Liputan6.com, Jakarta - Kata Arkais adalah kata-kata unik yang baru muncul dalam hikayat. Kata-kata ini seringkali menggambarkan keadaan atau objek yang telah usang atau ketinggalan zaman. Contoh kata arkais adalah "liang lahat" yang berarti "kuburan," "sembap" yang berarti "cemberut," atau "dunia" yang berarti "tubuh."
Baca Juga
Advertisement
Kata-kata ini seringkali sulit dipahami oleh generasi muda karena jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Saat ini, keberadaan kata arkais semakin jarang ditemui dalam percakapan sehari-hari.
Namun, dalam hikayat atau karya sastra klasik, kata-kata ini masih sering muncul. Penggunaan kata-kata arkais dalam literatur dapat memberikan nuansa dan estetika yang berbeda, serta memberi kesempatan bagi pembaca untuk memahami budaya dan kebiasaan masyarakat pada masa lampau.
Penting untuk memperhatikan dan mempelajari kata-kata arkais agar dapat memahami dan menghargai kekayaan bahasa Indonesia. Melalui pemahaman ini, generasi muda dapat tetap terhubung dengan warisan sastra dan budaya nenek moyang, serta menghargai nilai keunikan dalam setiap kata yang digunakan.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang kata Arkais adalah kata-kata unik yang baru muncul dalam hikayat, lengkap ragam dan contohnya, Senin (25/12/2023).
Kata Arkais Adalah Kata-Kata/Bahasa Unik
Arkais, berasal dari Bahasa Yunani "arkhaikos" yang artinya kuno. Kata arkais adalah memiliki arti berhubungan dengan masa lalu, seperti yang didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Menurut Dr. Roli Fola Cahya Hartawan dalam bukunya "Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi" (2023), arkais adalah ragam bahasa tertua yang kini jarang dipakai karena dianggap tidak relevan dan ketinggalan zaman.
Ragam bahasa arkais sering dikaitkan dengan ragam bahasa klasik, walaupun keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan utama terletak pada kosakata, dimana ragam arkais mencakup kata-kata sehari-hari pada zaman dahulu, sementara ragam klasik berisi kosakata yang digunakan dalam karya sastra Melayu klasik. Beberapa kata dari ragam klasik masih familiar dan digunakan hingga saat ini.
Dalam karya sastra, seperti yang dikemukakan dalam artikel jurnal berjudul "Kata Arkais Pada Hikayat Hang Tuah I dan Pemanfaatannya Sebagai Alternatif Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Kelas X" oleh Reni Wulandari dkk, kata arkais adalah kata-kata yang lazim digunakan pada masa lampau dan sesuai dengan konteks saat itu. Penggunaan kata arkais saat ini bertujuan memberi corak atau warna pada tulisan agar menarik perhatian pembaca atau pendengar.
Nurul Hidayah dalam bukunya tentang "Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi" menyebutkan bahwa arkaisme atau kata arkais adalah suatu ajaran pemakaian kata-kata atau kalimat yang dianggap kolot dan terkesan primitif. Penggunaan kata arkais di zaman sekarang membutuhkan penyesuaian dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh masyarakat saat ini.
Pada masa kini, penggunaan kata arkais lebih diarahkan untuk melestarikan budaya kata-kata lampau di Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Rifan Bilaldi dalam bukunya "Detektif Bahasa."
Namun, kata arkais sudah jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari karena penutur aslinya telah tidak ada. Penggunaan diksi arkais lebih sering ditemukan dalam hikayat-hikayat lama atau seni pedalangan, menciptakan rasa sakral dan menghormati nilai-nilai tradisional.
Advertisement
Kata Arkais dalam Hikayat
Dalam hikayat, penggunaan kata arkais memiliki tujuan yang lebih dalam daripada sekadar penggunaan kosakata kuno. Kata-kata arkais dipilih secara selektif untuk menciptakan suasana, menandai zaman atau setting yang berbeda, serta memberikan nuansa klasik dan tradisional dalam cerita.
Sebagaimana diungkapkan oleh Reni Wulandari dkk, kata arkais dalam hikayat adalah kata-kata yang lazim digunakan pada masa lampau dan memiliki makna atau bentuk sesuai dengan konteks pada saat itu.
Penggunaan kata-kata arkais dalam hikayat tidak hanya untuk menyampaikan makna atau cerita, tetapi juga untuk membangun karakter dan menghidupkan setting dalam masa yang diinginkan oleh penulis. Menurut Nurul Hidayah, arkaisme atau kata arkais, menjadi suatu ajaran pemakaian kata-kata atau kalimat yang dianggap kolot dan terkesan primitif.
Oleh karena itu, penggunaan kata arkais dalam hikayat tidak hanya menjadi aspek linguistik. Akan tetapi juga menjadi elemen penting dalam menciptakan suasana dan membangun karakter-karakter yang kaya akan sejarah. Penggunaan kata arkais dalam hikayat juga memberikan kesempatan bagi pembaca untuk terhubung dengan warisan budaya lama dan merasakan kekayaan bahasa serta nilai-nilai dari masa lampau.
Penggunaan kata arkais dalam hikayat memiliki tujuan yang lebih dalam daripada sekadar penggunaan kosakata kuno. Ini adalah cara bagi pengarang untuk menciptakan kedalaman, nuansa, dan keautentikan dalam ceritanya serta menjaga warisan budaya yang berharga.
Ragam Kata Arkais
- Mahajana: Pada zaman kerajaan, mahajana digunakan sebagai gelar untuk orang yang sangat masyhur di seluruh negeri. Contohnya, "Raja memberikan gelar mahajana kepada pemimpin yang telah berjasa besar dalam menjaga kestabilan kerajaan."
- Menjura: Arti dari menjura, yang sempat ramai dibahas beberapa tahun lalu, berawal dari perdebatan emoji 'terima kasih' dalam chat. Contoh penggunaannya, "Mereka akan menjura sebagai tanda penghargaan pada acara penghargaan tahunan."
- Gadamala: Gadamala, dalam ragam arkais, merujuk pada tanaman obat yang kerap dijadikan bumbu dapur, yang artinya lengkuas. Sebagai contoh, "Ibu menggunakan gadamala untuk menambahkan cita rasa autentik pada masakan tradisionalnya."
- Acaraki: Meskipun secara arkais artinya peracik minuman herbal atau pembuat jamu, acaraki kembali populer sebagai nama cafe dan produk minuman herbal. Contoh kalimat, "Kami akan berkunjung ke Acaraki untuk menikmati suasana kafe yang unik dan menyegarkan minuman herbalnya."
- Someng: Someng, dalam ragam arkais, digunakan untuk menyatakan sesuatu yang tidak sedap dilihat atau didengar. Contoh kalimat, "Respon yang someng terhadap karyanya membuat seniman itu menggali lebih dalam dalam ekspresi kreatifnya."
- Bergas: Dalam kosakata populer, bergas berarti 'mengandung banyak gas,' tetapi dalam ragam arkais, bergas termasuk dalam kata sifat yang digunakan untuk menggambarkan laki-laki yang gagah berani. Sebagai contoh, "Pahlawan dalam cerita tersebut dikenal sebagai sosok yang sangat bergas dan penuh keberanian."
Advertisement
Contoh Kata Arkais
- Rajauma - Perempuan yang baik budi
- Bedeber - Kecemasan
- Macam - Banyak
- Ceran - Cerah
- Malu-maluin - Menyusahkan
- Idap - Rindu
- Linu - Sakit
- Gemah - Gemuk
- Jimat - Benda bertuah
- Wong - Orang
- Sawer - Uang yang diberikan sebagai hadiah
- Bekas - Lama
- Nalar - Akal
- Amis - Harum
- Jangar - Jauh
- Gandrung - Cinta
- Susur - Turun
- Cenela - Sendiri
- Kurang - Minim
- Gemilang - Cahaya
- Karunia - Anugerah
- Luhur - Tinggi
- Rimbun - Padat
- Curam - Dalam
- Mulur - Panjang
- Wening - Sunyi
- Jumawa - Bangga
- Tunggal - Sendiri
- Sakti - Kuat
- Wit - Pandai
- Rampak - Cantik
- Sohor - Terkenal
- Lampau - Lama
- Kangen - Rindu
- Bagus - Baik
- Ardi - Lurus
- Kedep - Depan
- Wungu - Ungu
- Selak - Lihat
- Dulang - Alat untuk makan
- Racun - Minuman
- Sepi - Sunyi
- Babah - Ayah
- Dandan - Rias
- Kusir - Pengemudi
- Layan - Diam
- Ayun - Angin
- Biang - Besar
- Banjar - Air
- Gempur - Serang
- Gemilang - Cahaya
- Karunia - Anugerah
- Luhur - Tinggi
- Rimbun - Padat
- Curam - Dalam
- Mulur - Panjang
- Wening - Sunyi
- Jumawa - Bangga
- Tunggal - Sendiri
- Sakti - Kuat
- Wit - Pandai
- Rampak - Cantik
- Sohor - Terkenal
- Lampau - Lama
- Kangen - Rindu
- Bagus - Baik
- Ardi - Lurus
- Kedep - Depan
- Wungu - Ungu
- Selak - Lihat
- Dulang - Alat untuk makan
- Racun - Minuman
- Sepi - Sunyi
- Babah - Ayah
- Dandan - Rias
- Kusir - Pengemudi
- Layan - Diam
- Ayun - Angin
- Biang - Besar
- Banjar - Air
- Gempur - Serang
- Gelap - Gelap
- Kapuh - Lemah
- Masif - Besar
- Muda - Muda
- Murni - Murni
- Nampak - Terlihat
- Nyala - Cahaya
- Rupa - Wujud
- Tara - Tinggi
- Tauladan - Teladan
- Bakda - Setelah
- Bakal - Akan
- Balik - Pulang
- Balikin - Mengembalikan
- Banjur - Kemudian
- Bantal - Bantal
- Banyu - Air
- Bara - Api
- Bareng - Bersama
- Bari - Baru
- Basa - Basah
- Bawel - Cerewet
- Beber - Bicara
- Bebas - Bebas
- Bedil - Senjata
- Begitu - Begitu
- Bekal - Bekal
- Bekas - Bekas
- Belak - Belakang
- Belanja - Belanja
- Beliung - Puting beliung
- Bencana - Bencana
- Bendu - Bengkak
- Bentur - Bentur
- Benung - Tidur
- Berang - Marah
- Berdikari - Mandiri
- Berek - Berkali-kali
- Berguna - Berguna
- Berkabar - Memberitahu
- Berkali - Berkali-kali