Bayi Kuning Diakibatkan Oleh Kekurangan Cairan, Simak Penyebab dan Cara Mengatasinya

Bayi kuning adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan umumnya tidak berbahaya.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 21 Mar 2024, 16:45 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2024, 16:45 WIB
Gejala Bayi Kuning
Ilustrasi Bayi Kuning Credit: pexels.com/Khoa

Liputan6.com, Jakarta Bayi kuning adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir yang juga dikenal dengan sebutan ikterik neonatorum. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan bisa hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu.

Bayi kuning terjadi karena jumlah tinggi bilirubin dalam darah bayi, di mana merupakan salah satu produk sampingan dari pemecahan sel darah merah yang normal. Pada bayi yang baru lahir, sistem penguraian bilirubinnya belum sepenuhnya terbentuk. Akibatnya, bilirubin tidak dapat diolah dan dikeluarkan oleh hati dengan sempurna.

Bayi kuning umumnya tidak berbahaya dan akan sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan khusus. Namun, jika kondisi bayi kuning terus memburuk, seperti peningkatan kadar bilirubin yang sangat tinggi, bayi akan membutuhkan perawatan medis.

Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk segera berkonsultasi dengan dokter, jika bayi kuning tidak kunjung sembuh atau mengalami gejala yang tidak biasa, seperti rewel yang berlebihan atau kesulitan makan. Berikut ini penyebab bayi kuning yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (21/3/2024). 

Bayi Kuning atau Ikterik Neonatorum

Bayi Kuning Lebih 2 Minggu, Segera ke Dokter
Foto Ilustrasi (parentdish.co.uk)

Penyakit bayi kuning atau yang lebih dikenal dengan istilah ikterus neonatorum, adalah kondisi umum yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin dalam darah, yang menyebabkan kulit dan bagian putih mata bayi terlihat berwarna kuning. Meskipun dalam banyak kasus ini dianggap sebagai hal yang wajar, terdapat situasi di mana tingkat kekuningan ini menjadi bagian dari kelainan yang membutuhkan perhatian serius. Penting untuk mengontrol kadar bilirubin agar tidak mencapai tingkat yang dapat membahayakan bayi.

Istilah "bayi kuning" yang normal juga dikenal sebagai ikterus fisiologis. Beberapa tanda yang menandakan ikterus fisiologis adalah:

  1. Kulit bayi yang hanya menguning di area wajah.
  2. Bagian putih mata bayi yang menguning.
  3. Kadar bilirubin total yang tidak melebihi 5 mg/dl.

Untuk memastikan apakah bayi mengalami ikterus atau tidak, orang tua dapat melakukan tes sederhana dengan menekan lembut pada area dahi atau hidung bayi. Jika setelah itu kulit di area yang ditekan tersebut tampak kuning, itu bisa menjadi tanda bahwa bayi mengalami ikterus. Selama kuning tersebut tidak menyebar ke bagian dada dan bayi tetap mampu menyusui dengan baik, maka kondisi ini masih dianggap normal.

Bayi dikatakan mengalami ikterus fisiologis jika gejala kuning muncul pada usia 2-3 hari dan mulai memudar sejak hari ke-7, dengan batas maksimal hilangnya pada hari ke-21. Namun, jika gejala ikterus pada bayi masih terjadi setelah lebih dari 3 minggu atau bahkan 1 bulan, kemungkinan besar bayi mengalami gangguan lain seperti infeksi, masalah hati, atau kelainan darah. Evaluasi medis yang tepat diperlukan, untuk menentukan penyebab yang mendasari dan merumuskan penanganan yang sesuai bagi bayi yang mengalami ikterus yang berlangsung lebih dari 3 minggu.

Penyebab Bayi Kuning

Benarkah Bayi Kuning Tidak Boleh Mendapat ASI?
Benarkah Bayi Kuning Tidak Boleh Mendapat ASI?

Jaundice atau penyakit kuning pada bayi disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin dalam darah atau hiperbilirubinemia, seperti yang dilaporkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bilirubin sendiri adalah zat kuning yang dihasilkan dari proses alami penghancuran sel darah merah dalam tubuh. Fungsi bilirubin sebenarnya adalah untuk mengatur kadar zat besi, dalam berbagai jenis protein yang dikonsumsi.

Menurut IDAI, bayi yang baru lahir dapat mengalami peningkatan kadar bilirubin di atas 5 mg/dl pada minggu pertama kehidupannya. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor, termasuk meningkatnya produksi bilirubin, kurangnya albumin sebagai pengangkut, serta penurunan fungsi hati dalam mengatasi bilirubin. Seharusnya, bilirubin yang diproduksi oleh hati bayi akan dikeluarkan melalui feses. Namun, jika tidak ada makanan di usus untuk diubah menjadi feses, tubuh akan mengembalikan bilirubin ke dalam darah, menyebabkan warna kuning pada kulit bayi.

Kondisi hiperbilirubinemia umumnya terjadi pada bayi baru lahir, karena hati mereka belum sepenuhnya berfungsi secara optimal. Namun, seiring waktu dan pertumbuhan, fungsi hati akan meningkat, dan penyakit kuning akan berangsur hilang. Ini yang dikenal sebagai bayi kuning yang normal atau physiological jaundice. Namun, ada kondisi lain yang bisa menyebabkan bayi mengalami kuning yang disebabkan oleh kekurangan ASI atau pathological jaundice yang lebih serius. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi, sepsis, masalah pada sistem pencernaan, kerusakan hati, pendarahan internal, sel darah merah yang tidak normal, kekurangan enzim tertentu, atau ketidakcocokan rhesus dan golongan darah antara ibu dan bayi, khususnya pada bayi yang lahir prematur.

 

Cara Menurunkan Kuning Bayi dengan Cepat

Ilustrasi bayi dalam inkubator. Photo by Alexander Grey on Unsplash
Ilustrasi bayi dalam inkubator. Photo by Alexander Grey on Unsplash

Penyakit bayi kuning, meskipun dalam kebanyakan kasus tidak memerlukan perawatan khusus karena cenderung sembuh dengan sendirinya, dapat menjadi masalah serius jika kadar bilirubin dalam darah bayi mencapai tingkat yang berpotensi membahayakan. Oleh karena itu, dalam situasi tersebut, intervensi medis yang lebih intensif mungkin diperlukan. Berikut beberapa opsi penanganan yang mungkin direkomendasikan oleh dokter:

1. Meningkatkan Asupan ASI

Bunda dapat membantu mempercepat penyembuhan penyakit kuning bayi dengan memberikan ASI secara eksklusif. Memastikan bayi menyusu secara teratur, sekitar 8 hingga 12 kali dalam sehari, dapat membantu menurunkan kadar bilirubin dengan mempercepat pengeluaran bilirubin melalui feses. Ini juga membantu mencegah breastfeeding jaundice, yang bisa terjadi jika bayi kurang mendapat asupan ASI yang cukup.

2. Fototerapi

Jika kuning pada tubuh bayi terus meningkat, dokter mungkin akan merekomendasikan fototerapi. Fototerapi bertujuan untuk mempercepat penghilangan bilirubin berlebihan dalam tubuh bayi dengan menggunakan cahaya khusus. Selama prosedur ini, bayi akan dibiarkan telanjang untuk mendapatkan paparan sinar secara maksimal. Mata bayi juga akan ditutup untuk melindunginya dari dampak negatif sinar tersebut.

3. Exchange Transfusion atau Transfusi Tukar

Jika kondisi bayi tidak membaik dengan fototerapi atau kadar bilirubinnya sangat tinggi, dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan exchange transfusion. Proses ini melibatkan penggantian darah bayi dengan darah donor yang memiliki kadar bilirubin yang lebih rendah. Ini merupakan prosedur yang efektif dan umumnya memiliki risiko efek samping yang minim.

Dalam kasus yang jarang terjadi di mana bayi tetap mengalami kuning setelah terapi awal, dokter mungkin akan mengevaluasi untuk melakukan prosedur lanjutan seperti exchange transfusion. Penting untuk diingat bahwa jika kondisi bayi tidak membaik, atau jika ada gejala tambahan seperti demam, penolakan menyusui, atau lemah, segera bawa bayi ke dokter anak untuk penanganan lebih lanjut. Dengan penanganan yang tepat, penyakit bayi kuning dapat ditangani secara efektif dan membantu bayi pulih sepenuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya