Liputan6.com, Jakarta - Hukum permintaan berbunyi, ketika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan cenderung menurun, dan sebaliknya, ketika harga turun, jumlah barang yang diminta akan cenderung meningkat, dengan asumsi faktor-faktor lainnya tetap tidak berubah (Cateris Paribus). Baca Juga
"Jika harga suatu barang meningkat, maka jumlah barang yang diminta akan turun. Sebaliknya, jika harga suatu barang turun, maka jumlah barang yang akan diminta akan meningkat (Cateris Paribus)," dikutip dari buku berjudul Modul Belajar IPS- Ekonomi Calon Guru Kemdikbud karya Tim GTK DIKSAS
Dalam buku berjudul Ekonomi oleh Alam S, istilah ceteris paribus berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti "hal-hal lain dianggap sama." Dalam istilah ekonomi, hal ini mengacu pada asumsi bahwa semua variabel selain yang sedang dipelajari diasumsikan konstan.Â
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang bunyi hukum permintaan, arti, contoh, pernyataan yang benar dan salah tentang hukum permintaan, Selasa (5/12/2023).
Bunyi Hukum Permintaan dan Artinya
Hukum permintaan bunyinya demikian dan artinya adalah permintaan didasarkan pada perilaku konsumen yang umumnya bersifat rasional dalam membeli barang dan jasa.
Ketika harga suatu barang naik, konsumen cenderung merasa bahwa barang tersebut menjadi lebih mahal relatif terhadap pendapatan mereka. Hal ini menyebabkan konsumen merasa kurang mampu atau kurang ingin membeli barang tersebut dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya. Sebaliknya, ketika harga turun, barang tersebut menjadi lebih terjangkau, sehingga konsumen cenderung ingin membeli lebih banyak barang tersebut.
Dalam hukum permintaan, asumsi Cateris Paribus merupakan prinsip penting yang tegaskan bahwa faktor-faktor lain dapat mempengaruhi permintaan. Seperti pendapatan konsumen, harga barang lain, preferensi konsumen, dan faktor-faktor lainnya. Ini membantu dalam memahami hubungan kausal antara perubahan harga suatu barang dengan perubahan dalam jumlah yang diminta.
Contohnya, jika terjadi peningkatan pendapatan secara umum di masyarakat, meskipun harga barang naik, jumlah barang yang diminta masih bisa meningkat karena konsumen merasa lebih mampu membeli. Begitu pula, preferensi konsumen terhadap barang atau jasa tertentu dapat mengubah pola permintaan meskipun harga relatifnya tetap.
Hukum permintaan bunyinya demikian, merupakan dasar bagi penentuan harga dalam pasar. Kebijakan harga dan strategi penjualan didasarkan pada pemahaman tentang bagaimana perubahan harga akan memengaruhi tingkat permintaan barang atau jasa.
Pengusaha dan produsen menggunakan pemahaman hukum permintaan untuk mengantisipasi respons pasar terhadap perubahan harga, dengan harapan dapat meningkatkan penjualan dan laba.
Advertisement
Pernyataan yang Benar dan Salah
Benar:
- Jika harga suatu barang naik, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta akan cenderung menurun.
- Jika harga suatu barang turun, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta akan cenderung meningkat.
- Hukum permintaan mendasarkan diri pada asumsi bahwa faktor-faktor lainnya tetap konstan, seperti pendapatan konsumen dan harga barang lainnya.
- Hukum permintaan mencerminkan kecenderungan umum perilaku konsumen dalam merespons perubahan harga suatu barang.
- Faktor-faktor lain seperti preferensi konsumen, pendapatan, dan harga barang lain dapat memengaruhi permintaan, namun asumsi ceteris paribus tetap menjadi landasan hukum permintaan.
Salah:
- Penawaran barang tidak berpengaruh pada hukum permintaan.
- Harga suatu barang selalu berbanding lurus dengan jumlah barang yang diminta.
- Hukum permintaan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain selain harga dalam menentukan permintaan.
- Hukum permintaan selalu berlaku sama di setiap situasi ekonomi tanpa terpengaruh oleh variabel lain.
- Permintaan akan selalu menurun saat harga barang turun, terlepas dari asumsi ceteris paribus atau faktor lainnya.
Contoh Penerapan Hukum Permintaan
- Gaya Fashion: Pada tren pakaian atau aksesori tertentu, seperti sepatu sneakers, ketika harga turun atau ada penawaran diskon, jumlah konsumen yang tertarik akan meningkat. Misalnya, ketika ada penurunan harga pada sepatu merek populer, permintaan bisa melonjak karena harga yang lebih terjangkau, mendorong konsumen untuk membeli atau bahkan membeli lebih dari satu pasang.
- Bahan Bakar: Harga bahan bakar yang naik cenderung mempengaruhi kebiasaan transportasi. Ketika harga bensin naik, beberapa konsumen akan mencari alternatif lain seperti transportasi umum atau berbagi perjalanan, sehingga mengurangi permintaan untuk penggunaan mobil pribadi.
- Elektronik Konsumen: Pada produk elektronik tertentu seperti televisi atau smartphone, penurunan harga biasanya memicu peningkatan permintaan. Misalnya, ketika produsen merilis versi terbaru dari sebuah smartphone dengan harga lebih rendah dari model sebelumnya, konsumen cenderung tertarik untuk membeli produk tersebut.
- Makanan dan Minuman: Saat ada penurunan harga pada makanan tertentu atau restoran yang menawarkan diskon, permintaan terhadap makanan atau minuman tersebut mungkin meningkat karena harga yang lebih terjangkau bagi konsumen.
- Tiket Konser: Harga tiket konser artis terkenal seringkali tinggi. Ketika harga tiket naik secara signifikan, jumlah penonton yang membeli tiket mungkin menurun karena harga yang lebih tinggi membuatnya kurang terjangkau bagi sebagian besar penggemar.
- Properti: Di pasar properti, penurunan harga pada suatu wilayah atau jenis properti tertentu bisa meningkatkan minat pembeli. Misalnya, ketika harga properti di suatu kawasan turun, jumlah calon pembeli yang tertarik untuk berinvestasi atau membeli rumah di sana bisa meningkat.
- Produk Diskon: Saat toko-toko besar mengadakan diskon besar-besaran, seperti penjualan gudang atau clearance sale, barang-barang yang ditawarkan dengan harga lebih rendah dari biasanya seringkali menarik minat konsumen. Misalnya, penurunan harga pada pakaian musim dingin saat musim panas tiba dapat menghasilkan peningkatan permintaan karena konsumen tertarik dengan harga yang lebih terjangkau.
Â
Advertisement