Liputan6.com, Jakarta Pelecehan emosional yang dikenal sebagai inses terselubung atau emotional incest adalah situasi di mana orangtua mengandalkan anak untuk mendapatkan dukungan emosional yang signifikan. Dalam kondisi seperti ini, orangtua tidak menjalankan peran mereka dengan semestinya, melainkan bergantung secara berlebihan pada anak-anak.
Emotional incest lebih dari sekadar mengandalkan anak sesekali, ini melibatkan ketergantungan yang berlebihan. Orangtua yang terlibat dalam emotional incest memperlakukan anak seperti pasangan atau teman dekat, bukan sebagai anak kecil yang memerlukan bimbingan dan perhatian.
Mereka mencari kenyamanan, kasih sayang, nasihat, dukungan, dan dalam beberapa kasus, bahkan percintaan dari anak-anak mereka. Orangtua ini tidak mampu memenuhi kebutuhan anak dan gagal memberikan dukungan serta pengasuhan yang diperlukan.
Advertisement
Akibatnya, anak sering kali harus mengambil peran orangtua atau pasangan, memikul tanggung jawab yang seharusnya tidak mereka miliki. Anak-anak yang mengalami emotional incest berisiko mengalami kecemasan, depresi, dan masalah dalam hubungan interpersonal. Mereka juga mungkin menghadapi gangguan makan, disfungsi seksual, rendah diri, dan perfeksionisme. Selain itu, emotional incest dapat menyebabkan ketegangan dengan orangtua lain dan saudara kandung, yang mungkin merasa terganggu oleh kedekatan yang tidak sehat antara orangtua dan anak tersebut.
Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, berikut ini beberapa bentuk dan dampak dari emotional incest, Rabu (7/8/2024).
1. Bagaimana Bentuk Emotional Incest?
Dilansir dari verywellmind.com, berikut adalah beberapa tanda yang mungkin menunjukkan adanya hubungan inses secara emosional:
1. Anak menjadi sangat bergantung secara emosional pada orangtua mereka.
2. Orangtua memberikan tanggung jawab yang terlalu dewasa kepada anak secara berlebihan.
3. Orangtua terlibat secara berlebihan dalam kehidupan anak, tanpa menghargai privasi mereka.
4. Orangtua mengendalikan kehidupan anak dan membatasi persahabatan serta aktivitasnya sesuai dengan kebutuhan emosional mereka sendiri.
5. Orangtua menempatkan beban kesejahteraan emosional mereka pada anak.
6. Orangtua menggunakan manipulasi seperti rasa bersalah atau ancaman emosional untuk memastikan anak tetap dekat dengan mereka.
Advertisement
2. Contoh Emotional Incest
Berikut ini adalah beberapa contoh incest emosional yang dilansir dari verywellmind.com:
1. Anak menjadi tempat curhat orangtua mengenai masalah di tempat kerja, sehingga anak berperan sebagai sumber dukungan emosional.
2. Orangtua membagikan detail intim tentang hubungan romantis mereka kepada anak, yang dapat membuat anak merasa bingung dan tidak nyaman.
3. Orangtua mengeluhkan masalah perkawinan mereka kepada anak, yang dapat membuat anak merasa terbebani.
4. Orangtua tidak menghormati privasi anak dengan membaca buku harian atau membuka handphone anak.
5. Orangtua mengharapkan anak untuk meninggalkan aktivitasnya demi memberikan dukungan emosional ketika orangtua membutuhkannya.
6. Orangtua meremehkan upaya anak dalam menjalin pertemanan agar anak memberikan perhatian penuh kepada mereka.
7. Orangtua menyalahkan anak ketika anak tidak memenuhi keinginan mereka.
Setiap contoh ini menunjukkan bagaimana orangtua bisa secara tidak sadar melanggar batas-batas emosional yang sehat, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perkembangan dan kesejahteraan emosional anak.
3. Kenapa Emotional Incest Bisa Terjadi?
Menurut verywellmind.com, terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya inses emosional, antara lain:
1. Kurangnya kematangan emosional pada orangtua dapat membuat mereka mencari dukungan emosional dari anak-anak mereka, tanpa menyadari bahwa seharusnya merekalah yang memberikan dukungan tersebut.
2. Ketidakadaan dukungan emosional dari lingkungan luar dapat mendorong orangtua untuk mengandalkan anak-anak mereka sebagai sumber rasa aman emosional yang seharusnya mereka peroleh dari orang dewasa lainnya. Contohnya, dalam situasi ketika orangtua masih lajang atau telah bercerai.
3. Ketidakpercayaan atau pengalaman pengabaian yang dialami oleh orangtua dapat membuat mereka melihat anak-anak mereka sebagai sumber keamanan emosional yang murni, sehingga mereka mengharapkan dukungan emosional dari anak-anak mereka.
4. Kondisi kesehatan mental yang tidak diobati, gangguan penggunaan narkoba, atau riwayat trauma pada orangtua dapat menyebabkan mereka bergantung secara emosional pada anak-anak mereka.
Advertisement
4. Dampak dari Emotional Incest
Menurut verywellmind.com, emotional incest dapat memberikan dampak signifikan pada anak-anak, yang mencakup beberapa aspek berikut:
1. Mengalami kesulitan dalam mengelola emosi dan memprioritaskan kebutuhan emosional mereka sendiri.
2. Merasa tidak aman karena terus-menerus berusaha memenuhi kebutuhan emosional orangtua.
3. Memiliki harga diri yang rendah karena merasa nilai diri mereka hanya diukur dari kemampuan memenuhi kebutuhan emosional orang lain.
4. Mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan sosial yang sehat dengan teman sebaya dan menetapkan batasan dengan orang lain.
5. Hubungan anak dengan orang dewasa dapat terganggu karena orangtua yang terus-menerus mengganggu dan tidak memprioritaskan kebutuhan anak.
6. Terbatas dalam mengambil keputusan, menegaskan kebutuhan sendiri, dan mengembangkan kemandirian karena ketergantungan yang berlebihan pada orangtua.
7. Mengalami penurunan kepuasan hidup saat dewasa, sebagaimana yang ditunjukkan dalam sebuah studi tahun 2021. Dengan memahami dampak-dampak ini, diharapkan kita dapat lebih peka dan bijak dalam mendukung perkembangan emosional anak-anak kita.
4. Cara Mengatasi Emotional Incest
Menurut verywellmind.com, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh anak-anak untuk pulih dari emotional incest:
1. Membangun Relasi yang Sehat Untuk menyembuhkan diri, anak-anak perlu membangun hubungan yang sehat dengan orang dewasa serta memiliki lingkungan emosional yang aman dan terjamin.
2. Menetapkan Batasan Anak-anak harus belajar untuk memprioritaskan diri sendiri dengan menetapkan batasan dan tidak mengorbankan kebutuhan mereka demi memenuhi kebutuhan orang lain.
3. Mencari Terapi Mengatasi masalah ini dengan bantuan ahli kesehatan mental dapat membantu anak-anak memahami dampak dari emotional incest, termasuk bagaimana hal itu mempengaruhi perkembangan emosional mereka, hubungan dengan orang dewasa, dan gaya pengasuhan.
Sementara itu, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh orangtua untuk pulih dari emotional incest:
1. Mencari Bantuan Profesional Orangtua mungkin perlu mendapatkan bantuan profesional untuk menangani masalah kesehatan mental dan masalah lainnya agar bisa sembuh.
2. Mengakui Dinamika yang Terjadi Jika orangtua menyadari bahwa mereka terlibat dalam emotional incest, penting untuk mengakui dinamika tersebut kepada anak, meminta maaf, dan berupaya membangun hubungan yang lebih sehat antara orangtua dan anak.
3. Membangun Sistem Pendukung Orangtua perlu membangun sistem dukungan yang kuat, seperti memiliki persahabatan dengan orang dewasa lain, yang saling mendukung untuk berhenti bergantung secara emosional pada anak mereka.
Advertisement