70+ Kata-Kata Jawa Kuno, Pesan Bijak Leluhur sebagai Panduan Menjalani Hidup

Dengan merenungi kata-kata Jawa kuno, setiap individu diinspirasi untuk menjalani hidup dengan penuh makna, membangun kehidupan yang seimbang antara kemajuan pribadi dan kebahagiaan bersama.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 08 Des 2023, 11:42 WIB
Diterbitkan 08 Des 2023, 10:00 WIB
Ilustrasi wayang kulit, Jawa
Ilustrasi wayang kulit, Jawa. (Photo by Lighten Up on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Kata-kata Jawa kuno telah menjadi cahaya pemandu bagi generasi-generasi yang tumbuh dalam budaya yang kaya akan warisan leluhur. Sebagai pesan bijak dari para leluhur, ungkapan-ungkapan ini tidak sekadar kata-kata, melainkan titik pijar yang menerangi perjalanan hidup setiap individu.

Lewat kata-kata Jawa kuno, leluhur mengajarkan agar setiap individu tidak hanya fokus pada dirinya sendiri, tetapi juga selalu bersedia memberi manfaat kepada orang lain. Filosofi ini merangkul nilai gotong-royong, mengingatkan kita bahwa keberhasilan pribadi seharusnya diiringi dengan kebahagiaan dan kemajuan bersama-sama.

Dengan merenungi kata-kata Jawa kuno, setiap individu diinspirasi untuk menjalani hidup dengan penuh makna, membangun kehidupan yang seimbang antara kemajuan pribadi dan kebahagiaan bersama. Pesan-pesan ini bukan hanya warisan budaya, melainkan pijakan kokoh yang dapat membimbing setiap langkah di perjalanan kehidupan. Berikut kata-kata Jawa kuno yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (8/12/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Peribahasa Jawa Kuno Inspiratif

bahasa jawa
Aksara bahasa Jawa. (Foto : Wikipedia.com)

1. Adigang, adigung, adiguna. (Mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan kepintarannya)

2. Aja kaya jambu mete kang kumawani pamer wijine (Jangan menjadi seperti jambe mete yang gemar memamerkan kepandaiannya.)

3. Aja kekakehen gludhug nanging ora ana udane (Jangan terlalu banyak cakap, tetapi tidak ada buktinya.)

4. Aja nggugah macan kang lagi turu (Jangan berbuat gegabah dengan bikin masalah dengan orang yang sudah bertaubat.

5. Aja ngomong waton sapenak udele dhewe, nanging nganggo wewaton nalika ngomong (Jangan suka bicara sembarangan bicara, tapi bicarakanlah apa yang menjadi kenyataan.)

6. Aja rumangsa paling utama, nanging bisaa tetulung mring sapadha (Jangan pernah merasa paling mulia, tetapi berbuat baiklah kepada sesama.)

7. Akeh lumuh katokna balilu, marma tansah mintonaken kawruh pribadi, murih denalema punjul (Jangan suka menunjukkan kemampuan diri demi mendapatkan pujian, tetapi simpanlah kelebihanmu agar kamu terhindar dari sikap sombong.)

8. Ala lan becike ilmu kudu den wruhi karana atunggal wujud mung beda emel lan batos  (Sebaiknya ilmu yang jahat dan ilmu yang baik harus sama-sama diketahui sebab hakikatnya hanyalah satu dan yang menjadi pembeda hanyalah penerapan dan dampaknya.)

9. Ala lan becik iku gandhengane kang mokal bisa kapisahake (Baik dan buruk itu saling berpasangan dan mustahil untuk bisa dipisahkan.)

10. Ala lan becik iku gegandhengan, kabeh kuwi saka kersaning Pangeran. (Suatu kebaikan dan keburukan itu saling beriringan, semua itu atas kehendak Tuhan).

11. Ambeg utomo, andhap asor. (Selalu menjadi yang utama, tetapi selalu rendah hati)

12. Ana dina, ana upa. (Tiap perjuangan selalu ada hasil yang nyata)

13. Anak polah bapa kepradah. (Anak berulang, Bapak kena imbasnya)

14. Angagemen rereh ririh ngatos-atos, den kawang-wang barang laku, ingkang waskitha solahing tiyang. (Seyogyanya berlakulah sabar, cermat dan hati-hati, perhatikanlah segala perilaku dan cermatlah perilaku orang lain).

15. Angulah lantiping manah, rina dalu den anedya, murih dados utami (Selalu berusaha melath hati dan pikiran supaya menjadi manusia yang mulia.)

16. Ati suci margining rahayu (Kesucian hati merupakan jalan keselamatan bagi seorang manusia.)

17. Becik ketitik, ala ketara. (Perbuatan baik akan selalu dikenali, dan perbuatan buruk nantinya juga akan diketahui juga)

18. Beda-beda pandumaning dumadi. (Tuhan Yang Maha Adil memberikan anugerah yang adil kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya)

19. Blilu nate, wasis dereng nate nglampahi (Orang yang tidak pandai dalam menyampaikan materi, tetapi sangat menguasai praktek karena memiliki banyak pengalaman.)

20. Bolu rumambat ing siti (Suatu gambaran mengenai keadaan yang mustahil untuk dicari jalan keluarnya.)

21. Dandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dandhang. (Perkara yang buruk dianggap baik, sedangkan yang baik dianggap buruk)

22. Dene lamun tan miraos yen amuwus, luwung umandela, ananging ingkang semu wingit, myang den dumeh ing pasmon semu dyatmika. (Jika merasa bicaranya tidak berisi, lebih baik diamlah, terutama untuk hal-hal yang penting dan mendalam, bersikaplah tenang).

23. Desa kagungan cara, negara kagungan tata  (Semua tempat memiliki aturan yang berbeda-beda.)

24. Dhuwung manjing warangka, warangka manjing dhuwung (Suatu gambaran ketika seorang pemimpin dapat menyatukan diri bersama dengan rakyatnya.)

25. Dhuwur wekasane, endhek wiwitane. (Kesengsaraan yang membuahkan kemuliaan)


Kata-kata Jawa Kune Berisi Nasihat

Jejak Unik, 2 Naskah Kuno China Beraksara Jawa
Dua naskah kuno China yang ditulis dalam aksara Jawa itu dibuat sekitar 1890. (Liputan6.com/Fajar Abrori)

26. Dikempit kaya jago, dijuju kaya paksi (Penggambaran terhadap seseorang yang dimanja sejak kecil.)

27. Dodol tuna andum rejeki (Gambaran tentang keikhlasan seseorang dalam membantu orang lain.)

28. Durniti wiku manik retna adi (Meskipun seorang yang memahami ilmu agama, tetapi dia melakukan kejahatan. Ia tidak akan mampu melihat kebenaran sejati.)

29. Eling dhumateng sangkan paraning dumadi (Ketahuilah darimana kita berasal, sehingga kita tahu ke mana kita akan pulang.)

30. Emprit abuntut bedhug (Sebuah permasalahan kecil yang menjadi besar.)

31. Endhog ngglundhung arang bali menyang tarangane (Jangan pernah berharap timbal balik dari kebaikan yang telah dilakukan. Sebab, hal tersebut sangat sulit terjadi.)

32. Gecol kumpul, bandhol ngrompol (Orang jahat biasanya berkelompok/berkumpul dengan sesama orang jahat.)

33. Geguyon dadi tetangisan (Suatu candaan yang berakhir dengan kesedihan dan penyesalan.)

34. Giri lungsi janma tan kena ingina (Janganlah pernah menghina seseorang karena setiap orang memiliki kelebihannya sendiri-sendiri.)

35. Golek sampurnaning urip lahir batin lan golek kusumpurnaning pati. (Kita bertanggung jawab untuk mencari kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat)

36. Gusti Allah ora sare (Tuhan tidak pernah tidur. Maka dari itu jangan pernah melakukan kejahatan.)

37. Gusti paring margi kangge tiyang ingkang purun wonten ing marginipun. (Tuhan akan memberikan jalan bagi mereka yang mengikuti jalan-Nya).

38. Gusti paring pitedah bisa lewat bungah uga lewat susah. (Tuhan memberikan petunjuk bisa melalui bahagia maupun bisa melalui kesusahan).

39. Ingkang becik kojahipun, njenengan agem kanthi pasthi. Ingkang ala punika becike disinggahaken, ampun dilakoni. (Segala sesuatu yang baik, lakukanlah dengan pasti. Sesuatu yang buruk lebih baik disimpan, jangan dilakukan).

40. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (Seorang yang menjadi pemimpin harus mampu menjadi teladan yang baik, orang yang memiliki pengetahuan hendaknya memberikan dukungan kepada pemimpin, sementara sebagai seorang rakyat seharusnya senantiasa mengikuti anjuran pemimpin. Selama anjuran yang diberikan baik untuk dilaksanakan.)

41. Kaineban tobat (Seseorang yang telah terlambat melakukan pertobatan karena keburu meninggal dunia.)

42. Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning Hyang sukmo. (Mulailah untuk bertindak sebisamu, baru akhirnya serahkan semuanya kepada Allah Yang Maha Esa)

43. Kayu watu bisa krungu, suket godhong duwe mata (Sebaik apapun rahasia yang ditutup-tutupi, jika sudah tiba saatnya saat pasti akan ketahuan.)

44. Kebo bule pejah ing setra (Kepandaian seseorang yang dibawa mati dan tidak pernah dimanfaatkan sama sekali.)

45. Kebo kabotan sungu (Suatu beban yang sangat berat sehingga tidak mampu diterima oleh seorang manusia.)

46. Kebo nyusu gudel (Suatu keadaan yang menggambarkan ketika anak menjadi gantungan hidup dari orang tua.)

47. Kencana katon wingka (Seseorang yang memuji secara berlebihan sehingga yang lain selalu nampak buruk.)

48. Kesandhung ing rata, kebentus ing tawang (Selalu waspadalah di mana dan kapan pun kamu berada.)

49. Ketungkul gesangipun kaliyan ampun gadhah kareman marang pepas donya siyang dalu, emut yen gesang manggih antaka. (Hiduplah dengan tekun dan hati-hati, jangan mengumbar kesenangan dunia siang malam, ingatlah bahwa hidup berujung kematian).

50. Kocak tandha lokak (Orang yang kebanyakan tingkah/banyak bicaranya biasanya ilmunya sedikit.)


Peribahasa Jawa Kuno Berisi Nilai-nilai Luhur

Ilustrasi wayang kulit, Jawa
Ilustrasi wayang kulit, Jawa. (Image by pikisuperstar on Freepik)

51. Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pesthi (tidak semua yang diinginkan hati dapat terwujud menjadi kenyataan.)

52. Kriwikan dadi grojokan (Masalah kecil yang menjadi masalah besar.)

53. Lambe satumang kari samerang (Orang yang sudah kesal memberi nasehat kepada orang lain.)

54. Lathi bisa nemtokake ajining dhiri, busana bisa nemtokake ajining sarira (Kata-kata bisa menentukan harga diri seseorang, sementara pakaian bisa menentukan kualitas seseorang.)

55. Mangka kanthining tumuwuh, salami mung awas eling, eling lukitaning alam supados niring sangsaya (Selalu waspada dan selalu ingat terhadap tanda-tanda alam yang merupakan bukti kebesaran Tuhan agar terhindar dari malapetaka.)

56. Manjing ajur-ajer mring kahanan (Supaya dapat diterima lingkungannya seseorang berbaur dengan masyarakat tempat tinggalnya.)

57. Manungsa namung ngunduh wohing pakarti. (Manusia di dalam kehidupan itu sebenarnya hanya akan memetik hasil atas sesuatu yang diperbuatnya sendiri).

58. Manungsa wenang ngudi, purba wasesa ing Astane Gusti (Manusia hanya mampu berusaha, sementara keputusan/hasil akhir sepenuhnya ada di tangan Tuhan.)

59. Mburu welut kelangan dheleg (Mencari suatu yang tidak berharga, dengan mengabaikan sesuatu yang telah pasti hasilnya.)

60. Mumpung mudha angudiya lampah utama (Selagi masih muda berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan.)

61. Mundhak apa aneng ngayun, andhedher kaluputan, siniram ing banyu kali, lamun tuwuh dadi kekembangan beka (Apa guna menjadi seorang pemimpin apabila terus berbuat kesalahan hingga pada akhirnya menimbulkan bencana.)

62. Mung merga mburu sega sapiring aja nganti kelangan sega sacenthing (Jangan hanya karena memburu sesuatu yang tidak pasti sampai kehilangan segalanya.)

63. Nabok nyilih tangan. (Menggambarkan orang yang tidak berani menghadapi musuhnya dan meminta bantuan orang lain diam-diam)

64. Nadyan silih bapa biyung kaki nini, sadulur myang sanak, kalamun muruk tan becik, mboten pantes bilih den anut. (Meskipun itu ayah, ibu, kakek, nenek, saudara, atau sanak keluarga, jika memberi ajaran yang salah, tetap tidak pantas diikuti).

65. Natas, nitis, netes (Sesuatu yang berasal dari Tuhan akan dirawat oleh Tuhan, dan akhirnya kembali kepada Tuhan.

66. Ngajaba tyas rahayu (Selalu berusahalah untuk mencari keselamatan.

67. Nrima ing pandum. (Menerima sesuatu yang diberikan oleh Tuhan).

68. Pindha suruh, lumah lan mungkrebe beda, lamun gineget rasane padha (Meskipun terlihat berbeda, tetapi memiliki banyak sekali persamaan.)

69. Samubarang becik menika gampil menawi sampun ditindakake, langkung awrat menawi dereng ditindakake. (Perbuatan baik itu gampang jika sudah dijalani, sulit jika belum dilaksanakan).

70. Saupami ringgit, tiyang gesang namung saderma nglampahi (Serupa dengan wayang, tugas seorang manusia hanyalah sebatas menjalani takdirnya.)

71. Tiyang ingkang andhap asor punika yekti pikantuk penganggep becik. Tiyang mendel punika nyata, wonten ing njaban pakewuh. (Orang yang rendah hati, pasti akan dianggap baik. Sementara itu, orang yang diam itu selamat dari bencana lidah).

72. Tiyang ingkang mboten manut pituturipun tiyang sepuh tan nemu duraka wonten ing donya praptaning akir, tan wurung kesurang-surang. (Orang yang tidak menjunjung nasihat orang tua akan menemui kutukan sengsara di dunia sampai akhirat, dan selalu menderita).

73. Tresna niku sanes ingkang dugi saking akal, ananging tresna punika ingkang tumeka wonten ing ati. (Cinta itu bukan yang datangnya dari akal, tetapi cinta itu datang dari hati).

74. Ulat menika nampani rasaning kalbu, wahyaning wacana, pareng lan netya kaeksi, ingkang waspada wruh pamoring pasang cipta. (Mimik wajah itu menunjukkan ekspresi hati, keluarnya tutur kata bersamaan dengan sorot mata, yang waspada akan mampu menilik dalamnya pikiran).

75. Urip iku urup. (Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Sekecil apa pun manfaat yang kita berikan, jangan sampai menjadi orang yang meresahkan masyarakat)

76. Yatma yuwana, lena kena (Seseorang yang senantiasa waspada akan selalu terhindar dari bencana.)

77. Yoga angangga yogi (cara berpikir seorang murid biasanya meniru cara berpikir gurunya.)

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya