Hadits Gharib adalah Hadits yang Diriwayatkan Seorang Perawi, Kenali Pembagiannya

Hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi secara sendiri.

oleh Husnul Abdi diperbarui 30 Nov 2023, 15:45 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2023, 15:45 WIB
Ilustrasi hadis
Ilustrasi hadis. (Photo by Masjid MABA on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Hadits gharib adalah salah satu jenis hadits yang perlu kamu kenali. Seperti yang telah diketahui, hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Hadits adalah sabda, perbiatan, takrir (ketetapan) Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan atau diceritakan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menetapkan hukum Islam.

Hadits gharib ini merupakan salah satu jenis hadits yang digolongkan berdasarkan tingkatannya. Di mana jenis hadits berdasarkan tingkatannya dibagi menjadi dua, yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad. Hadits gharib termasuk ke dalam pembagian hadits ahad.

Hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi secara sendiri. Hadits ini termasuk ke dalam salah satu jenis hadits ahad. Selain hadits gharib, ada pula hadits masyhur dan hadits ‘aziz sebagai pembagian dari hadits ahad.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (30/11/2023) tentang hadits gharib.


Hadits Gharib adalah

Ilustrasi Islami, muslimah, membaca buku, belajar hadis
Ilustrasi Islami, muslimah, membaca buku, belajar hadis. (Foto oleh RDNE Stock project: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-cinta-wanita-hitam-7249396/)

Menurut istilah, hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi secara sendiri. Hadits gharib adalah hadis yang tidak dipersyaratkan periwayatan seorang perawi itu terdapat dalam setiap tingkatan periwayatan, akan tetapi cukup terdapat pada satu tingkatan atau lebih. Hadits gharib adalah hadis yang bila dalam tingkatan lain jumlahnya lebih dari satu, maka itu tidak mengubah statusnya sebagai hadits gharib.

Kamu mungkin masih bingung dengan arti perawi. Perawi adalah orang yang meriwayatkan hadis nabi Muhammad SAW. Hadits gharib ini terbagi lagi menjadi dua. Pembagian hadits gharib adalah sebagai berikut:

  1. Gharib Mutlaq, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh lebih dari seorang perawi pada asal sanadnya.
  2. Gharib Nisbi, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh lebih dari seorang perawi pada asal sanadnya (perawi tingkatan sahabat), namun di pertengahan sanadnya terdapat tingkatan yang perawinya hanya satu orang saja.

Jenis Hadis Berdasarkan Jumlah Penutur atau Tingkatannya

Ilustrasi Islami, muslim, membaca buku, belajar hadis
Ilustrasi Islami, muslim, membaca buku, belajar hadis. (Foto oleh Thirdman: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-liburan-agama-membaca-7957079/)

Hadits gharib adalah jenis hadits yang dikelompokkan menurut penutur atau tingkatannya. Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari sanad, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadis tersebut. Berdasarkan klasifikasi ini, jenis hadis berdasarkan tingkatannya dibagi atas:

1. Hadis Mutawatir

Hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadis mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan generasi (thaqabah) berimbang.

Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadis mutawatir (sebagian menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad). Hadis mutawatir dapat dibedakan antara dua jenis yakni Mutawatir lafzhy yang merupakan lafaz redaksional sama pada tiap riwayat, dan Ma’nawy yang di mana pada redaksional terdapat perbedaan namun makna sama pada tiap riwayat.

2. Hadis Ahad

Hadits gharib adalah bagian dari hadis ahad ini. Hadis ahad merupakan hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadis ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain:

  1. Hadits gharib adalah bila hanya terdapat satu jalur sanad. Pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain mungkin terdapat banyak penutur.
  2. Hadits aziz, bila terdapat dua jalur sanad. Dua penutur pada salah satu lapisan, pada lapisan lain lebih banyak.
  3. Hadits masyhur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad. tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan, dan pada lapisan lain lebih banyak. Namun, tidak mencapai derajat mutawatir. Dinamai juga hadis mustafidl.

Jenis Hadis Berdasarkan Tingkat Keasliannya

Ilustrasi Islami, muslimah, belajar hadis
Ilustrasi Islami, muslimah, belajar hadis. (Foto oleh Thirdman: https://www.pexels.com/id-id/foto/perempuan-agama-membaca-dalam-ruangan-8489081/)

Selain hadits gharib adalah jenis hadits berdasarkan tingkatannya, kamu tentu perlu mengenali jenis hadis berdasarkan tingkat keasliannya. Klasifikasi tingkat keaslian hadis adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadis tersebut. Tingkatan hadis pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni:

1. Hadis Sahih

Hadis sahih yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadis. Hadis shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  1. Sanadnya bersambung
  2. Diriwayatkan oleh para penutur/rawi yang adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
  3. Pada saat menerima hadis, masing-masing rawi telah cukup umur (baligh) dan beragama Islam.
  4. Matannya tidak bertentangan serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yang mencacatkan hadis.

2. Hadis Hasan

Bila hadis yang tersebut sanadnya bersambung, tetapi ada sedikit kelemahan pada rawi(-rawi)nya. Misalnya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. Namun matannya tidak syadz atau cacat.

3. Hadis Dhaif

Ialah hadis yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa hadis mauquf, maqthu’, mursal, mu’allaq, mudallas, munqathi’ atau mu’dlal), atau diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan atau cacat.

4. Hadis Maudlu’

Bila hadis dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang dikenal sebagai pendusta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya