Liputan6.com, Jakarta Hari Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) merupakan salah satu peristiwa sejarah yang penting dalam perkembangan bangsa Indonesia. Peringatan Tritura ini disebut juga sebagai tonggak sejarah lahirnya pemerintahan Orde Baru.
Hari Tritura diperingati setiap tanggal 10 Januari, di mana pada 10 Januari 1966 dilakukan pembacaan tiga tuntutan rakyat ini di halaman Fakultas Kedokteran UI. Pembacaan Tritura ini merupakan aksi yang diprakarsai oleh Gerakan Mahasiswa.
Hari Tritura bermula dari tragedi Gerakan 30 September yang menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap Indonesia. Para mahasiswa menginisiasi aksi Tritura ini dengan alasan pemerintah Orde Lama yang lambat dan tidak tegas terhadap PKI (Partai Komunis Indonesia) yang dianggap sebagai biang kerusuhan pada Gerakan 30 September 1965.
Advertisement
Berikut Liputan6.com rangkum dari laman Pemerintah Kabupaten Asahan dan SMAN 13 Semarang, Selasa (9/1/2024) tentang Hari Tritura 10 Januari.
Sejarah Hari Tritura 10 Januari 1966
Sejarah Hari Tritura 10 Januari 1966 terjadi karena berbagai gejolak yang dialami oleh Indonesia. Salah satunya karena Soekarno yang bersebarangan dengan negara-negara Barat pada 1960-an. Sikap anti neokolonialisme dan neoimperialisme Soekarno menyebabkan Indonesia kehilangan dukungan politik dan ekonomi luar negeri.
Hal ini berakibat pada terjadinya krisis ekonomi yang berdampak pada melambungnya harga barang. Puncak krisis ekonomi terjadi pada periode 1965 akibat peristiwa G30SPKI. Kekacauan politik yang terjadi memunculkan sentimen anti PKI dan anti Soekarno kala itu.
Hal ini berujung pada terjadinya demonstrasi besar-besaran oleh rakyat dan para mahasiswa. Pada tahun 1966, rakyat dan mahasiswa memprotes Soekarno atas peristiwa G30SPKI dan inflasi yang terjadi. Demonstrasi tersebut memunculkan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) sebagai tuntutan atas situasi yang terjadi. Hari Tritura 10 Januari 1966 ini nantinya akan mengubah sejarah Indonesia.
Advertisement
Isi Tritura
Hari Tritura merupakan peringatan aksi yang dilakukan oleh rakyat dalam menuntut pemerintah. Pada 9 Januari 1966, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) menyepakati rumusan tuntutan yang kemudian dikenal dengan Tritura yang akan disampaikan kepada Presiden Soekarno. Pada tanggal 10 Januari 1966 di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk pertama kali Tritura dikumandangkan dan menjadi peringatan hari Tritura.
Adapun isi dari Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat adalah:
- Bubarkan Partai Komunis Indonesia, karena Pemerintah dianggap lambat dalam mengambil sikap terhadap PKI yang dianggap terlibat dalam peristiwa G30S dan banyak tokoh komunis yang berada didalam kabinet pemerintahan.
- Rombak Kabinet Dwikora, karena Pemerintah dinilai tidak bisa mengendalikan kestabilan politik, ekonomi dan sosial. Menurut masyarakat, Presiden Soekarno lebih mementingkan perebutan Irian Barat dan urusan konfrontasi Indonesia-Malaysia.
- Turunkan Harga, kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah kurang tepat yang membuat kestabilan ekonomi yang semakin memburuk.
Dampak Hari Tritura Terhadap Bangsa Indonesia
Menanggapi hari Tritura, pada tanggal 21 Februari 1966, Presiden Soekarno melakukan perombakan kabinet tetapi masih mengikutkan para simpatisan PKI. Kenyataan ini menyulut kembali mahasiswa untuk melakukan aksi unjuk rasa pada tanggal 24 Pebruari 1966. Pada peristiwa tersebut seorang mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim tertembak dan gugur.
Setelah kejadian itu, Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang memberikan tugas dan wewenang kepada Jenderal Soeharto. Melalui Supersemar inilah awal bagi Soeharto mendapatkan wewenang untuk mengambil segala tindakan yang perlu dalam memulihkan keamanan dan ketertiban. Supersemar ini juga menjadi awal muncul dan berkembangnya kekuasaan Orde Baru.
Usaha para mahasiswa dalam aksi Tritura untuk memperbaiki kondisi politik dan memperjuangkan hak rakyat ini pun menjadi sejarah bangsa. Dan untuk mengingat peristiwa itu, setiap tanggal 10 Januari ditetapkan sebagai hari Tritura. Pada hari Tritura ini, mahasiswa memiliki peran yang begitu penting dalam sejarah negara Indonesia.
Advertisement