Terapi Gangguan Depresi Mayor dan Komplikasinya, Ini 6 Cara Mudah Mencegahnya

Gangguan depresi mayor dapat mempengaruhi individu secara fisik, emosional, dan sosial, membatasi kemampuan mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 08 Mei 2024, 13:30 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2024, 13:30 WIB
ilustrasi depresi mayor/unsplash
ilustrasi depresi mayor/unsplash

Liputan6.com, Jakarta Gangguan depresi mayor adalah kondisi serius yang mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Depresi mayor ditandai dengan perasaan sedih yang persisten, kehilangan minat atau kegembiraan dalam aktivitas sehari-hari, serta gangguan tidur dan nafsu makan.

Oleh sebab itu, terapi merupakan langkah penting dalam mengatasi gangguan ini. Salah satu terapi gangguan depresi mayor yang umum digunakan adalah terapi psikologis, seperti terapi kognitif perilaku (CBT). Terapi CBT membantu individu untuk mengidentifikasi dan mengubah pemikiran negatif, serta perilaku yang tidak sehat.

Terapi gangguan depresi mayor ini juga dapat membantu individu, untuk mengembangkan strategi mengatasi stres dan meningkatkan keterampilan penyesuaian diri. Selain terapi psikologis, pengobatan farmakologi juga sering digunakan dalam mengobati gangguan depresi mayor. Obat-obatan antidepresan dapat membantu mengurangi gejala, serta meningkatkan suasana hati. 

Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan tersebut, karena setiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap pengobatan. Berikut ini terapi gangguan depresi mayor yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (8/5/2024). 

 

Gangguan Depresi Mayor dan Penanganannya

Ketahui Hal Terkait Depresi dan Depresi Mayor, Kenali Gejalanya dan Cari Penanganan Tepat
ilustrasi (pexels/Anna Tarazevich)

Gangguan Depresi Mayor (GDM) merupakan kondisi yang tidak asing lagi, dan seringkali dialami oleh individu di sekitar kita. Ini adalah salah satu bentuk depresi yang paling umum didiagnosis oleh para profesional medis.

Pada awalnya, GDM ditandai dengan gejala-gejala seperti perasaan sedih, putus asa, dan kesepian yang berlangsung lebih dari dua minggu. Gejala-gejala ini serius dan berdampak signifikan pada kualitas hidup penderitanya.

Depresi ini tidak hanya memengaruhi perasaan seseorang, tetapi juga pola pikir dan perilaku mereka, yang kemudian dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan. Ini bisa menyebabkan hilangnya minat pada aktivitas sehari-hari atau hobi yang sebelumnya dinikmati.

Ada beberapa pendekatan pengobatan untuk GDM. Ini termasuk psikoterapi, penggunaan obat antidepresan, terapi elektrokonvulsif (ECT), dan berbagai terapi gangguan depresi mayor lainnya. 

Berikut ini beberapa penanganan dan terapi gangguan depresi mayor sebagai berikut:

Obat-Obatan

  1. Inhibitor Reuptake Serotonin Selektif (SSRI) adalah jenis antidepresan ini sering diresepkan. Mereka bekerja dengan meningkatkan jumlah serotonin, sejenis neurotransmitter di otak yang berperan dalam suasana hati. SSRI seperti fluoxetine (Prozac) dan citalopram (Celexa) telah terbukti efektif, dalam meredakan gejala GDM dengan efek samping yang relatif rendah.
  2. Beberapa obat antidepresan lainnya, seperti antidepresan trisiklik dan obat-obatan atipikal seperti bupropion (Wellbutrin), juga dapat digunakan jika obat lain tidak efektif. Namun, mereka dapat memiliki efek samping seperti penambahan berat badan dan kantuk, yang harus dipertimbangkan dengan cermat.

Psikoterapi

Psikoterapi juga dikenal sebagai terapi bicara, adalah metode lain yang efektif untuk mengobati GDM. Ini melibatkan pertemuan teratur dengan seorang terapis, untuk membahas kondisi dan masalah yang terkait.

Terapi gangguan depresi mayor ini membantu individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi stres, memperbaiki pola pikir negatif, meningkatkan keterampilan komunikasi, dan merasa lebih berharga serta memiliki kendali dalam hidup mereka. Terapi psikologis lainnya seperti terapi perilaku kognitif atau terapi interpersonal juga bisa direkomendasikan, tergantung pada kebutuhan individu.

Terapi Stimulasi Otak

Meskipun bukan metode utama, terapi stimulasi otak seperti terapi elektrokonvulsif (ECT) atau stimulasi magnetik transkranial repetitif (rTMS) bisa dipertimbangkan, jika pendekatan lain tidak berhasil. Ini merupakan pilihan terapi yang lebih invasif dan biasanya disarankan, setelah pendekatan lainnya gagal.

Selain itu, perubahan gaya hidup seperti lebih banyak beraktivitas fisik dan dukungan sosial dari keluarga, juga dapat membantu dalam proses penyembuhan. Meskipun penelitian tentang hubungan antara olahraga dan perbaikan gejala depresi masih dalam tahap penelitian, olahraga tetap memiliki manfaat positif bagi kesehatan mental secara keseluruhan.

Komplikasi Gangguan Depresi Mayor

Ketahui Hal Terkait Depresi dan Depresi Mayor, Kenali Gejalanya dan Cari Penanganan Tepat
ilustrasi depresi (pexels/Polina Zimmerman)

Naiknya Berat Badan dan Obesitas

Ketika seseorang mengalami depresi, mereka cenderung mencari kenyamanan dalam makanan. Ini bisa menjadi respons emosional terhadap perasaan sedih, putus asa, atau kekosongan yang sering terjadi selama episode depresi.

Konsumsi makanan berlebihan atau makan secara impulsif dapat mengakibatkan peningkatan berat badan. Selain itu, depresi juga dapat mengganggu keseimbangan hormon yang mengatur nafsu makan, sehingga seseorang mungkin merasa terus lapar atau cenderung makan lebih banyak dari biasanya.

Tidak hanya itu, beberapa jenis antidepresan yang digunakan untuk mengobati GDM juga diketahui dapat menyebabkan peningkatan berat badan sebagai efek sampingnya. Ini dapat menjadi dilema bagi banyak individu, karena kenaikan berat badan bisa memperburuk kepercayaan diri dan meningkatkan rasa putus asa yang terkait dengan depresi.

Karena itu, penting untuk berbicara dengan dokter tentang manajemen berat badan dan kemungkinan perubahan dalam pengobatan yang dapat meminimalkan efek samping tersebut. Selain penanganan medis, konsultasi dengan seorang ahli gizi atau dietitian juga bisa sangat bermanfaat. Mereka dapat membantu merencanakan pola makan yang seimbang, dan membantu individu mengembangkan hubungan yang lebih sehat dengan makanan.

Penyakit Kronis

Depresi dapat menyebabkan tekanan emosional yang signifikan pada tubuh, yang pada gilirannya dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko terkena penyakit kronis. Orang dengan GDM sering kali memiliki risiko yang lebih tinggi, untuk mengembangkan penyakit jangka panjang seperti kanker, sklerosis ganda, penyakit jantung dan diabetes. Perawatan yang tidak adekuat untuk depresi dapat memperburuk kondisi kesehatan kronis ini, karena depresi dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk mengikuti pengobatan dan menjaga gaya hidup sehat.

Faktanya, depresi telah terbukti menjadi faktor risiko independen untuk perkembangan penyakit kardiovaskular, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Hal ini dapat disebabkan oleh efek stres kronis dari depresi yang dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh, dan memengaruhi fungsi sistem kardiovaskular. Oleh karena itu, manajemen depresi tidak hanya penting untuk kesejahteraan mental, tetapi juga untuk mencegah perkembangan penyakit fisik yang serius.

Untuk menangani penyakit kronis dengan efektif, perencanaan perawatan yang komprehensif yang melibatkan tim medis yang berpengalaman seringkali diperlukan. Ini bisa mencakup perawatan medis yang terarah, pengelolaan stres, perubahan gaya hidup yang sehat, dan dukungan sosial yang kuat.

Perilaku Merusak Diri

Banyak orang dengan depresi, terutama mereka yang merasakan kesepian atau putus asa, cenderung menggunakan perilaku merusak diri sebagai cara untuk mengatasi perasaan tersebut. Tindakan seperti menyakiti diri sendiri, mencabut rambut, atau bahkan melakukan tindakan merugikan pada tubuh sendiri dapat memberikan rasa pembebasan sementara dari rasa sakit emosional yang mendalam.

Penting untuk diingat bahwa perilaku merusak diri bukanlah solusi jangka panjang untuk mengatasi depresi. Meskipun tindakan tersebut mungkin memberikan perasaan lega sesaat, mereka tidak akan membantu seseorang untuk mengatasi masalah yang mendasari depresi mereka.

Sebaliknya, tindakan merusak diri dapat berpotensi memperburuk depresi dan mengakibatkan cedera fisik atau bahkan kematian. Jika seseorang merasa cenderung melakukan perilaku merusak diri, penting untuk mencari bantuan segera. Ini bisa melibatkan berbicara dengan profesional kesehatan mental, seperti seorang psikolog atau psikiater, atau mencari dukungan dari teman atau keluarga. Terapi perilaku kognitif atau terapi berbasis keterampilan dapat membantu individu untuk mengidentifikasi pemicu perilaku merusak diri dan mengembangkan strategi yang lebih sehat untuk mengatasi perasaan yang sulit.

Cara Mencegah Depresi Mayor

Ilustrasi stres, depresi, lelah bekerja
Ilustrasi stres, depresi, anxiety, lelah bekerja. (Photo By Unsplash)

Setelah menjalani pengobatan rutin dengan seorang psikiater yang mencakup terapi obat, penting bagi dokter untuk merekomendasikan perubahan gaya hidup dan perilaku yang dapat membantu dalam mengatasi depresi. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu mengelola gangguan depresi mayor:

Rutin Berolahraga

Aktivitas fisik secara teratur dapat menjadi kunci untuk mengelola perasaan negatif yang muncul selama depresi. Berbagai bentuk olahraga, seperti berjalan kaki selama 30 menit setiap hari, telah terbukti meningkatkan mood seseorang. Olahraga juga meningkatkan produksi endorfin, zat kimia alami dalam tubuh yang dapat meningkatkan suasana hati secara keseluruhan. Langkah ini memiliki dampak positif jangka panjang, mempromosikan pemikiran positif dan meningkatkan kesejahteraan mental secara umum.

Makanan Bergizi

Pola makan yang sehat dapat memberikan manfaat signifikan bagi kesehatan pikiran dan tubuh. Meskipun tidak ada makanan yang secara langsung menyembuhkan depresi, konsumsi makanan tertentu dapat memberikan dukungan nutrisi yang diperlukan bagi kesehatan mental. Memilih makanan yang kaya akan asam lemak omega-3, vitamin B, dan magnesium dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi gejala depresi. Sebaliknya, menghindari alkohol dan makanan olahan tertentu yang dapat memperburuk gejala depresi sangat dianjurkan.

Tidur yang Cukup

Mendapatkan jumlah tidur yang cukup setiap malam sangat penting untuk kesehatan mental dan emosional. Orang dengan depresi sering mengalami kesulitan tidur, yang dapat memperburuk gejala mereka. Membangun rutinitas tidur yang sehat, seperti menghindari gangguan seperti komputer atau ponsel sebelum tidur dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi gejala depresi.

Menjalin Hubungan Sosial yang Kuat

Interaksi sosial dan dukungan dari teman dan keluarga memiliki dampak besar pada kesehatan mental kita. Penelitian menunjukkan bahwa memiliki jaringan sosial yang kuat dapat melindungi kita dari depresi. Terhubung secara teratur dengan orang-orang yang peduli, dapat memberikan dukungan emosional dan membantu kita merasa lebih terhubung dan berarti dalam hidup.

Mengurangi Pemakaian Media Sosial

Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di media sosial dapat berkontribusi pada perasaan depresi dan harga diri yang rendah. Memperhatikan waktu yang dihabiskan di platform media sosial dan mengurangi paparan terhadapnya, dapat membantu mencegah depresi. Menghapus aplikasi media sosial dari ponsel atau menetapkan batas waktu penggunaan harian, adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada media sosial.

Meditasi

Praktik meditasi dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi stres, yang merupakan faktor risiko utama untuk depresi. Melatih meditasi secara teratur, dapat membantu mengembangkan keterampilan pengelolaan stres yang efektif, dan membantu seseorang merasa lebih tenang dan terpusat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya