Liputan6.com, Jakarta - Mengetahui tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia penting untuk memahami kekayaan budaya dan keagamaan di berbagai daerah. Setiap daerah di Indonesia memiliki cara unik dalam menyambut tahun baru Islam, yang jatuh pada 1 Muharram. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai spiritual dan kebersamaan yang kental dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Tahun baru Islam, atau yang sering disebut 1 Muharram, dirayakan dengan berbagai cara di seluruh Indonesia. Di Magelang, masyarakat mengadakan ziarah ke Gunung Tidar untuk menghormati para leluhur. Di tempat lain, kegiatan mabit di masjid menjadi ajang refleksi diri dan peningkatan spiritualitas.
Salah satu tradisi paling khas dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia adalah upacara Tabuik di Pariaman dan Tabot di Bengkulu. Tradisi ini memperingati gugurnya Imam Husain dan melibatkan arak-arakan peti kayu yang kemudian dibuang ke laut. Selain itu, tradisi Nganggung di Pangkalpinang dan Ledug Suro di Magetan juga menambah keunikan perayaan tahun baru Islam di Indonesia.
Berikut Liputan6.com ulas sejumlah tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia yang dimaksudkan, Senin (1/7/2024).
1. Tradisi Tabot di Bengkulu
Tabot merupakan tradisi tahunan di Bengkulu yang diadakan pada tanggal 1-10 Muharam. Tradisi ini dilaksanakan sebagai penghormatan kepada Imam Husein bin Ali Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad, yang gugur di Padang Karbala, Irak, oleh pasukan Yazid bin Muawiyah.
Tabot sebenarnya adalah peti yang diyakini membawa keberkahan jika muncul dan malapetaka jika hilang. Di Bengkulu, tabot berbentuk miniatur bangunan berundak seperti menara masjid yang dihias indah, menambah keunikan dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Pelaksanaan tradisi Tabot meliputi serangkaian tahapan yang memperlihatkan episode sejarah Islam dan perjuangan Imam Husein melawan kezaliman hingga kematiannya. Tradisi ini menjadi simbol perlawanan dan kebangkitan.
2. Tabuik di Pariaman
Tradisi tabot juga diselenggarakan di Pariaman, Sumatra Barat, dengan sebutan tabuik. Ribuan umat Muslim terlibat dalam tradisi yang telah menjadi salah satu agenda wisata tahunan di Sumatra Barat, memperkaya tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Prosesi tabuik melibatkan tujuh tahapan, yaitu mengambil tanah, menebang batang pisang, maatam (prosesi kesedihan), mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek (menyambungkan bagian tabuik menjadi satu kesatuan yang utuh), hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut. Setiap tahapan ini menambah keragaman dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Tradisi tabuik di Pariaman menambah kekayaan budaya dan menjadi bagian penting dari tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
3. Tradisi Pawai Obor
Di berbagai daerah di Indonesia, pawai obor kerap dilakukan untuk memeriahkan perayaan Tahun Baru Islam. Masyarakat dari berbagai kalangan mengenakan pakaian muslim sambil berpawai memegang obor, memperkuat tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Pawai obor biasanya dilakukan dengan berkeliling desa atau kampung sambil melantunkan sholawat dan pujian kepada Rasulullah SAW. Tradisi ini menjadi momen kebersamaan dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
4. Tapa Bisu di Yogyakarta
Tapa Bisu adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta pada 1 Muharram. Tradisi ini melibatkan ritual keliling benteng keraton tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, berjalan sejauh 7 kilometer. Ritual ini menjadi bagian dari tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Sejarah ritual ini diprakarsai oleh Paguyuban Abdi Dalem Keprajan Keraton Yogyakarta. Ritual dimulai dari halaman Keben melewati beberapa ruas jalan di Yogyakarta, memperkaya tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Selain rombongan abdi dalem keraton, masyarakat umum juga bisa mengikuti tradisi ini baik secara individu maupun berkelompok. Tradisi Tapa Bisu menjadi bagian penting dari tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
5. Tradisi Sedekah Gunung Merapi
Di Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, masyarakat menggelar tradisi Sedekah Gunung Merapi setiap tanggal 1 Muharram. Tradisi ini dilakukan dengan melarung kepala kerbau di wilayah puncak gunung, menambah keunikan dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Masyarakat bersama-sama mengarak kepala kerbau dan berbagai hasil bumi. Puncak kegiatan ini adalah makan dan berdoa bersama agar di tahun baru mendapat keberkahan dari Allah SWT, menjadikan tradisi ini sebagai bagian dari tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Advertisement
6. Tradisi Bulen Asan Usen di Aceh
Masyarakat Aceh mengenal bulan Muharram sebagai "bulen apui" (bulan api) atau "bulen asan usen" (bulan Hasan Husen). Pada hari tersebut, ada pantangan seperti larangan melangsungkan pernikahan, khitanan, membangun rumah, dan lain sebagainya, menjadi bagian dari tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Bulan ini diperingati untuk mengenang tragedi pembunuhan cucu Rasulullah, Hasan dan Husen. Bulan ini juga dikenal sebagai bulan acura atau bulan Asyura, dimana masyarakat biasa memakan bubur kanji acura, menambah keunikan dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
7. Tradisi Kirab Kebo Bule di Surakarta
Masyarakat Solo dan pihak Keraton Surakarta mengadakan kirab pada malam hari dengan melibatkan kerbau berwarna putih atau "kebo bule" yang diberi nama Kiai Slamet. Tradisi ini menjadi bagian dari tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Ratusan orang biasanya hadir dalam kirab ini, berusaha menyentuh kerbau yang dikawal pasukan keraton. Kotoran kerbau yang keluar saat kirab dianggap membawa berkah dan banyak orang yang memperebutkannya, menambah keunikan dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
8. Tradisi Bubur Suro di Madura
Di Madura, Jawa Timur, masyarakat menyambut 1 Muharam atau 1 Suro dengan membuat bubur Muharram atau Tajin Sora. Tajin Sora terbuat dari bubur nasi dan kuah beras ketan yang terdiri dari dua warna, merah dan putih. Tradisi ini menjadi bagian dari tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Warna merah melambangkan darah yang tumpah dari Husein, cucu Nabi, sedangkan warna putih melambangkan kesucian perjuangan Husein. Tradisi ini memperkaya tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia dengan nilai-nilai simbolik.
9. Tradisi Ngadulang di Sukabumi
Tradisi Ngadulang merupakan acara yang diselenggarakan oleh pemerintah Sukabumi untuk merayakan Tahun Baru Islam. Tradisi ini melibatkan aksi menabuh bedug, menjadi bagian dari tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Saat momen ini juga digelar lomba tabuh bedug yang bisa diikuti oleh masyarakat. Tradisi ini memperkaya tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia dengan semangat kompetisi dan kebersamaan.
10. Tradisi Berziarah di Gunung Tidar
Masyarakat di sekitar Kebun Raya Gunung Tidar, Magelang, memiliki tradisi berziarah yang diadakan setiap malam 1 Suro. Mereka berbondong-bondong menyambangi makam leluhur sebagai bentuk penghormatan dan doa.
Dalam pelaksanaan ziarah di Gunung Tidar, masyarakat biasanya mendaki gunung untuk berziarah di makam Syekh Subakir, Kyai Sepanjang, dan Kiai Semar.
Tokoh-tokoh ini dikenal sebagai penyebar agama Islam di Tanah Jawa, memperkaya nilai sejarah dan religius dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Tradisi berziarah ini tidak hanya mempererat hubungan spiritual dengan para leluhur, tetapi juga menjadi momen refleksi bagi masyarakat, menjadikan tradisi ini sebagai salah satu elemen penting dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
11. Tradisi Mabit di Masjid
Kegiatan mabit di masjid menjadi salah satu tradisi menyambut Tahun Baru Islam di Indonesia yang cukup populer, terutama di Jakarta. Mabit, singkatan dari Malam Bina Taqwa, merupakan kegiatan yang diisi dengan ceramah agama, refleksi diri, dan ibadah, memperkaya tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Selama mabit, masyarakat melakukan berbagai ibadah seperti sholat sunnah, sholat fardhu berjamaah, dan memperbanyak zikir. Mabit di masjid menjadi momen introspeksi diri dan peningkatan spiritualitas.
Kegiatan ini tidak hanya memperkuat keimanan individu, tetapi juga mempererat ikatan komunitas, menambah dimensi sosial dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
12. Tradisi Suroan di Klaten
Masyarakat Klaten di Jawa Tengah menggelar tradisi suroan pada bulan Muharram, tepatnya pada hari ketujuh. Selama malam suroan, warga tidak tidur selama 24 jam sebagai bentuk laku prihatin dan perenungan mendalam.
Tradisi suroan ini melibatkan berbagai kegiatan spiritual dan reflektif yang bertujuan untuk introspeksi diri dan memperbaiki kualitas hidup. Kegiatan ini menjadikan tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia semakin kaya dengan nilai-nilai keagamaan dan budaya.
Selain sebagai momen refleksi, suroan juga menjadi ajang silaturahmi dan kebersamaan bagi masyarakat Klaten.
13. Tabuik di Bengkulu
Di Pariaman, Sumatera Barat, masyarakat menyambut Tahun Baru Islam dengan tradisi Tabuik. Upacara ini memperingati Hari Asyura pada tanggal 10 Muharram untuk mengenang gugurnya Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW.
Serupa dengan Tabuik, masyarakat Bengkulu juga memiliki tradisi yang dikenal sebagai Tabot. Tabuik dan Tabot melibatkan serangkaian pembuatan peti kayu dan arak-arakan yang diakhiri dengan membuang peti tersebut ke laut. Tradisi ini memperkaya nilai historis dan budaya dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Tradisi Tabuik dan Tabot tidak hanya menjadi momen refleksi sejarah, tetapi juga menjadi atraksi budaya yang menarik wisatawan.
14. Nganggung di Pangkalpinang
Di Pangkalpinang, Bangka, masyarakat merayakan Tahun Baru Islam dengan tradisi Nganggung. Masyarakat datang ke masjid membawa dulang berisi makanan dan lauk pauk untuk dinikmati bersama, menjadi bagian penting dari tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Tradisi Nganggung selain sebagai ungkapan rasa syukur, juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan kekeluargaan. Momen makan bersama ini menambah dimensi sosial dan kebersamaan dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
15. Tradisi Ledug Suro di Magetan
Di Magetan, masyarakat menyambut Tahun Baru Islam dan Tahun Baru Jawa dengan tradisi Ledug Suro. Tradisi ini dimulai satu minggu sebelum tahun baru dengan serangkaian acara seperti lomba lesung bedhug, tari tradisional jalak lawu, wayang kulit, dan reog.
Ledug Suro melibatkan berbagai kesenian tradisional yang tidak hanya memperkaya budaya lokal, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan kebersamaan bagi masyarakat. Tradisi ini menambah dimensi seni dan budaya dalam tradisi sambut tahun baru Islam di Indonesia.
Advertisement