Mengenal Sengkuni Tokoh Licik dalam Epos Mahabarata

Sengkuni merupakan salah satu tokoh dalam epos Mahabarata yang dikenal sebagai sosok licik dan manipulatif.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 11 Jan 2024, 21:50 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2024, 21:50 WIB
Tokoh Wayang Sengkuni
Tokoh Wayang Sengkuni./ Gurusiana

Liputan6.com, Jakarta Sengkuni merupakan salah satu tokoh dalam epos Mahabarata yang dikenal sebagai sosok licik dan manipulatif. Kepandaiannya dalam berpolitik dan berintrik membuatnya sering dikaitkan dengan kondisi politik modern di Indonesia.

Dalam Mahabarata, Sengkuni dikenal sebagai panglima perang dari kerajaan Gandhara yang selalu mencari cara untuk mengambil keuntungan pribadi, tidak peduli dengan cara yang ditempuhnya. Kepintarannya dalam memanipulasi situasi dan bersekongkol dengan kekuatan asing menjadikannya tokoh yang kontroversial.

Relevansi Sengkuni dengan politik modern di Indonesia muncul karena adanya analogi antara karakter dan tindakan Sengkuni dalam Mahabarata dengan perilaku sebagian politisi atau pejabat di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk memahami tokoh Sengkuni dan perannya dalam Mahabarata, serta bagaimana karakternya bisa menjadi cermin bagi kondisi politik modern saat ini.

Dengan memahami hal ini, kita dapat memetik pelajaran berharga dan mungkin menghindari kesalahan yang sama dalam dinamika politik yang sedang berkembang di Indonesia saat ini. Untuk memahami tokoh Sengkuni dan bagaimana dia sering dikaitkan dengan kondisi politik, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (11/1/2024).

Profil Sengkuni dalam Mahabharata

Sengkuni adalah tokoh penting dalam epos Mahabharata yang sering dikaitkan dengan kondisi politik modern di Indonesia. Sengkuni dikenal sebagai saudara dari Raja Dretarastra dan merupakan salah satu tokoh antagonis dalam kisah Mahabharata. Karakteristik Sengkuni digambarkan sebagai cerdik, licik, dan ahli strategi.

Peran Sengkuni dalam Mahabharata sangat signifikan, terutama dalam mempengaruhi perang besar antara Pandawa dan Korawa. Sengkuni dikenal sebagai dalang di balik berbagai intrik dan konspirasi yang memuncak pada perang Kurukshetra. Dalam kisah epik tersebut, Sengkuni sering kali dipandang sebagai penjahat, namun juga dianggap sebagai tokoh yang brilian dalam memainkan perannya

Sengkuni, tokoh dalam epos Mahabarata, dikenal karena motivasi dan ambisinya yang kuat untuk menjatuhkan Pandawa. Motivasi di balik tindakannya banyak terkait dengan dendam pribadinya, terutama terkait dengan perlakuan yang kurang adil terhadap dirinya dan keluarganya oleh Pandawa. Ambisinya untuk mengembangkan kekuasaan dan memenangkan peperangan juga menjadi faktor utama di balik tindakannya.

Keinginan pribadinya mempengaruhi keputusan politiknya, memaksa dia untuk membuat kesepakatan dan intrik yang licik untuk mencapai tujuannya. Sengkuni dikenal sebagai ahli dalam kecerdikan dan diplomasi licik, menggunakan keterampilannya dalam merancang intrik dan memainkan peran di balik layar untuk mencapai tujuannya.

Peran Sengkuni dalam Epos Mahabarata

Wayang Kulit.
Ilustrasi wayang kulit. (Foto: Shutterstock)

Sengkuni memiliki peran kunci dalam mempengaruhi pemilihan Duryudana sebagai pewaris takhta, yang kemudian menjadi sumber konflik utama dalam Mahabharata. Sengkuni mendukung Duryudana dalam strategi dan kebijakan politiknya dengan melakukan berbagai manipulasi, intrik, dan permainan licik untuk memastikan kemenangan bagi pihak Kaurava. Kemampuannya dalam memanipulasi situasi dan menciptakan ketidaksetaraan dalam persaingan politik membuatnya menjadi tokoh yang sangat berpengaruh dalam cerita Mahabarata.

Peran Sengkuni memicu dan memperburuk konflik antara Kaurava (Duryodana) dan Pandawa dengan menyulut persaingan dan kesalahpahaman antara kedua belah pihak, sehingga memicu terjadinya peperangan besar yang menjadi inti dari kisah Mahabarata. Dampak dari kecerdikan politiknya terhadap kisah Mahabharata sangat signifikan, karena tanpa peran dan manipulasi Sengkuni, konflik antara Kurawa dan Pandawa mungkin tidak akan terjadi sebesar dan seberat yang digambarkan dalam epos tersebut. Keserakahan dan ketidakadilan yang menjadi ciri khas Sengkuni telah membawa konsekuensi yang tragis bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik tersebut.

Metafora dalam Politik Modern

Mengukir Identitas Bangsa Melalui Nilai-Nilai Budaya
Ilustrasi wayang kulit (doc: Istimewa)

Sengkuni, dalam epos Mahabarata, sering dianggap sebagai metafora atau analogi untuk tokoh politik dalam konteks modern karena karakteristiknya yang licik dan manipulatif. Sengkuni dikenal sebagai sosok yang cerdik dalam memainkan peran politiknya dan sering menggunakan taktik licik untuk mencapai kepentingan pribadinya. Hal ini seringkali mencerminkan perilaku tokoh politik kontemporer di Indonesia.

Penyelarasan karakteristik Sengkuni dengan tindakan licik atau manipulatif dalam politik modern dapat ditemukan dalam berbagai kasus korupsi, nepotisme, populisme, dan politik kotor lainnya. Seperti Sengkuni, para politisi sering menggunakan intrik dan upaya memanipulasi situasi politik untuk memperoleh keuntungan pribadi atau golongan.

Sebagai metafora, karakteristik Sengkuni juga mengingatkan kita untuk waspada terhadap ulah para politisi yang cenderung licik dan manipulatif dalam bermain politik. Dengan memahami dan mengidentifikasi tindakan-tindakan licik yang seringkali terjadi dalam politik kontemporer, diharapkan masyarakat dapat lebih kritis dan cerdas dalam menilai para pemimpin dan tokoh politik.

Refleksi Moral dan Etika

Ilustrasi pertunjukkan wayang kulit (wikimedia commons)
Ilustrasi pertunjukkan wayang kulit (wikimedia commons)

Tokoh Sengkuni dalam epos Mahabharata sering menjadi subjek perdebatan mengenai pandangan etika dan moral terhadap tindakannya. Meskipun di satu sisi Sengkuni dianggap sebagai antagonis karena tindakannya yang licik dan manipulatif, namun di sisi lain, beberapa pandangan juga menganggap bahwa tindakan Sengkuni sebenarnya juga dilandasi oleh rasa setia dan cinta akan keluarganya.

Relevansi dari nilai-nilai etika ini dengan dinamika politik saat ini adalah terlihat dalam konteks kehidupan politik modern di Indonesia. Kita sering melihat adanya tindakan yang licik dan manipulatif dalam dunia politik yang seakan dilakukan demi kepentingan kelompok atau golongan tertentu. Namun, di sisi lain, nilai-nilai seperti loyalitas dan kepatuhan terhadap keluarga atau kelompok juga tetap menjadi faktor yang memengaruhi tindakan politik.

Hal ini mengingatkan kita untuk selalu mengevaluasi tindakan politik dengan mempertimbangkan nilai-nilai etika dan moral yang seharusnya menjadi landasan dalam melakukan segala tindakan. Sehingga, refleksi mengenai moral dan etika dari tindakan Sengkuni dalam Mahabarata dapat memberikan inspirasi bagi para pemimpin politik masa kini untuk selalu bertindak dengan integritas dan kejujuran dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya