Niat Puasa Ramadhan Awal Beserta Dalilnya, Wujud Ibadah Kepada Allah SWT

Niat puasa Ramadhan awal adalah langkah pertama dalam menjalankan ibadah puasa.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 30 Mar 2024, 10:34 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2024, 16:20 WIB
Ilustrasi puasa Ramadhan
Ilustrasi puasa Ramadhan (dok.unsplash/ Artur Aldyrkhanov)

Liputan6.com, Jakarta Niat puasa Ramadhan awal adalah salah satu elemen penting dalam menjalankan ibadah puasa bagi umat Islam. Niat merupakan kunci dari segala amalan ibadah, termasuk puasa. Puasa Ramadhan sendiri adalah kewajiban bagi umat Islam yang telah baligh, sehat secara fisik dan mental, serta tidak sedang dalam perjalanan yang memerlukan makan dan minum.

Niat puasa Ramadhan awal adalah manifestasi dari kesungguhan dan keikhlasan seseorang, dalam menjalankan ibadah puasa sebagai kewajiban agama. Dalam menjalankan puasa Ramadhan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah berniat. Niat dilakukan sebelum waktu imsak tiba. Niat ini harus dilakukan secara khusyuk dan tulus mencerminkan kesungguhan hati dalam menjalankan ibadah puasa. 

Tata cara niat puasa Ramadhan awal sebenarnya sederhana, namun memiliki makna yang dalam. Seorang muslim hanya perlu menyatakan niat dalam hati untuk menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Meskipun tidak perlu diucapkan, namun direkomendasikan untuk mengucapkannya secara lisan agar niat tersebut lebih terasa nyata dan menjelaskan kepada diri sendiri, bahwa puasa yang dijalani adalah sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT.

Berikut ini niat puasa Ramadhan awal yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (28/2/2024). 

Niat Puasa Ramadhan Awal

Ilustrasi niat puasa Ramadan
Ilustrasi niat puasa Ramadan (dok.unsplash/ Masjid Pogung Dalangan)

Niat merupakan salah satu rukun yang wajib dilakukan setiap Muslim yang hendak berpuasa. Tata cara niat puasa memiliki sedikit perbedaan antara puasa wajib dan puasa sunnah.

Dalam puasa wajib seperti puasa Ramadhan, qada, dan nazar, seseorang harus berniat di malam hari sebelum terbit fajar. Berbeda dengan puasa sunnah, yang lebih fleksibel, seseorang boleh baru berniat di siang harinya. 

Kemudian dalam Mazhab Syafi’i, niat puasa harus dilakukan setiap hari pada malam Ramadhan. Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam karyanya, Hasyiyatul Iqna’, menjelaskan sebagai berikut:

ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر

“Disyaratkan berniat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, harus niat puasa di setiap hari (bulan Ramadan) jika melihat redaksi zahir hadits.” (Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, juz 2)

Menurut Mazhab Syafi'i, niat puasa harus dilakukan setiap hari pada malam Ramadhan. Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam karyanya, "Hasyiyatul Iqna’", menjelaskan hal ini. Namun, Mazhab Maliki berpendapat bahwa kita cukup niat puasa untuk sebulan penuh pada malam pertama Ramadhan, karena puasa Ramadhan dianggap sebagai satu kesatuan ibadah (Yusuf Al-Qaradlawi, "Fiqh al-Shiyam", hal. 84).

Sebagai tindakan pencegahan jika lupa atau tertidur, kita dapat mengikuti pendapat Imam Malik yang membolehkan niat sebulan penuh. Selain itu, sesuai dengan Mazhab Syafii, disarankan untuk membiasakan diri berniat puasa setiap malam bulan Ramadhan, biasanya dilakukan setelah shalat tarawih atau saat makan sahur. 

Adapun bacaan niat puasa Ramadhan, sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i fardhi syahri Ramadhana hadzihis sanati lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta’ala”

Sementara niat puasa untuk satu bulan penuh, sebagai berikut

نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma jami’i syahri ramadhani hadzihis sanati fardhan lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti pendapat Imam Malik, wajib karena Allah Ta’ala.” (Shafira Amalia, ed: Nashih)

Dalil Puasa Ramadhan

Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi Ramadhan (Sumber: Freepik.com)

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS: Al-Baqarah 183)

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan,51) itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS: Al-Baqarah 184)

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ 

Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain.

Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur. (QS: Al-Baqarah 185)

“Agama lslam itu ditegakkan atas lima dasar. Pertama: bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Kedua: mendirikan shalat. Ketiga: membayar zakat. Keempat: melaksanakan haji. Kelima: berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kewajiban berpuasa juga menjadi ijma’ dari para ulama dan seluruh kaum muslimin, tidak ada satu pun yang mengingkarinya, karena puasa termasuk salah satu hal yang sangat perlu diketahui oleh setiap individu orang Islam dan kewajiban yang paling mendasar dalam syariat Islam, sama seperti kewajiban shalat, zakat dan haji. Barangsiapa yang mengingkarinya maka dia bukanlah termasuk orang Muslim.

Anjuran Berpuasa Agar Bugar dan Penuh Berkah

Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi Ramadhan (Sumber: Pexels.com)

1. Sahur

Sahur adalah waktu makan dini hari sebelum memulai puasa selama bulan Ramadhan. Niat puasa Ramadhan sejak sahur adalah tanda kesungguhan dan keikhlasan seseorang dalam menjalankan ibadah puasa. Dengan melakukan sahur, seseorang menunjukkan kesiapan dan keinginan untuk menjalankan puasa dengan baik.

Sahur juga sebagai wujud kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan dan kekuatan tubuh untuk beribadah seharian penuh. Dalam menunaikan sahur, seseorang juga harus berniat puasa. Niat puasa yang tulus merupakan kunci utama dalam menjalankan ibadah puasa. Dengan niat puasa yang ikhlas, maka segala amal ibadah yang dilakukan menjadi lebih bernilai di hadapan Allah SWT.

2. Makan dengan porsi yang seimbang

Selain sebagai kewajiban agama, puasa juga mencerminkan kesungguhan dan keikhlasan seseorang dalam menjalankan ibadah. Salah satu hal yang perlu diperhatikan saat berpuasa adalah pola makan yang seimbang. Saat menjalani puasa, penting untuk memperhatikan makan dengan porsi yang seimbang.

Hal ini penting agar tubuh tetap mendapatkan nutrisi yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Hindari makan berlebihan saat berbuka maupun sahur, karena hal ini dapat memberatkan tubuh dan membuat kita kurang nyaman saat menjalani ibadah puasa. Makan dengan porsi yang seimbang juga dapat membantu menjaga kesehatan tubuh saat berpuasa. Pilihlah makanan yang mengandung nutrisi lengkap, seperti karbohidrat, protein, lemak sehat, serta serat dan vitamin. 

3. Menghindari makanan yang tidak sehat

Salah satu tujuan dari puasa Ramadhan adalah untuk menumbuhkan keikhlasan dan kesungguhan dalam beribadah. Menghindari makanan yang tidak sehat selama bulan puasa adalah penting untuk menjaga kesehatan fisik dan spiritual. Makanan yang tidak sehat seperti makanan cepat saji, makanan berlemak tingg dan makanan tinggi gula, dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan menurunkan kualitas ibadah selama bulan Ramadhan.

Dengan niat puasa yang kuat, seseorang akan mampu untuk menghindari godaan makanan yang tidak sehat dan memilih makanan yang lebih sehat dan bergizi. Hal ini juga mencerminkan keikhlasan dalam menjalankan ibadah puasa, karena seseorang akan lebih fokus pada tujuan ibadahnya dan meninggalkan keinginan-keinginan yang tidak baik untuk kesehatan.

4. Beribadah dengan konsisten

Puasa Ramadhan adalah salah satu kewajiban agama bagi umat Muslim. Niat saat memulai puasa Ramadhan sangat penting karena mencerminkan kesungguhan dan keikhlasan seseorang dalam menjalankan ibadah puasa. Dengan niat yang kuat, seseorang akan lebih konsisten dalam menjalankan puasanya. Ketika seseorang memiliki niat yang kuat, maka dia akan berusaha untuk menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya, tidak hanya pada awal bulan Ramadhan, tetapi juga hingga akhir bulan. Konsistensi dalam beribadah adalah salah satu hal yang ditekankan dalam agama Islam. Dengan konsistensi, seseorang akan mendapatkan manfaat lebih besar dari ibadah yang dilakukan

5. Menghindari hal-hal yang merusak puasa

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam niat puasa Ramadan adalah menghindari segala hal yang dapat merusak puasa. Hal ini mencakup makan, minum dan melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa. Kesungguhan seseorang menahan diri dari hal-hal tersebut, merupakan bentuk keikhlasan dalam menjalankan ibadah puasa.

Dalam menjalankan puasa, perlu adanya kesadaran dan niat yang tulus agar ibadah puasa tersebut diterima oleh Allah SWT. Seseorang yang menjalankan puasa dengan niat yang tulus, akan merasakan kebahagiaan dan kedamaian dalam menjalani ibadah. Oleh karena itu, menjaga niat puasa Ramadan dari hal-hal yang dapat merusak puasa adalah salah satu indikasi kesungguhan dan keikhlasan seseorang dalam beribadah.

6. Menjaga sikap dan perilaku

Menjaga sikap dan perilaku yang baik selama menjalani puasa Ramadhan, adalah suatu bentuk penghormatan terhadap ibadah yang sedang dijalani. Hal ini mencakup menjaga ucapan, tindakan, serta pikiran agar tetap dalam koridor kebaikan. Dengan menjaga sikap dan perilaku yang baik, seseorang dapat memperkuat niatnya dalam melaksanakan puasa Ramadhan. Hal ini juga akan memperkuat keikhlasan dalam menjalani ibadah puasa, karena seseorang akan menjalani puasa dengan sepenuh hati dan penuh keinsafan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya