Liputan6.com, Jakarta Tren pergerakan kurs dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah Indonesia terus menunjukkan kecenderungan meningkat. Perjalanan nilai kurs dollar ke rupiah menggambarkan dinamika ekonomi Indonesia yang telah melalui berbagai tantangan dan pencapaian. Sejarah pergerakan nilai rupiah dari masa ke masa memberikan gambaran tentang kekuatan dan kerentanan mata uang Indonesia terhadap faktor-faktor eksternal dan internal.
Baca Juga
Advertisement
Kurs dollar ke rupiah pernah mencapai nilai terendahnya pada masa krisis moneter tahun 1998, di mana mencapai Rp16.650 per Dolar AS. Krisis tersebut menjadi puncak lika-liku perjalanan nilai Rupiah yang menunjukkan kerentanan ekonomi pada saat itu. Namun, setelah melewati masa-masa sulit tersebut, Indonesia berhasil bangkit dan nilai Rupiah menguat menjadi Rp8.500 selama 3 tahun dari 2010 hingga 2012. Penguatan ini mencerminkan upaya pemulihan ekonomi yang berhasil dilakukan oleh Indonesia.
Namun, nilai Rupiah kembali mengalami pelemahan di akhir April 2018, mencapai Rp13.800 per Dolar AS, akibat dari penguatan nilai Dolar secara global. Hal ini menunjukkan bahwa Rupiah rentan terhadap perubahan nilai mata uang global dan faktor-faktor eksternal yang memengaruhi pasar keuangan.Â
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, peran Bank Indonesia dalam mengimplementasikan kebijakan moneter yang tepat dan responsif terhadap perubahan pasar menjadi sangat penting. Berikut ulasan lebih lanjut tentang kurs dollar ke rupiah yang cenderung naik dari waktu ke waktu yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (10/5/2024).
Kenapa Kurs Dollar ke Rupiah Cenderung Naik Dari Waktu ke Waktu
Kenaikan kurs dollar ke rupiah dari waktu ke waktu dapat dipahami melalui beberapa faktor yang terjadi dalam perekonomian global dan domestik. Salah satu penyebab utama adalah penguatan indeks dolar AS yang terjadi seiring dengan kenaikan inflasi di Amerika Serikat pada Juli 2023. Kenaikan inflasi yang signifikan, dari 3% menjadi 3,2% year on year, mencerminkan tekanan pada nilai mata uang dan mendorong investor untuk mencari aset yang dianggap lebih aman dan memiliki daya tarik tinggi, seperti dolar AS dan surat utang AS.
Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), untuk menaikkan suku bunga acuan juga berkontribusi pada kenaikan nilai dolar AS. Dengan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%–5,50%, Fed berusaha menanggulangi inflasi yang meningkat, meskipun angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 22 tahun.
Tingginya suku bunga membuat aset dolar AS dan obligasi AS semakin menarik bagi investor, terutama dalam konteks ketidakpastian global yang ada, tingkat inflasi yang tinggi di beberapa negara, dan kekhawatiran akan defisit transaksi berjalan (CAD). Hal ini mengarah pada peningkatan cadangan devisa, yang penting untuk membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran serta menjaga stabilitas nilai tukar mata uang suatu negara.
Selain itu, dominasi dolar AS sebagai mata uang yang mendominasi cadangan devisa global dengan porsi sebesar 59,02% juga memperkuat posisi nilai dolar terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah. Faktor eksternal seperti tingginya harga minyak dunia juga memberikan tekanan tambahan terhadap nilai dolar AS, yang berpotensi berdampak pada laju inflasi AS di masa mendatang.
Dengan demikian, kenaikan kurs dollar ke rupiah bisa dipahami melalui kombinasi dari faktor-faktor tersebut, yang meliputi kebijakan moneter AS, kondisi ekonomi global, dominasi dolar AS dalam cadangan devisa, dan faktor-faktor eksternal seperti harga minyak dunia dan kekhawatiran akan defisit transaksi berjalan. Respons kebijakan yang tepat dan analisis mendalam terhadap dinamika ini penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan keseimbangan ekonomi domestik.
Advertisement
Dampak Kenaikan Dollar Bagi Perekonomian Indonesia
Kenaikan kurs dollar ke rupiah berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia, terutama dalam hal peningkatan harga impor. Dua komoditas utama yang terpengaruh adalah minyak mentah (petroleum) sebagai bahan baku bahan bakar minyak dan beras. Pelemahan nilai tukar rupiah juga memberikan dampak negatif pada pelaku usaha yang bergantung pada bahan baku impor, seperti industri farmasi petrokimia, makanan dan minuman, serta tekstil.
Selain itu, kenaikan nilai dolar juga mempengaruhi sektor ekspor Indonesia. Meskipun dapat meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar internasional karena harga yang lebih kompetitif, hal ini bisa mengurangi margin keuntungan bagi produsen dalam negeri.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah Indonesia untuk bijak mengelola kenaikan nilai dolar agar dampak positif terhadap ekspor seimbang dengan dampak negatifnya pada harga impor dan daya beli masyarakat. Sinkronisasi antara kebijakan fiskal melalui APBN dan kebijakan moneter di bawah Bank Indonesia menjadi langkah penting dalam menghadapi situasi ini.
Upaya Menguatkan Nilai Rupiah
Untuk kurs dollar ke rupiah yang terus naik pemerintah perlu melakukan koordinasi yang efektif antara kebijakan fiskal dan moneter, serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi. Meskipun tanggung jawab utama dalam mengelola nilai tukar rupiah ada pada pemerintah, kontribusi masyarakat juga dapat membantu.Â
Masyarakat Indonesia memiliki peran penting dalam membantu pemerintah mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan mengubah pola konsumsi menjadi lebih memilih produk dalam negeri daripada produk impor. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan dukungan lebih kepada produk-produk lokal yang berkualitas dan kompetitif. Dengan demikian, permintaan terhadap produk dalam negeri akan meningkat, memberikan dorongan pada produsen lokal, dan pada akhirnya membantu menguatkan nilai rupiah.
Selain itu, menahan diri terhadap produk impor juga dapat memberikan dampak positif bagi stabilitas nilai tukar rupiah. Masyarakat dapat lebih selektif dalam pembelian produk impor yang sebenarnya dapat digantikan dengan produk lokal yang memiliki kualitas yang setara atau bahkan lebih baik. Hal ini akan membantu mengurangi permintaan terhadap produk impor, sehingga dapat menahan tekanan terhadap nilai rupiah.
Tidak menimbun dolar dan lebih memilih untuk menukarkannya dengan rupiah juga merupakan langkah yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dengan memegang rupiah dan menggunakan mata uang ini dalam transaksi sehari-hari, masyarakat dapat membantu menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Selain itu, keberanian untuk menggunakan rupiah juga dapat memberikan sinyal positif kepada pasar terkait kepercayaan terhadap mata uang lokal.
Bagi para pengusaha, pelemahan nilai rupiah dapat menjadi peluang untuk lebih fokus pada orientasi ekspor. Dengan harga produk ekspor yang lebih kompetitif di pasar internasional akibat pelemahan nilai rupiah, para pengusaha dapat memanfaatkan situasi ini untuk memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan pendapatan dari ekspor. Langkah ini tidak hanya membantu meningkatkan devisa negara, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap penguatan nilai rupiah.
Selanjutnya, mendukung pariwisata dalam negeri juga dapat menjadi langkah untuk membantu menguatkan nilai rupiah. Dengan memilih destinasi wisata dalam negeri daripada ke luar negeri, masyarakat dapat membantu meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata dan mengurangi defisit transaksi berjalan. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek maupun panjang.
Penggunaan transportasi publik juga dapat menjadi langkah konkrit untuk membantu menguatkan nilai rupiah. Dengan menghemat penggunaan bahan bakar dan mengurangi impor BBM, masyarakat dapat membantu mengurangi tekanan terhadap cadangan devisa negara dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.
Terakhir, berinvestasi di dalam negeri juga merupakan langkah strategis untuk membantu menguatkan nilai rupiah. Dengan mengalokasikan investasi pada instrumen investasi dalam negeri seperti Surat Utang Negara (SUN) atau SBN, masyarakat dapat membantu meningkatkan likuiditas di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada kurs dollar. Hal ini akan membantu menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan mengurangi risiko terhadap fluktuasi mata uang asing.
Advertisement