Liputan6.com, Jakarta Mengapa pemilu 1955 dianggap pemilu paling demokratis perlu dipahami oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya, pemilu 1955 merupakan momen bersejarah dalam politik Indonesia, di mana rakyat Indonesia pertama kali memiliki kesempatan untuk memilih para wakil mereka secara langsung. Sebelumnya, proses pemilihan dilakukan oleh Konstituante yang terdiri dari perwakilan dari berbagai golongan.
Namun, pemilu 1955 menjadi tonggak sejarah karena mewakili semangat demokrasi yang sesungguhnya. Sebelum pelaksanaan Pemilu 1955, penyelenggaraan pemilu ini pun mengalami sejarah panjang yang tidak mudah. Proses persiapan dilakukan dengan matang, mulai dari penyusunan undang-undang pemilu, pembentukan partai politik, hingga proses pendataan pemilih. Berbagai kendala politik dan teknis pun terjadi dalam penyelenggaraan pemilu ini.
Mengapa pemilu 1955 dianggap pemilu paling demokratis disebabkan karena pemilihan umum ini dilakukan dengan bebas dan jujur, tanpa paksaan, diikuti oleh berbagai partai, dalam kondisi bangsa yang baru merdeka namun bisa berlangsung aman dan dengan jumlah pemilih yang sangat tinggi.
Advertisement
Hasil Pemilu 1955 menjadi perhatian utama, karena akan menentukan siapa yang akan mewakili rakyat dalam membangun negara. Pemilu 1955 melahirkan berbagai partai politik baru dan mengukuhkan beberapa partai yang telah ada sebelumnya. Hasil pemilu ini pun menjadi tolak ukur bagi perkembangan politik Indonesia selanjutnya. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (9/1/2024) tentang mengapa pemilu 1955 dianggap pemilu paling demokratis.
Mengapa Pemilu 1955 Dianggap Pemilu Paling Demokratis?
Mengapa pemilu 1955 dianggap pemilu paling demokratis mungkin menjadi pertanyaan banyak orang. Apalagi, ini merupakan pemilu pertama yang diadakan oleh bangsa Indonesia. Pemilihan umum 1955 adalah pemilu legislatif pertama di Indonesia.
Pemilu 1955 diadakan pada tanggal 29 September 1955. Para kandidat bersaing untuk dipilih ke kursi 257 Dewan Perwakilan Rakyat, yang akan menggantikan legislatif sementara yang ada. Mengapa pemilu 1955 dianggap pemilu paling demokratis karena pelaksanaanya sangat demokratis dan berjalan sukses.
Ratusan partai dan calon individu bersaing. Para calon pemilih berhasil didaftarkan dan mengikuti pemilihan, meskipun pada waktu itu kondisi Indonesia baru merdeka dan akses transportasi dan kemampuan baca tulis penduduk masih rendah. Jadi, itulah mengapa pemilu 1955 dianggap pemilu paling demokratis.
Selain itu, sebanyak 87,65% pemilih memberikan suara yang sah dan 91,54% dari calon pemilih terdaftar memilih dalam pemilihan ini. Total pemilih adalah sebanyak 37.785.299 orang, yang tentunya dapat menjadi tolok ukur mengapa pemilu 1955 dianggap pemilu paling demokratis.
Meski ini adalah pemilihan umum pertama, dengan ratusan partai peserta, dan jutaan pemilih, pemilihan berlangsung aman dan tertib. Jadi, itulah beberapa alasan mengapa pemilu 1955 dianggap pemilu paling demokratis.
Advertisement
Perencanaan Pemilu 1955
Pemilu 1955 di Indonesia merupakan pemilihan umum pertama setelah kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Pengaturan pertama kali direncanakan dalam Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949 sebagai bagian dari perjanjian kemerdekaan. Namun, karena berbagai konflik dan ketegangan politik antara partai politik yang ada, pelaksanaan pemilu sempat tertunda beberapa kali.
Seiring dengan semakin meningkatnya tekanan internasional dan domestik, pemerintah akhirnya berhasil merencanakan penyelenggaraan Pemilu 1955. Perencanaan Pemilu ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, partai politik, dan masyarakat umum. Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Belanda dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memastikan pelaksanaan pemilu yang adil dan transparan.
Dari hasil pemilu 1955, empat partai-partai terbesar adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan 8.434.653 suara (22.3%) dan 57 kursi, Masyumi dengan 7,903,886 suara (20,9%) dan 57 kursi, Nahdatul Ulama dengan 6,955,141 suara (18,4%) dan 45 kursi, serta Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan 6,176,914 suara (16,4%) dan 39 kursi.
Pelaksanaan Pemilu 1955
Pemilu 1955 menjadi momen penting dalam sejarah politik Indonesia karena merupakan pemilihan umum pertama setelah kemerdekaan. Pemilu dilaksanakan pada tanggal 29 September 1955 dan merupakan pemilihan umum pertama di Indonesia yang melibatkan partai-partai politik. Selama pelaksanaan Pemilu 1955, terdapat 29 partai politik yang ikut serta dalam kontestasi politik.
Partai yang paling dominan saat itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Soekarno. Pemilu 1955 juga menjadi momentum bagi perempuan Indonesia untuk turut serta dalam proses politik, di mana terdapat 18 perempuan yang terpilih menjadi anggota parlemen.
Dalam perolehan suara, PNI berhasil mendominasi dengan meraih sekitar 23% suara, diikuti oleh Masyumi dengan 20% suara. Hasil Pemilu 1955 menunjukkan bahwa PNI berhasil memenangkan pemilu dan kemudian membentuk pemerintahan. Meskipun begitu, hasil pemilu 1955 ini juga menimbulkan polemik dan kontroversi terkait perolehan suara sehingga tidak semua partai politik menerima hasilnya dengan baik.
Meskipun demikian, hasil Pemilu 1955 merupakan tonggak sejarah yang penting bagi proses demokratisasi di Indonesia. Pemilu ini menjadi landasan bagi pembentukan Konstituante yang pada akhirnya mempengaruhi perumusan UUD 1945 yang menjadi dasar hukum bagi negara Indonesia saat ini. Jadi, itulah mengapa pemilu 1955 dianggap pemilu paling demokratis.
Advertisement
Perolehan Suara dalam Pemilu 1955
Pada Pemilu 1955, terdapat sebanyak 29 partai politik yang berpartisipasi dalam pesta demokrasi tersebut. Partai-partai yang ikut serta berasal dari berbagai spektrum ideologi, mulai dari kiri hingga kanan. Mengapa pemilu 1955 dianggap pemilu paling demokratis bisa dilihat juga dari sisi ini.
Hasil pemilihan pada waktu itu menunjukkan bahwa partai yang meraih suara terbanyak adalah PNI (Partai Nasional Indonesia) yang berhasil memperoleh 22.3% suara. Disusul oleh Masyumi dengan 20.9% suara dan Nahdlatul Ulama (NU) dengan 18.4% suara. Sementara itu, partai-partai lainnya seperti PKI (Partai Komunis Indonesia), PSI (Partai Sosialis Indonesia), dan Parkindo (Partai Kristen Indonesia) juga berhasil meraih suara yang signifikan dalam pemilihan tersebut.
Hasil Pemilu 1955 menjadi penting karena merupakan pemilihan umum pertama setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pemilu ini juga dikenal sebagai pemilu pertama di Indonesia yang diadakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, dan adil. Hasil Pemilu 1955 ini kemudian membentuk Konstituante yang akan menjadi penentu dasar negara Indonesia. Meskipun sempat terjadi konflik dan ketegangan politik pada saat itu, namun Pemilu 1955 tetap dianggap sebagai tonggak sejarah penting dalam perkembangan demokrasi di Indonesia.