Gangguan Cemas Menyebabkan Rasa Takut Berlebih, Ketahui Tanda dan Gejalanya

Gangguan cemas adalah perasaan khawatir atau cemas yang tidak terkendali dan berlebihan akan banyak hal.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 21 Mar 2024, 15:45 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2024, 15:45 WIB
Gangguan Kecemasan Sosial
Gangguan Kecemasan Sosial

Liputan6.com, Jakarta Kecemasan adalah suatu reaksi normal yang dialami oleh setiap orang dalam beberapa situasi tertentu. Namun, ketika tingkat kecemasan tersebut menjadi berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari-hari, maka dapat dikategorikan sebagai gangguan kecemasan.

Gejala yang umum terkait dengan gangguan cemas antara lain sulit tidur atau tidur yang tidak nyenyak, gelisah, detak jantung yang cepat, berkeringat berlebihan, tremor dan perasaan takut yang berlebihan. Orang yang mengalami gangguan kecemasan juga cenderung mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, mudah merasa lelah dan mengalami gejala fisik yang tidak ada penyebab organiknya.

Berbagai faktor dapat menyebabkan gangguan cemas antara lain faktor genetik, gangguan kimia di dalam otak, serta pengaruh lingkungan dan kejadian traumatik yang pernah dialami. Selain itu, stres kronis, konsumsi zat berbahaya seperti alkohol dan obat-obatan terlarang, serta kondisi medis tertentu juga dapat menjadi pemicu gangguan kecemasan.

Untuk mengatasi gangguan cemas, penting untuk mencari bantuan medis dan psikoterapi. Dokter dapat meresepkan obat-obatan yang sesuai, sedangkan psikoterapi dapat membantu individu mengidentifikasi dan mengatasi pola pikir dan perilaku yang memperburuk kecemasan. Berikut ini gejala gangguan cemas yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (21/3/2024). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mengenal Gangguan Kecemasan

[Fimela] Gangguan Kecemasan
Ilustrasi Gangguan Kecemasan | unsplash.com/@priscilladupreez

Gangguan kecemasan adalah kondisi mental yang ditandai dengan kecemasan yang berlebihan, berlarut-larut dan sulit dikendalikan. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang secara signifikan. Gangguan kecemasan dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti gangguan kecemasan umum (GAD), panic disorder, phobia dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Pada GAD, seseorang cenderung merasa cemas dan khawatir secara konstan, bahkan ketika tidak ada ancaman atau penyebab yang jelas.

Panic disorder ditandai dengan serangan panik yang tiba-tiba dan intens, disertai dengan gejala fisik seperti denyut jantung yang cepat dan sensasi kesulitan bernapas. Selanjutnya, phobia adalah ketakutan yang berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu, sedangkan PTSD adalah reaksi yang berkepanjangan terhadap pengalaman traumatis. Gangguan kecemasan dapat mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup seseorang. Pada tingkat yang parah, gangguan kecemasan dapat menghambat kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain.

Seiring dengan itu, gangguan kecemasan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan fisik dan mental lainnya, seperti depresi dan gangguan tidur. Meskipun dapat memengaruhi siapa pun, gangguan kecemasan umum umumnya lebih sering terjadi pada orang dewasa yang berusia 30 tahun ke atas. Banyak orang yang mengalami gangguan ini sulit untuk menjelaskan alasan di balik perasaan cemas yang berlebihan yang mereka rasakan. Penting bagi seseorang yang mengalami gangguan kecemasan untuk mencari bantuan dari tenaga medis atau psikiater yang berkompeten. Melalui diagnosis yang tepat dan pengobatan yang sesuai, seseorang dengan gangguan kecemasan dapat memperoleh bantuan dan dukungan yang diperlukan, untuk mengelola dan mengurangi kecemasan yang dialami.


Tanda dan Gejala Kecemasan

Depresi atau Gangguan Cemas
Ilustrasi Depresi atau Gangguan Cemas Credit: pexels.com/Ivan

Gangguan panik

Gangguan panik adalah salah satu bentuk gangguan cemas yang cukup sering terjadi. Gangguan panik ditandai dengan serangan kecemasan yang tiba-tiba dan intens yang memuncak dalam waktu singkat. Ketika mengalami serangan panik, seseorang dapat merasakan gejala fisik seperti detak jantung yang meningkat, kesulitan bernapas, gemetar, dan berkeringat. Kondisi ini dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang dan membuat mereka merasa tidak berdaya. Serangan panik dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, bahkan tanpa ada pemicu yang jelas. Ketika serangan panik terjadi, seseorang mungkin merasa takut mati, takut kehilangan kendali, atau takut ditinggalkan sendirian.

Gangguan panik dapat diatasi dengan bantuan profesional, seperti terapi kognitif perilaku dan penggunaan obat-obatan tertentu. Terapi kognitif perilaku membantu individu untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran atau kepercayaan negatif yang memicu serangan panik, dan kemudian mempelajari cara mengubah pikiran-pikiran tersebut. Dalam mengatasi gangguan panik, penting untuk menghindari pemicu kecemasan, menjaga kesehatan tubuh dengan pola makan yang sehat dan olahraga teratur, serta berlatih teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam. Dengan dukungan yang tepat dan perubahan gaya hidup yang sehat, individu dengan gangguan panik dapat mengelola kondisinya dan hidup dengan lebih baik.

Gangguan kecemasan sosial

Gangguan kecemasan sosial, juga dikenal sebagai fobia sosial, merupakan kondisi mental yang ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan berlarut-larut dalam situasi sosial. Orang yang mengalami gangguan ini cenderung merasa sangat gugup, takut, dan malu ketika berinteraksi dengan orang lain. Gejala gangguan kecemasan sosial dapat bervariasi dari tiap individu, namun beberapa gejala yang umumnya muncul antara lain: detak jantung yang cepat, napas yang terasa pendek, berkeringat berlebihan, gemetar, dan perasaan mual. Selain gejala fisik, individu yang mengalami gangguan ini juga sering mengalami ketakutan yang berlebihan, dimana mereka khawatir akan dihakimi, diejek, atau dipermalukan oleh orang lain.

Gangguan kecemasan sosial dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari individu, terutama dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosial. Individu dengan gangguan ini mungkin menghindari situasi-situasi sosial atau mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas-aktivitas sehari-hari, seperti berbicara di depan umum, makan di depan orang banyak, atau bahkan pergi ke pesta. Penting untuk menyadari bahwa gangguan kecemasan sosial adalah kondisi yang serius dan dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala-gejala ini, penting untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater. 

Gangguan terkait fobia

Gangguan terkait fobia adalah gangguan cemas yang khususnya terkait dengan kecemasan yang berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu. Penderita gangguan ini seringkali mengalami kecemasan yang berlebihan dan sulit untuk mengendalikannya. Berbeda dengan kecemasan umum, gangguan terkait fobia memiliki fokus yang lebih spesifik pada objek atau situasi yang memicu rasa takut yang berlebihan. Contohnya, seseorang dengan fobia terhadap tikus akan merasa sangat takut jika melihat atau mendekati tikus. Gangguan terkait fobia juga dapat berkaitan dengan situasi seperti naik pesawat terbang, berbicara di depan umum, atau naik tangga.

Penderita gangguan terkait fobia seringkali menghindari objek atau situasi yang memicu kecemasan mereka. Mereka mungkin menghindari tempat-tempat dengan tikus, menghindari aktivitas yang memerlukan berbicara di depan umum, atau bahkan membatasi kehidupan sehari-hari mereka. Penting bagi penderita gangguan terkait fobia untuk mencari bantuan profesional. Terapi kognitif-behavioral (CBT) dapat membantu individu menghadapi ketakutan mereka dan mengubah pola pemikiran yang negatif. Pengobatan juga bisa meliputi pemberian obat-obatan seperti obat penenang atau antidepresan.

 


Penyebab Rasa Cemas dan Takut Berlebihan

Anxiety atau gangguan kecemasan
Sumber: Unsplash

1. Genetika

Genetika atau faktor keturunan, merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecenderungan individu untuk mengalami gangguan cemas. Studi khusus tentang saudara kembar telah mengungkapkan bahwa jika seorang saudara kembar identik mengalami gangguan cemas, maka saudara kembar yang lain memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk juga mengalami kondisi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik dapat memiliki peranan penting dalam kecenderungan seseorang terhadap gangguan cemas. Dalam rangka pengobatan dan penanganan gangguan cemas, pemahaman terhadap faktor genetik menjadi penting. Dengan mengidentifikasi faktor risiko genetik yang mungkin ada, penggunaan pendekatan pengobatan yang tepat dapat diterapkan. Namun, perlu diingat bahwa terapi yang berfokus pada faktor lingkungan dan pengalaman hidup juga harus dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal.

2. Gangguan otak

Gangguan otak seperti yang diketahui, adalah kondisi fisik yang mempengaruhi fungsi otak. Namun, perlu dipahami bahwa gangguan cemas bukanlah gangguan otak, melainkan kondisi mental yang mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Ketika seseorang mengalami gangguan cemas, otak mereka mengalami perubahan pada area yang terkait dengan respons kecemasan. Reaksi fight-or-flight yang normal pada stres dikendalikan oleh amigdala, bagian otak yang berperan dalam pengolahan emosi. Pada individu dengan gangguan cemas, amigdala dapat menjadi hiperaktif, menyebabkan respons yang berlebihan terhadap situasi yang sebenarnya tidak mengancam.

3. Stres lingkungan

Stres lingkungan dapat menjadi salah satu faktor pemicu gangguan kecemasan. Lingkungan yang mengalami tekanan berlebih, berubah-ubah, atau tidak stabil dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap gangguan kecemasan. Pola hidup modern yang seringkali serba cepat dan penuh dengan tuntutan, dapat menyebabkan seseorang merasa tertekan secara terus-menerus. Misalnya, tekanan di tempat kerja, masalah keuangan, konflik interpersonal, atau perubahan besar dalam kehidupan seperti pergantian pekerjaan atau kehilangan pendapatan dapat memicu stres yang berkepanjangan. Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang tidur, pola makan yang buruk, atau kurangnya aktivitas fisik juga dapat berperan sebagai faktor pemicu stres lingkungan. Untuk mengurangi stres lingkungan, penting bagi seseorang untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan stabil. 

4. Riwayat gangguan kesehatan jiwa

Salah satu faktor risiko yang dapat memicu terjadinya gangguan cemas, adalah riwayat gangguan kesehatan jiwa. Seseorang yang pernah mengalami masalah mental sebelumnya, seperti depresi, bipolar, atau PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami gangguan cemas. Hal ini dikarenakan kondisi mental sebelumnya dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang, sehingga ia mudah terpengaruh oleh stres dan cemas. Selain itu, pengalaman negatif pada masa lalu juga dapat meningkatkan kecenderungan seseorang untuk merasa khawatir dan waspada terhadap berbagai situasi. Penting bagi seseorang dengan riwayat gangguan kesehatan jiwa, untuk memperhatikan kondisi kesehatan mentalnya dan melakukan langkah-langkah pencegahan jika merasakan gejala gangguan cemas.

5. Pelecehan seksual masa lalu

Pelecehan seksual dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari pelecehan fisik hingga pelecehan verbal. Korban pelecehan seksual sering kali mengalami perasaan malu, rasa bersalah, dan merasa tidak berdaya. Mereka mungkin merasa tidak aman dan tidak percaya pada orang lain. Akibat pengalaman pelecehan seksual masa lalu, korban dapat mengembangkan gangguan cemas seperti gangguan kecemasan generalisasi (GAD), gangguan panik, atau gangguan stres pasca trauma (PTSD). Mereka cenderung memiliki kecemasan yang terus-menerus, sulit untuk mengendalikan pikiran dan perasaan negatif, serta seringkali merasa was-was dan paranoid terhadap orang-orang di sekitarnya.

6. Trauma

Trauma adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan cemas. Trauma adalah pengalaman yang mengganggu dan meninggalkan kesan emosional yang mendalam pada seseorang. Pengalaman traumatik seperti kecelakaan, bencana alam, pelecehan, atau kekerasan fisik dan psikologis dapat memicu timbulnya gangguan cemas. Ketika seseorang mengalami trauma, otaknya berada dalam kondisi stres yang tinggi. Hal ini dapat menghasilkan respons melawan atau melarikan diri, yang juga dikenal sebagai respons "fight or flight". Namun, pada beberapa kasus, seseorang mungkin tidak dapat mengatasi respons tersebut, sehingga trauma terus berlanjut dalam pikiran dan tubuh mereka.

 

7. Peristiwa kehidupan yang negatif

Peristiwa kehidupan yang negatif dapat beragam, mulai dari kehilangan orang terdekat, perceraian, kegagalan dalam pekerjaan, hingga trauma akibat kekerasan fisik atau seksual. Saat menghadapi peristiwa-peristiwa tersebut, seseorang mungkin mengalami cemas yang normal. Namun, jika kecemasan tersebut terus berlanjut dan sulit dikendalikan, maka dapat berkembang menjadi gangguan cemas. Dalam menghadapi peristiwa kehidupan yang negatif, penting untuk mencari dukungan sosial, baik dari keluarga, teman, atau tenaga profesional seperti psikolog. Mendiskusikan perasaan dan pikiran yang mengganggu dengan orang-orang yang dipercaya dapat membantu mengurangi kecemasan yang dirasakan.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya