Liputan6.com, Jakarta Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah membawa perubahan besar dalam pola kerja dan kebiasaan sehari-hari manusia. Kini, banyak pekerjaan yang bisa dilakukan secara remote atau dari rumah, berkat kemajuan teknologi seperti internet, komputer, dan smartphone.
Hal ini memungkinkan kita untuk menyelesaikan berbagai tugas, berkomunikasi, dan bahkan berbelanja tanpa perlu berpindah tempat. Namun, kemudahan ini juga menciptakan fenomena yang dikenal sebagai sedentary lifestyle atau gaya hidup tidak aktif, di mana sebagian besar waktu dihabiskan dalam posisi duduk atau berbaring.
Gaya hidup ini sangat umum di kalangan pekerja kantoran, pelajar, dan mereka yang banyak menghabiskan waktu di depan layar. Dampaknya pun tidak bisa diabaikan, karena ketidakaktifan fisik ini dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan serius, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, serta gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.
Advertisement
Agar lebih paham, berikut ini Liputan6.com ulas mengenai apa itu sedentary lifestyle dan dampaknya bagi kesehatan tubuh yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Minggu (14/7/2024).
Apa Itu Sedentary Lifestyle
Sedentary lifestyle merujuk pada kegiatan yang dilakukan di luar waktu tidur, di mana aktivitas fisik sangat minim dan menghasilkan sedikit kalori terbakar, biasanya kurang dari 1 metabolic equivalent (MET). Dalam konteks ini, metabolic equivalent adalah ukuran yang digunakan untuk mengestimasi jumlah energi yang dibakar oleh tubuh selama melakukan aktivitas fisik tertentu. Ketika seseorang menjalani sedentary lifestyle, mereka terlibat dalam kegiatan yang tidak membutuhkan banyak energi, seperti duduk atau berbaring untuk waktu yang lama.
Mengutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sedentary behavior didefinisikan sebagai perilaku duduk atau berbaring sepanjang hari, di luar waktu tidur. Contoh perilaku ini meliputi menonton televisi dalam waktu lama, bermain video game, duduk berjam-jam di depan komputer untuk bekerja atau mengakses media sosial, serta menggunakan kendaraan bermotor untuk jarak pendek yang sebenarnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Aktivitas-aktivitas tersebut menunjukkan betapa minimnya gerakan fisik yang dilakukan dalam gaya hidup ini, yang pada akhirnya mencerminkan gaya hidup yang kurang aktif secara keseluruhan. Kebiasaan seperti ini tidak hanya mengurangi kesempatan tubuh untuk membakar kalori, tetapi juga dapat menurunkan tingkat metabolisme dan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan. Bahkan berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar oleh Kementerian Kesehatan pada 2018 menyebut bahwa 33,5% masyarakat Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik.Â
Beberapa dampak negatif yang terkait dengan sedentary lifestyle termasuk peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyadari bahaya dari gaya hidup ini dan berusaha untuk menyeimbangkannya dengan aktivitas fisik yang cukup guna menjaga kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Advertisement
Dampak Sedentary Lifestyle bagi Kesehatan Tubuh
Masih dari sumber yang sama, pola hidup yang tidak aktif memiliki dampak serius pada kesehatan manusia secara keseluruhan. Sirkulasi darah yang buruk dan metabolisme tubuh yang terganggu akibat kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan kesulitan dalam memecah lemak dan gula, yang pada gilirannya mengakibatkan peningkatan berat badan dan obesitas. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi penampilan fisik, tetapi juga memiliki implikasi serius terhadap fungsi internal tubuh.
Kebiasaan hidup yang tidak aktif juga berdampak negatif pada sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, obesitas, depresi, dan kecemasan. Selain itu, gaya hidup ini dapat meningkatkan risiko kematian dini, karena tubuh tidak mendapatkan stimulasi yang diperlukan untuk menjaga kesehatan organ-organ vital. Semakin lama kita tidak bergerak, semakin besar risiko yang kita hadapi terhadap berbagai masalah kesehatan serius.
Dampak buruk Sedentary lifestyle adalah termasuk peningkatan risiko kematian akibat berbagai penyebab, terutama penyakit kardiovaskular, serta meningkatkan risiko kanker dan gangguan metabolik seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan dislipidemia. Tidak hanya itu, gaya hidup ini juga dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal seperti nyeri sendi dan osteoporosis, serta masalah kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kognitif. Oleh karena itu, mengurangi perilaku tidak aktif dan meningkatkan aktivitas fisik keduanya sangat penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Dengan lebih banyak bergerak, kita dapat mengurangi risiko berbagai penyakit serius dan meningkatkan kualitas hidup kita secara signifikan.
Cara Mengatasi Sedentary Lifestyle
Orang yang kurang aktif memiliki risiko kematian 20-30% lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang cukup aktif secara fisik. Bahkan, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa kurangnya aktivitas fisik merupakan penyebab kematian nomor empat di dunia, dengan dua juta orang meninggal setiap tahunnya akibat gaya hidup yang minim gerak. Statistik ini menunjukkan betapa pentingnya aktivitas fisik dalam menjaga kesehatan dan meningkatkan harapan hidup.
Namun, ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sedentary behavior ini dan meningkatkan tingkat aktivitas fisik kita. Langkah sederhana yang bisa diambil di rumah meliputi melakukan pekerjaan rumah tangga, menyapu, mengepel, berkebun, dan berolahraga di dalam rumah. Selain itu, kita bisa tetap bergerak saat menonton TV dengan melakukan olahraga ringan atau berdiri saat berbicara di telepon. WHO memberikan pedoman yang rinci untuk berbagai kelompok usia dan kondisi kesehatan, mendorong kita untuk beraktivitas aerobik dan melakukan penguatan otot secara teratur, yang semuanya dapat dilakukan dengan mudah di lingkungan rumah atau tempat kerja.
Selain itu, aktivitas fisik yang rutin seperti berjalan kaki, bersepeda, berolahraga, atau rekreasi aktif memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan. Aktivitas ini dapat meningkatkan kebugaran otot dan kardiorespirasi, memperbaiki kesehatan tulang, serta memperkuat sistem kekebalan tubuh. Tidak hanya itu, aktivitas fisik juga membantu mengurangi risiko berbagai penyakit serius seperti penyakit jantung, diabetes, berbagai jenis kanker, dan gangguan mental seperti depresi.
Mengadopsi pola hidup yang lebih aktif dapat dicapai melalui langkah-langkah sederhana, seperti melakukan pekerjaan fisik di rumah, berjalan-jalan di sekitar lingkungan, atau berpartisipasi dalam olahraga ringan. Dengan bergerak lebih banyak, kita dapat menjaga kesehatan secara lebih efektif dan menghindari dampak buruk yang mungkin timbul akibat sedentary behavior. Oleh karena itu, mari kita berkomitmen untuk tidak menjadi "kaum rebahan" dan mulai beraktivitas fisik lebih banyak demi kesehatan yang lebih baik.
Advertisement