Liputan6.com, Jakarta - Tarian daerah Kalimantan Timur merupakan warisan budaya yang kaya dan bervariasi. Ini mencerminkan kekayaan etnis, sejarah, dan nilai-nilai tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap tarian Kalimantan Timur memiliki cerita, makna, dan gerakan yang khas.
Contohnya, ada Tari Papatai yang menceritakan keberanian pria Dayak dalam perang atau Tari Leleng yang memvisualkan perasaan bimbang seorang gadis yatim.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Memahami tarian-tarian ini penting karena mereka adalah jendela ke dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Kalimantan Timur. Melalui tarian, terungkap cerita sejarah, kepercayaan, serta hubungan erat dengan alam dan lingkungan sekitarnya.
Ini memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang identitas budaya dan warisan leluhur yang telah membentuk karakter masyarakat di daerah tersebut. Simak penjelasannya agar lebih memahami, ada dua belas tari Kalimantan Timur.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang dua belas tari Kalimantan Timur yang dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (21/11/2023).
1. Tari Jepen
Tari Jepen, tarian tradisional dari Kutai, Kalimantan Timur, mencerminkan perpaduan budaya Melayu dan Islam dalam keunikan koreografinya. Melansir dari berbagai sumber, tarian ini dikenal sebagai tarian pergaulan yang dapat ditampilkan oleh satu orang atau berpasangan.
Musik pengiringnya menggunakan alat musik tradisional Kutai yang bernama tingkilan, memberikan kesan khas dan nuansa yang kental dari daerah tersebut. Tari Jepen sering dihadirkan dalam berbagai acara kebudayaan, seperti pernikahan, penyambutan tamu, dan acara-acara penting lainnya, menjadi representasi kekayaan budaya Kutai yang terus dilestarikan.
2. Tari Punan Letto
Di sisi lain, Tari Punan Letto merupakan bagian dari tradisi suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Nama tarian ini merujuk pada makna kata 'punan' yang berarti merebut, dan 'letto' yang mengartikan gadis. Cerita yang diangkat dalam tarian ini menceritakan kisah seorang pemuda yang memperebutkan seorang gadis dengan penuh keberanian.
Tarian Punan Letto menggambarkan semangat suku Dayak Kenyah yang gigih dalam mempertahankan apa yang mereka anggap miliknya dengan keberanian yang tegas, menghadirkan nilai-nilai kejujuran dan keteguhan dalam budaya mereka. Tarian ini menjadi bagian penting dalam perayaan budaya suku Dayak Kenyah, menggambarkan kekayaan warisan budaya mereka kepada generasi selanjutnya.
3. Tari Datun Ngentau
Tari Datun Ngentau, sebuah tarian adat yang berasal dari Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur, merupakn bagian penting dalam budaya mereka. Nama tarian ini, seperti dilansir dari laman RRI, berasal dari bahasa Dayak Kenyah yang mengartikan tarian yang disertai dengan nyanyian.
Tari Datun Ngentau secara konsisten dipertunjukkan dalam upacara Mecaq Undat, yang merupakan perayaan penting bagi masyarakat Dayak Kenyah. Fungsinya sangat kental sebagai sarana ungkapan rasa syukur atas hasil panen padi yang telah diperoleh, menjadi momen di mana masyarakat mengungkapkan rasa terima kasih kepada alam dan menghormati upaya kolektif mereka.
4. Tari Hudoq
Sementara itu, Tari Hudoq memiliki kedalaman spiritual yang kuat dan merupakan bagian dari tradisi suku Dayak Modang. Seperti yang dijelaskan dalam laman Kemendikbud RI, tarian ini terkait erat dengan ritual untuk menjaga hubungan antara Halaeng Heboung (roh yang melindungi pertanian) dan Selo Sen (roh yang melindungi manusia).
Penari dalam Tari Hudoq menggunakan topeng kayu dan tubuhnya dilapisi dengan daun-daunan seperti daun pisang, kelapa, atau pinang, menciptakan citra yang unik dan mistis. Tarian ini merupakan permohonan bagi hasil panen yang melimpah, kesejahteraan, kedamaian, dan harmoni antara manusia dengan alam.
Petani khususnya mempersembahkan tarian ini untuk mendapatkan kekuatan dalam melindungi tanaman dari gangguan hama dan berharap akan kesuburan serta hasil panen yang berlimpah.
Advertisement
5. Tari Ganjur
Tari Ganjur atau Kanjar Ganjur mengandung signifikansi yang dalam dalam budaya Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur. Melansir dari laman website resmi Kemendikbud RI, tarian ini tergolong sebagai tari istana yang merupakan simbol kekuasaan sultan, hanya dipertunjukkan dalam upacara-upacara tertentu, dan bersifat tertutup.
Ganjur adalah bagian dari kesenian ritual yang hadir dalam Upacara Erau, sebuah serangkaian acara yang merupakan bagian dari acara Bepelas Sultan. Tarian ini memiliki keterkaitan erat dengan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, di mana para penari dan pemusiknya dipilih secara khusus, hanya dari kalangan laki-laki yang memiliki hubungan kekerabatan atau keturunan dengan kesultanan tersebut.
6. Tari Gong atau Kacet Ledo
Di sisi lain, Tari Gong atau Tari Kancet Ledo adalah bagian dari tradisi suku Dayak di Kalimantan Timur. Melansir dari berbagai sumber, tarian ini adalah tarian tunggal yang ditarikan oleh seorang gadis dengan pakaian adat suku Dayak Kenyah lengkap dengan hiasan bulu burung Enggang di kepala.
Tari Gong, sebagaimana namanya, menggunakan gong sebagai instrumen musik pengiringnya dan berfungsi sebagai tarian penyambutan bagi tamu agung. Irama musik yang dimainkan untuk mengiringi tarian Gong adalah Sapeq Daak Tubun Situn, memberikan nuansa musikal yang khas dan menghidupkan gerakan tarian yang sarat makna dalam menyambut kedatangan tamu istimewa.
7. Tari Burung Enggang
Tari Burung Enggang merupakan tarian adat yang mendalam dalam menceritakan kehidupan dan pentingnya burung enggang di Kalimantan Timur, khususnya bagi suku Dayak Kenyah. Dalam kepercayaan lokal, burung enggang dianggap sebagai simbol mulia yang berhubungan erat dengan leluhur mereka yang diyakini berasal dari langit dan turun ke bumi menyerupai burung enggang.
Tarian ini menjadi ekspresi penghormatan dan penghargaan kepada nenek moyang mereka. Bulu burung enggang memiliki peran penting dalam acara adat dan tarian tradisional, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kesakralan upacara serta keindahan gerakan tarian ini.
8. Tari Gantar
Tari Gantar, sebuah tarian tradisional lainnya di Kalimantan Timur, menjadi bagian dari interaksi sosial muda-mudi dari Suku Dayak Benuaq dan Suku Dayak Tanjung. Dalam tarian ini, para penari menggunakan properti seperti tongkat dan bambu pendek sebagai bagian dari gerakan mereka, menunjukkan ekspresi kegembiraan serta keramahan masyarakat Dayak dalam menyambut tamu atau wisatawan.
Tarian Gantar dibagi menjadi beberapa jenis, seperti Gantar Rayatn, Gantar Senak dan Kusak, serta Gantar Busai. Setiap jenis memiliki karakteristik dan properti yang berbeda, misalnya, Gantar Rayatn menggunakan tongkat panjang yang dihiasi tengkorak dan kain merah dalam penampilannya.
Sementara Gantar Busai menggunakan sepotong bambu yang diberi gelang untuk menghasilkan suara ketika digerakkan, sedangkan Gantar Senak dan Kusak menggunakan tongkat di tangan kiri dan bambu atau biji-bijian di tangan kanan untuk menghasilkan bunyi yang khas. Para penari tarian ini mengenakan busana tradisional Suku Dayak yang berwarna cerah seperti hitam, merah, hijau, dan kuning dengan aksesoris seperti kalung, gelang, dan ikat kepala, menciptakan penampilan yang mempesona dan kental dengan nilai-nilai tradisional serta keindahan budaya Dayak.
9. Tari Papatai
Tari Papatai merupakan sebuah representasi visual yang memperlihatkan keberanian dan semangat juang pria-pria Dayak dalam situasi perang. Tarian ini tak hanya menyajikan aspek seni pertempuran, melainkan juga mencakup seni tari dan teatrikal yang memukau.
Menurut jurnal penelitian berjudul Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Kalimantan Timur karya Soimun, tari Kencet Papatai atau yang dikenal sebagai tari perang, melibatkan penggunaan alat tari yang disebut mandau dan utap. Alat-alat ini memiliki fungsi untuk memotong dan terbuat dari logam.
Bagi Suku Dayak, tarian ini dikenal sebagai kancet papatay, menampilkan gerakan lincah dan akrobatik yang menggambarkan adegan saling menyerang. Gabungan gerakan pertarungan yang dinamis dengan keindahan seni tari menjadikan Tari Papatai sebagai pertunjukan yang memukau dan estetis.
10. Tari Datun Julud
Sementara itu, Tari Datun Julud menjadi bagian integral dari budaya Kalimantan Timur, khususnya di kalangan masyarakat Kayan atau Kenyah di pedalaman Kutai, Berau, Bulungan, serta daerah perbatasan antara Sarawak dan Kalimantan Timur. Tarian ini sering dipersembahkan pada acara besar atau untuk menyambut kedatangan tamu penting, terutama wisatawan asing.
Bagi Suku Dayak Kenyah, tarian ini memiliki makna khusus karena hanya tampil dalam upacara adat seperti Mecaq Undat atau acara panen, menjadikannya sebagai tarian yang sangat penting dalam upacara adat dan perayaan suku Dayak.
11. Tari Leleng
Tari Leleng merupakan sebuah persembahan seni tari yang memiliki makna mendalam dalam budaya Kalimantan Timur. Kata "leleng" berasal dari bahasa Kenyah yang menggambarkan gerakan berputar-putar. Tarian ini menceritakan kisah tentang seorang gadis yatim yang sedang merasa kebingungan karena kekasihnya pergi dan belum kembali.
Gerakan berputar dalam tarian ini melambangkan kebimbangan dan kebingungan yang dirasakan oleh gadis tersebut, seperti perasaan orang yang bingung yang sering kali berjalan tanpa tujuan. Nama tarian ini, Leleng, diambil dari nyanyian leleng yang sering mengiringi penampilan tarian ini, memberikan kesan yang lebih dalam dan emosional dalam persembahan seni tari ini.
12. Tari Topeng Kemindu
Di sisi lain, Tari Topeng Kemindu juga menjadi bagian penting dari warisan budaya Kalimantan Timur, khususnya dari Kutai Kartanegara. Dahulu, tarian ini terbatas hanya untuk kalangan tertentu, yaitu remaja putri bangsawan dari Kesultanan Kutai.
Namun, seiring perkembangan zaman, tarian ini telah meluas, tidak hanya dipentaskan oleh keluarga keraton tetapi juga oleh masyarakat umum. Langkah ini bertujuan untuk memperluas cakupan penampilan tari ini sehingga bisa lebih dikenal di luar lingkungan keraton, sambil tetap menjaga dan melestarikan warisan seni tradisional dari Keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Advertisement