Temperamen pada Anak, Ketahui 3 Tipe dan Penyebabnya

Temperamen adalah sifat bawaan anak sejak lahir.

oleh Laudia Tysara diperbarui 06 Feb 2024, 12:22 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2024, 10:15 WIB
Contoh ilustrasi anak dan ibu berdiskusi
Ibu dan anak sedang mengobrol di sofa. (Foto: Pexels.com/Kampus Production)

Liputan6.com, Jakarta - Temperamen adalah sifat bawaan anak sejak lahir. Temperamen pada anak merupakan aspek kunci dalam perkembangan mereka yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti perilaku, emosi, dan kognisi. Memahami temperamen anak menjadi esensial bagi orang tua dan pendidik, mengingat perannya yang signifikan dalam membentuk kepribadian dan respon anak terhadap lingkungan sekitar.

Pentingnya memahami temperamen pada anak terletak pada kemampuan orang tua untuk memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik unik masing-masing anak. Pemahaman yang baik tentang temperamen anak, orang tua dapat lebih efektif menyesuaikan pendekatan mereka dalam mendidik, memberikan dukungan emosional, dan memfasilitasi perkembangan yang positif.

Selain itu, pengetahuan tentang penyebab temperamen pada anak menjadi kunci untuk membentuk lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka. Faktor genetik, perubahan otak, lingkungan rumah, dan gaya pengasuhan semuanya berkontribusi pada pembentukan temperamen anak. Menggali akar penyebab ini, orang tua dapat memahami lebih dalam mengapa anak menunjukkan perilaku tertentu.

Berikut Liputan6.com ulas tentang temperamen pada anak, tipe, dan penyebabnya, Selasa (6/2/2024).

Terlihat dari Cara Anak Berinteraksi

kesehatan mental
Ibu sedang jongkok dan berbisik kepada anak perempuannya. (Foto: Unsplash/Sai De Silva)

Temperamen adalah sifat batin yang mencakup kecenderungan individu dalam merespons berbagai situasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), temperamen adalah bagian mendasar dari karakter seseorang, memengaruhi tindakan, perasaan, dan pikiran mereka. Maka, temperamen dapat diartikan sebagai fondasi yang membentuk pola perilaku dan interaksi sosial seseorang.

Temperamen adalah sifat bawaan yang sudah dimiliki oleh anak sejak lahir. Seiring perkembangan, temperamen anak menjadi semakin jelas dalam cara mereka beradaptasi dan bereaksi terhadap lingkungan sosial serta pengalaman baru. Mom Junction mencatat bahwa temperamen pada anak mencerminkan keunikan dalam cara anak tersebut berinteraksi dengan dunia sekitarnya.

Oleh karena itu, temperamen pada anak dapat dianggap sebagai landasan awal yang membentuk pola kognitif dan emosional mereka. Mengutip buku berjudul Anti Panik Mengasuh Bayi Usia 0-3 Tahun yang dipublikasikan oleh Tiga Serangkai, sejak lahir, bayi sudah memiliki temperamennya masing-masing.

Pentingnya pengaruh lingkungan terhadap temperamen anak tidak bisa diabaikan. Cara anak bergaul dan mengatur diri juga memengaruhi perkembangan temperamen mereka. Anak belajar mengenali dan mengekspresikan temperamen mereka melalui interaksi dengan orang-orang di sekitarnya. Temperamen pada anak, oleh karena itu, bukan hanya tentang respons emosional semata, melainkan juga melibatkan perilaku dan cara anak mengelola diri mereka sendiri.

Karakteristik Temperamen pada Anak

Karateristik temperamen pada anak melibatkan ekspresi emosional dan perilaku yang unik. Meskipun seringkali diasosiasikan dengan respons emosional, temperamen anak mencakup lebih dari itu. Mom Junction menekankan bahwa temperamen pada anak juga mencakup cara anak mengatur diri mereka sendiri, yang merupakan aspek penting dalam membentuk kepribadian dan karakter mereka.

Suasana hati anak dapat menjadi indikator yang menarik untuk memahami temperamen mereka. Mood atau suasana hati yang konsisten pada anak dapat memberikan petunjuk tentang bagaimana mereka merespons dan berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Melalui pengamatan terhadap suasana hati anak, seseorang dapat mendapatkan gambaran yang lebih mendalam tentang temperamen mereka secara keseluruhan.

Temperamen pada anak dapat dianggap sebagai fondasi karakter mereka yang memengaruhi perilaku, emosi, dan kognisi. Memiliki pemahaman yang baik tentang arti temperamen, seseorang dapat lebih efektif mendukung perkembangan anak dalam mengelola respons mereka terhadap lingkungan dan pengalaman hidup mereka.

Tipe Temperamen pada Anak

Contoh ilustrasi anak dan ibu
Ibu sedang bicara dengan anak di kasur. (Foto: Pexels,com/Ketut Subiyanto)

Masih mengutip dari sumber buku yang sama, ada tiga tipe temperamen pada anak, yakni:

1. Easy (Mudah)

  1. Tipe temperamen pada anak yang termasuk dalam kategori mudah cenderung memiliki pola makan dan tidur yang teratur. Mereka biasanya mampu menyesuaikan diri dengan jadwal makan dan tidur yang konsisten, sehingga memberikan kemudahan bagi orang tua dalam mengatur rutinitas sehari-hari. Bayi dengan tipe temperamen mudah cenderung memiliki kebiasaan yang stabil dan dapat diprediksi.
  2. Kemampuan anak dengan tipe temperamen mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan, makanan, dan orang baru sangatlah cepat. Mereka tidak cenderung merasa cemas atau terganggu oleh perubahan yang mungkin terjadi di sekitar mereka. Hal ini memberikan kenyamanan bagi orang tua dalam membawa anak-anak mereka ke lingkungan baru atau memperkenalkan makanan baru dalam diet mereka.
  3. Ketika menghadapi situasi yang menimbulkan frustrasi, anak dengan tipe temperamen mudah cenderung lebih mudah untuk ditenangkan. Mereka biasanya memiliki kemampuan untuk mengatasi emosi negatif dengan cepat dan kembali ke keadaan yang tenang. Orang tua dapat merasa lebih tenang karena mereka tahu bahwa anak mereka dapat dengan mudah dikomunikasikan dan ditenangkan dalam situasi yang menantang.

2. Slow-to-warm (Lambat untuk beradaptasi)

  1. Anak dengan tipe temperamen lambat untuk beradaptasi cenderung membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mengembangkan pola makan dan tidur yang teratur. Proses ini mungkin memerlukan kesabaran ekstra dari orang tua, karena anak mungkin memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan rutinitas yang telah ditetapkan.
  2. Mereka juga memerlukan waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan lingkungan, makanan, dan orang baru. Anak-anak dengan tipe temperamen ini mungkin merasa cemas atau tidak nyaman dalam situasi baru, dan perlu diberikan waktu dan dukungan tambahan untuk merasa aman dan terbiasa dengan lingkungan tersebut.
  3. Anak dengan tipe temperamen lambat untuk beradaptasi mungkin memerlukan usaha lebih banyak untuk ditenangkan saat mengalami frustasi. Orang tua perlu memahami bahwa anak-anak ini mungkin lebih sensitif terhadap perubahan atau situasi yang menantang, dan perlu memberikan dukungan ekstra dan strategi yang tepat untuk membantu mereka mengatasi emosi negatif.

3. Difficult (Sulit)

  1. Anak dengan tipe temperamen sulit cenderung memiliki pola makan dan tidur yang tidak teratur. Mereka mungkin sulit untuk diatur dan memerlukan pendekatan yang lebih konsisten dan terstruktur dalam menjalani rutinitas sehari-hari.
  2. Proses adaptasi anak dengan tipe temperamen sulit terhadap lingkungan, makanan, dan orang baru mungkin memakan waktu yang lama. Mereka mungkin menunjukkan resistensi atau kecemasan terhadap perubahan dan memerlukan dorongan ekstra dan kesabaran untuk merasa nyaman dalam situasi baru.
  3. Saat mengalami frustasi, anak dengan tipe temperamen sulit mungkin sulit untuk ditenangkan. Mereka cenderung bereaksi secara intens terhadap stres atau kegagalan dalam memenuhi keinginan mereka, dan perlu dukungan ekstra dalam mengelola emosi mereka. Orang tua perlu menggunakan strategi komunikasi yang efektif dan memberikan lingkungan yang mendukung untuk membantu anak mengatasi tantangan emosional mereka.

 

Penyebab Temperamen pada Anak

memilih hotel yang ramah anak untuk staycation
Ibu sedang bicara dengan anak laki-laki dan perempuannya. (foto: Freepik/senivpetro)

Mom Juction menjelaskan ada tiga penyebab temperamen pada anak atau pemengaruh temperamen pada anak. Ini penjelasannya:

1. Genetika

Penyebab temperamen pada anak yang berkaitan dengan genetika menunjukkan bahwa sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh orang tua dapat diturunkan kepada anak mereka. Studi menunjukkan bahwa temperamen memiliki keterkaitan yang signifikan dengan faktor genetik, di mana penelitian menemukan bahwa heritabilitas dapat mempengaruhi kesamaan dan perbedaan temperamen sebesar 20-26 persen.

Contohnya, jika seorang anak memiliki orang tua yang cenderung memiliki temperamen yang ceria dan mudah beradaptasi, kemungkinan besar anak tersebut juga akan menunjukkan ciri-ciri yang serupa.

2. Otak

Perubahan dalam area otak tertentu dapat mempengaruhi respons anak terhadap situasi sosial dan lingkungan sekitarnya. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa perkembangan otak yang terjadi pada masa kanak-kanak dapat berdampak pada kemampuan anak dalam mengatur emosi dan perilaku mereka. Ketika terjadi perubahan dalam otak, seperti peningkatan aktivitas di bagian tertentu, anak mungkin menunjukkan respons yang berbeda terhadap situasi yang sama.

Sebagai contoh, jika seorang anak mengalami perubahan dalam area otak yang mengatur impulsivitas, ia mungkin mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi dan perilakunya.

3. Lingkungan Rumah

Lingkungan rumah memiliki peran penting dalam membentuk temperamen anak. Faktor-faktor internal dalam keluarga, seperti struktur keluarga, kegiatan bersama, dan pola pengasuhan, dapat mempengaruhi perkembangan temperamen anak. Misalnya, dua anak dalam satu rumah mungkin memiliki temperamen yang berbeda karena pengalaman dan interaksi yang berbeda dalam lingkungan rumah.

Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang stabil dan penuh kasih sayang mungkin cenderung memiliki temperamen yang lebih positif dan mudah beradaptasi dibandingkan dengan anak yang tumbuh dalam lingkungan yang kurang stabil.

4. Gaya Pengasuhan

Cara orang tua mengasuh anak juga memainkan peran penting dalam membentuk temperamen mereka. Pola asuh yang keras atau otoriter dapat memicu sifat penarikan diri atau ketegangan emosional pada anak. Sebaliknya, pola asuh yang otoritatif, di mana orang tua memberikan batasan yang jelas namun tetap mendukung dan memahami kebutuhan anak, dapat membantu anak menjadi lebih responsif secara sosial dan memiliki temperamen yang seimbang.

Contohnya, seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana ia merasa didukung dan dihargai akan cenderung memiliki temperamen yang lebih positif dan stabil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya