Kisah Nabi Yusuf Singkat dengan Saudara-Saudaranya dan Zulaikha

Kesetiaan, kejujuran, dan ketabahan hati dalam menghadapi cobaan merupakan inti dari kisah Nabi Yusuf singkat ini.

oleh Laudia Tysara diperbarui 27 Nov 2023, 15:20 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2023, 14:05 WIB
Itikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan di Masjid Pakistan
Umat Muslim membaca al-Quran saat melakukan ibadah itikaf di sebuah masjid, di Peshawar , Pakistan, 22 April 2022. Itikaf adalah adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan biasanya dilakukan sepuluh hari terakhir Ramadhan. (AP Photo/Muhammad Sajjad)

Liputan6.com, Jakarta - Kisah Nabi Yusuf singkat memberikan banyak pelajaran berharga. Salah satunya adalah ketika ia didzalimi oleh saudara-saudaranya, mengajarkan kesabaran dan keyakinan pada takdir Allah meskipun dalam situasi sulit. Ketika ia menghadapi godaan dan difitnah oleh Zulaikha, tetap memilih taat. Kebenaran menjadi pembelajaran kuat akan keteguhan hati dan kesetiaan pada prinsip-prinsip agama.

Bahkan di dalam penjara setelah difitnah, Nabi Yusuf tetap taat dan tidak berpaling dari keyakinannya. Selain itu, ketika akhirnya Nabi Yusuf dan Zulaikha bersatu, memberikan pesan tentang takdir dan ketetapan Allah dalam merangkai hubungan antara manusia.

Kehadiran kesetiaan, kejujuran, dan ketabahan hati dalam menghadapi cobaan merupakan inti dari kisah Nabi Yusuf singkat ini. Mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi memiliki hikmah dan ujian dari Yang Maha Kuasa. Perjalanan hidup Nabi Yusuf menggambarkan bagaimana teguhnya iman dan kesabaran bisa membawa seseorang melewati rintangan hidup menuju jalan yang lebih baik.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang kisah Nabi Yusuf singkat yang dimaksudkan, Senin (27/11/2023).

Kisah Nabi Yusuf yang Dizalimi Saudara-Saudaranya

Semarak Ramadan di Masjid Agung Sanaa
Seorang pria membaca Al-Quran bersama putrinya selama bulan Ramadan di Masjid Agung Sanaa, Yaman, Minggu (26/4/2020). Masjid Agung Sanaa bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO. (Mohammed HUWAIS/AFP)

Nabi Yusuf, putra Nabi Yakub, mengalami perlakuan tidak adil dari saudara-saudaranya sejak kecil.

“(Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.” (QS. Yusuf ayat 8)

Meskipun tidak mendapat kasih sayang dari ibunya, Yakub sangat memerhatikan Yusuf. Sikap tersebut memicu kecemburuan di antara saudara-saudaranya, yang merasa tidak adil diperlakukan oleh ayah mereka sebagaimana dikisahkan Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi Sejak Adam AS hingga Isa AS (2019).

Para saudara Yusuf merencanakan berbagai cara untuk mencelakakannya, termasuk membunuhnya, menjualnya kepada musafir, atau menelantarkannya agar menjadi mangsa binatang buas. Mereka berhasil membujuk Yakub agar memperbolehkan Yusuf pergi bersama mereka. Awalnya, Yakub ragu dan berat hati melepaskan Yusuf, namun akhirnya setuju meskipun tidak yakin saudaranya bisa menjaga Yusuf dengan baik.

Ketika pergi bersama kakak-kakaknya, para saudara Yusuf membuangnya ke dalam sumur dengan niat mencelakakannya. “Seorang di antara mereka berkata: ‘Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat.’” (QS. Yusuf ayat 10)

Akhirnya, seorang musafir yang hendak mengambil air menemukan Yusuf dan menyelamatkannya. Yusuf kemudian dijual sebagai budak di Mesir kepada Qithfir bin Rauhib.

Di Mesir, Qithfir dan istrinya, Zulaikha, merawat Yusuf dengan baik hingga ia dewasa. Kesedihan Nabi Yakub atas hilangnya Yusuf membuatnya berkabung selama beberapa hari. Namun, kehidupan Yusuf di Mesir membuktikan kehendak Allah yang memberikan kebijaksanaan dan ilmu kepadanya.

"Dan tatkala ia cukup dewasa, kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Yusuf ayat 22)

Akhirnya, para saudara Yusuf yang merencanakan kejahatan terhadapnya menjadi orang-orang merugi. Yusuf kemudian memaafkan mereka, menunjukkan bahwa kesabaran dan keteguhan iman akan mendatangkan rahmat Allah, sesuai firman-Nya dalam Al-Quran.

Kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha

Itikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan di Masjid Pakistan
Seorang Umat Muslim membaca al-Quran saat melakukan ibadah itikaf di sebuah masjid, di Peshawar , Pakistan, 22 April 2022. Itikaf adalah adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. (AP Photo/Muhammad Sajjad)

Kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha, seperti yang diuraikan dalam buku berjudul Takdir dan Mukjizat Manusia Tertampan Yusuf Alaihi Salam (2015) oleh Sulistyawati Khairu, dimulai dengan Nabi Yusuf, yang awalnya seorang budak, diangkat menjadi anak oleh Qithfir, Menteri Keuangan Mesir.

Nabi Yusuf kemudian tinggal bersama keluarga barunya, dan Zulaikha, istri Qithfir, menyambutnya dengan gembira.

Perempuan, yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya, menggodanya. Dia menutup rapat semua pintu, lalu berkata, "Marilah mendekat kepadaku." Yusuf berkata, "Aku berlindung kepada Allah. Sesungguhnya dia (suamimu) adalah tuanku. Dia telah memperlakukanku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang zalim tidak akan beruntung." (QS. Yusuf ayat 23)

Zulaikha memiliki hasrat mendalam pada Nabi Yusuf, dan suatu hari, dengan mengunci pintu rumahnya, Zulaikha menggoda Nabi Yusuf untuk melakukan perzinahan. Meskipun mengalami godaan, Nabi Yusuf menolak dengan tegas. Keinginan Nabi Yusuf untuk keluar dari situasi tersebut membuat Zulaikha menarik pakaiannya, merobek bagian belakangnya. Sayangnya, Qithfir menangkap mereka di depan pintu.

Zulaikha berusaha menyelamatkan diri dengan melempar batu sembunyi tangan, bersaksi bahwa Nabi Yusuf mengajaknya berselingkuh. Nabi Yusuf, merasa difitnah, memberikan pernyataan yang sebaliknya, menyebut Zulaikha berbohong. Qithfir, bingung, mendatangkan saksi dan menentukan bahwa jika baju Yusuf robek bagian depan, berarti dia berbohong, dan sebaliknya untuk Zulaikha.

Kesaksian Yusuf terbukti jujur, dan Zulaikha diketahui berdusta. Akan tetapi, Nabi Yusuf tetap harus mendekam di penjara untuk waktu yang lama.

Kisah Nabi Yusuf Bebas dari Penjara

Semarak Ramadan di Masjid Agung Sanaa
Sejumlah pria membaca Al-Quran selama bulan Ramadan di Masjid Agung Sanaa, Yaman, Minggu (26/4/2020). Kaligrafi dan dekorasi merupakan kekhasan Masjid Agung Sanaa. (Mohammed HUWAIS/AFP)

Setelah mengalami masa di penjara, Nabi Yusuf memperoleh kebebasan dan diberi tanggung jawab untuk menafsirkan mimpi raja Mesir. Kehandalan dan kejujurannya dalam menafsirkan mimpi membuat raja mengangkatnya sebagai bendahara Negara sebagaimana dikisahkan Sulistyawati Khairu.

Meskipun dalam perjalanan hidupnya Nabi Yusuf dan Zulaikha dipisahkan oleh peristiwa yang sulit, takdir membawa mereka kembali bersama. Walaupun Nabi Yusuf memiliki perasaan terhadap Zulaikha, ia tetap setia pada perannya sebagai bendahara dan tidak ingin mengkhianati raja.

Kesempatan akhirnya datang setelah raja dan Zulaikha berpisah, memungkinkan Nabi Yusuf untuk meminang Zulaikha. Mereka pun menjadi pasangan yang sah, dan dalam prosesnya, Nabi Yusuf mengetahui bahwa Zulaikha masih perawan karena raja ternyata mengalami impotensi.

Kisah ini menunjukkan takdir dan keadilan Allah senantiasa mengiringi perjalanan hidup Nabi Yusuf. Atas kebijaksanaannya dalam menjalankan tugas sebagai bendahara Negara dan kesetiaannya pada nilai-nilai moral, Nabi Yusuf berhasil melewati cobaan hidupnya dan akhirnya bersatu dengan Zulaikha.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya