Liputan6.com, Jakarta Pita suara pada tubuh seseorang merupakan salah satu organ tubuh yang penting. Pasalnya, pita suara mampu mengubah udara yang ada di paru-paru menjadi suara.
Meski begitu, bentuk dan ukuran pita suara setiap orang berbeda. Hal ini pula yang membuat seseorang memiliki suara yang berbeda dengan lainnya.
Baca Juga
Pita suara juga terbilang sensitif bagi banyak orang. Pasalnya, tak sedikit orang yang mengalami kerusakan pada pita suara hingga sulit untuk berbicara. Tak hanya itu saja, dampak negatif lainnya dari kerusakan pita suara mempengaruhi pada pernapasan hingga bisa sebabkan kehilangan nyawa.
Advertisement
Hal ini pula yang membuat sejumlah peneliti di Universitas California menciptakan teknologi AI untuk membantu meringankan kerja pita suara. Dilansir Liputan6.com dari Oddity Central, Kamis (13/6/2024), para peneliti di Universitas California membuat alat berteknologi AI untuk membuat seseorang bisa bicara tanpa adanya pita suara.
Ubah gerakan otot tenggorokan jadi suara
Baru-baru ini para ilmuwan dari Universitas California menjadi sorotan netizen. Pasalnya, para ilmuwan tersebut menciptakan alat berteknologi AI yang mampu menggunakan mesin pembelajaran untuk menerjemahkan gerakan otot di tenggorokan. Nantinya, gerakan otot yang tertangkap oleh sensor bisa membuat seseorang berbicara tanpa pita suara.
Jun Chen yang menjadi asisten profesor di universitas inilah yang memiliki ide membuat inovasi tersebut. Ia menyebutkan adanya inovasi teknologi AI ini mampu membantu mengurangi kerja dan rasa lelah pita suara akibat mengajar selama beberapa jam setiap harinya.
Ia diketahui mulai memikirkan cara seseorang bisa berbicara tanpa pita suara dengan bantuan dari rekan-rekan peneliti di Universitas California. Ia pun mulai merancang inovatif berupa patch yang bisa menempel di tenggorokan. Nantinya, dalam patch tersebut memiliki teknologi AI yang mampu memecahkan kode gerakan otot menjadi suara.
Â
Advertisement
Tingkat keakuratan capai 95%
Dalam proses pembuatannya, ia menggunakan lima lapisan tipis, termasuk alat yang mampu merespons gerakan halus otot tenggorokan. Alat dengan berat 7,2 gram ini nantinya akan merespons gerakan otot dan menghasilkan sinyal listrik yang mampu diterjemahkan dalam ucapan dengan teknologi AI.
Dalam eksperimennya, Jun Chen bersama peneliti lainnya memasukkan impuls listrik ke algoritma pembelajaran mesin. Ia pun mengajak delapan partisipan dalam penelitian ini untuk mengucapkan lima frasa pendek dengan masing-masing diucapkan 100 kali.
Hasil eksperimen tersebut mengungkapkan jika keakuratan teknologi yang dibuat mencapai 95%. Tak hanya itu saja, usai menjalani eksperimen kedelapan partisipan terbukti tidak mengalami gangguan bicara.
Patch ini pun disebut cukup efektif. Bahkan, tak sedikit pula yang menganggap penemuan ini begitu menjanjikan. Pasalnya, dengan bantuan patch AI ini, dianggap dapat membantu masyarakat yang memiliki masalah pada pita suara.