majah" yang melekat pada nama Imam Ibnu Majah dinisbahkan kepada ayahnya yang bernama Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah Maula Rab’at. Kehadiran sang ayah dalam riwayat kehidupan Ibnu Majah menunjukkan warisan keluarga yang kaya akan nilai-nilai keilmuan dan semangat pencarian ilmu.
Ibnu Majah memulai perjalanan intelektualnya sejak usia remaja. Ia menunjukkan ketertarikan dan bakatnya yang luar biasa di bidang ilmu hadis.
Masih mengutip dari sumber yang sama, pada usia yang masih sangat muda, yaitu 15 tahun, Ibnu Majah memfokuskan diri pada kajian ilmu hadis di bawah bimbingan guru terkenalnya, Ali bin Muhammad at-Tanafasi. Bakat dan minatnya terhadap ilmu hadis semakin berkembang pesat, mendorongnya untuk melakukan perjalanan keliling ke berbagai daerah dan negara guna mengumpulkan, meneliti, dan menuliskan hadis-hadis yang berasal dari sumber-sumber terpercaya.
Perjalanan ilmiah Ibnu Majah membawanya ke puluhan negeri, termasuk Rayy (Teheran), Baṣrah, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir, dan Hijaz. Di tempat-tempat tersebut, ia berinteraksi dengan para ulama hadis terkemuka seperti Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muḥammad ibn ʻAbdillāh ibn Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin al-Azhar, Basyar bin Adam, dan banyak lainnya.
Ibnu Majah menerima hadis dari berbagai sumber, termasuk pengikut Imam Malik dan Al-Lays. Pertemuan dengan para ulama hadis ini memungkinkannya untuk mengumpulkan dan menuliskan puluhan bahkan ratusan hadis, khususnya dari sumber-sumber yang dianggap sahih dan dapat dipercaya dalam tradisi keilmuan Islam. Keberanian dan ketekunan Ibnu Majah dalam menjelajahi dunia untuk menghimpun ilmu hadis menciptakan warisan intelektual yang tak ternilai, memperkaya khasanah ilmiah Islam.
Advertisement
Hidup di Masa Dinasti Abbasiyah
Imam Ibnu Majah hidup dan berkarya pada periode yang sangat penting dalam sejarah Islam, yaitu masa pemerintahan dinasti Abbasiyah. Kelahirannya tercatat pada masa kepemimpinan Khalifah al-Ma'mun, yang memerintah pada tahun 198 H (813 M), dan Ibnu Majah terus aktif hingga akhir masa kepemimpinan Khalifah al-Muqtadir pada tahun 295 H (908 M).
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya menjelaskan bahwa pada rentang waktu ini, Ibnu Majah menjadi saksi dan aktor dalam peristiwa-peristiwa bersejarah dan perkembangan keilmuan yang melibatkan tokoh-tokoh penting dalam dunia Islam.
Kepemimpinan al-Ma'mun terkenal dengan kebijakan-kebijakan ilmiahnya yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat di dunia Islam. Dalam atmosfer intelektual yang dipupuk oleh pemerintahan al-Ma'mun, tokoh-tokoh seperti Ibnu Majah memiliki peluang untuk berkembang dan memberikan kontribusi besar dalam bidang ilmu hadis. Masa ini dikenal sebagai Zaman Kebangkitan Ilmiah Abbasiyah, ketika ilmu pengetahuan dan keilmuan mencapai puncak kejayaannya.
Wafatnya Imam Ibnu Majah pada tanggal 22 Ramadan 273 H (887 M) di tanah kelahirannya, Qazwin, Irak, menandai akhir dari perjalanan kehidupan seorang cendekiawan yang berpengaruh dalam dunia Islam. Qazwin, sebagai tempat kelahirannya, memiliki makna tersendiri dalam kisah hidupnya, karena merupakan tempat Ibnu Majah tumbuh dan berkembang.
Pada masa wafatnya, Ibnu Majah tercatat menjadi salah satu perawi hadis terkemuka dan ahli keilmuan Islam yang sangat dihormati. Peristiwa ini terjadi pada periode sejarah Islam yang masih mencerminkan kebesaran dan kejayaan dinasti Abbasiyah. Dinasti ini, yang telah berlangsung selama berabad-abad, memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu hadis yang menjadi fokus perhatian dan kontribusi Ibnu Majah.
Karya-Karya Ibnu Majah
Imam Ibnu Majah, sepanjang perjalanan hidupnya, tergolong sebagai cendekiawan serbabisa yang menorehkan sejarah cemerlang dalam berbagai bidang ilmu Islam. Universitas Islam An-Nur Lampung menjelaskan kiprahnya mencakup penulisan puluhan buku yang melibatkan ranah-ranah ilmu yang luas, seperti Hadis, sejarah, fikih, dan tafsir.
Dalam bidang tafsir, Ibnu Majah menyumbangkan pemikirannya melalui karyanya yang berjudul "Tafsir Al-Qur'an al-Karim," menggali makna-makna mendalam dari ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Khususnya dalam bidang sejarah, Ibnu Majah menelurkan karyanya yang berjudul "At-Tarikh," sebuah ensiklopedia biografi para perawi hadis dari masa awal hingga zamannya. Karya ini menjadi referensi berharga bagi para peneliti dan ilmuwan Islam yang tertarik memahami perjalanan hidup dan kontribusi para perawi hadis dalam menyampaikan ajaran Islam.
Sementara itu, di ranah hadis, karyanya yang paling monumental dan terkenal adalah "Kitab Sunan Ibnu Majah." Buku ini tidak hanya menjadi salah satu karya bersejarah di bidang ilmu hadis, tetapi juga populer di kalangan umat Islam dan diakui sebagai rujukan klasik yang mendalam.
Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku "Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Qur’ān al-Karīm" (Indeks Al-Qur'an), Kitab Sunan Ibnu Majah terdiri dari 4.241 hadis, menjadikannya sebagai salah satu sumber hadis terkemuka.
Kontribusi Ibnu Majah dalam memperkaya khazanah hadis dan ilmu Islam secara umum memperoleh apresiasi yang tinggi. Ulama besar seperti Abu Ya’la al-Khalili al-Qazwini mengakui kejujuran dan kredibilitasnya, menyatakan bahwa Ibnu Majah adalah seorang yang terpercaya, dan pendapat serta pengetahuannya layak dijadikan pedoman.
Keberhasilan Ibnu Majah dalam menyusun karya-karya monumental ini mencerminkan kedalaman ilmu, dedikasi yang tinggi terhadap penyebaran ilmu Islam. Warisan ilmiahnya tidak hanya menjadi sumber referensi penting bagi para cendekiawan, tetapi juga memberikan kontribusi terhadap pemahaman agama Islam dan tradisi keilmuan Islam secara luas.
Advertisement