Mengurai Dinamika Putaran Pertama Pilkada DKI 2017, Pertarungan Politik Diwarnai Isu SARA

Simak analisis mendalam tentang Putaran Pertama Pilkada DKI 2017.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 31 Jul 2024, 11:30 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2024, 11:30 WIB
Quick Count Pilkada DKI: Ahok dan Anies Dapat 40 Persen Suara
Inilah hasil quick count Pilkada DKI 2017 sementara. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Putaran Pertama Pilkada DKI 2017 yang digelar pada 15 Februari 2017 menjadi salah satu momen paling menarik dalam sejarah perpolitikan Indonesia modern. Sebagai barometer politik nasional, pemilihan kepala daerah di Jakarta tidak hanya menarik perhatian warga ibu kota, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia. Artikel ini akan mengulas secara komprehensif dinamika Putaran Pertama Pilkada DKI 2017, dari persiapan hingga hasilnya yang mengejutkan.

Putaran Pertama Pilkada DKI 2017 diselenggarakan dalam konteks sosial-politik yang unik. Pilkada ini dianggap sebagai momentum politik nasional, dipandang sebagai pemanasan menuju Pemilu 2019 dengan hasil yang diprediksi akan mempengaruhi konstelasi politik nasional. Jakarta sendiri dihadapkan pada berbagai isu krusial seperti kemacetan, transportasi publik, banjir, pengelolaan lingkungan, ketimpangan sosial-ekonomi, pembangunan infrastruktur, serta tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik.

Menjelang Putaran Pertama, Jakarta juga diwarnai oleh dinamika sosial-keagamaan yang intens, termasuk serangkaian demonstrasi besar terkait kasus penistaan agama. Situasi ini menciptakan atmosfer politik yang semakin kompleks dan sensitif. Lalu bagaimana dinamika dan drama yang mewarnai Putaran Pertama Pilkada DKI 2017? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (31/7/2024).

Kandidat dalam Putaran Pertama Pilkada DKI 2017

Tiga pasangan calon berkompetisi dalam Putaran Pertama Pilkada DKI 2017. Pasangan pertama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, diusung oleh koalisi besar partai politik termasuk PDI Perjuangan, Golkar, Hanura, dan Nasdem. Mereka mengusung visi "Jakarta Baru" dengan program unggulan meliputi pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi, dan peningkatan pelayanan publik. Ahok, sebagai petahana, mengandalkan track record kepemimpinannya yang telah dikenal publik.

Pasangan kedua, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, didukung oleh Gerindra dan PKS. Mereka membawa visi "Kota untuk Semua" dengan fokus pada pemberdayaan ekonomi rakyat, pendidikan berkualitas, dan pengelolaan kota yang inklusif. Kombinasi latar belakang Anies sebagai akademisi dan pengalaman bisnis Sandiaga menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih.

Pasangan ketiga, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni, diusung oleh Demokrat, PAN, PKB, dan PPP. Mereka mengusung visi "Jakarta Bermarwah" dengan program unggulan meliputi peningkatan kesejahteraan, pembangunan berbasis keluarga, dan penguatan nilai budaya. Kehadiran Agus, putra mantan presiden SBY, memberikan warna baru dalam konstelasi politik Jakarta.

Strategi Kampanye dalam Putaran Pertama

20170210- Agus Harimurti Yudhoyono- Basuki Tjahaja Purnama- Djarot Saiful Hidayat-Pilkada DKI 2017- Faizal Fanani-0
Agus Harimurti Yudhoyono memberi penjelasan saat Debat Cagub DKI Jakarta putaran ketiga di Auditorium Birawa, Jakarta, Jumat (10/2). Debat ke-3 ini mengangkat tema masalah kependudukan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dalam Putaran Pertama, ketiga pasangan menerapkan strategi kampanye yang beragam, memadukan kampanye digital dan konvensional. Kampanye digital melibatkan penggunaan media sosial secara masif, penyebaran konten viral dan meme politik, live streaming kegiatan kampanye, serta pemanfaatan influencer media sosial. Sementara itu, kampanye konvensional mencakup kunjungan ke pasar tradisional dan pemukiman warga, pemasangan alat peraga kampanye, penyelenggaraan kampanye akbar di lapangan terbuka, serta dialog dengan komunitas dan tokoh masyarakat.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta juga menyelenggarakan tiga kali debat publik yang disiarkan secara nasional. Debat pertama digelar pada 13 Januari 2017, diikuti debat kedua pada 27 Januari 2017, dan debat ketiga pada 10 Februari 2017. Tema-tema debat mencakup pembangunan sosial-ekonomi, tata kelola pemerintahan, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Beberapa isu menjadi sorotan utama selama Putaran Pertama Pilkada DKI 2017. Proyek reklamasi Teluk Jakarta memicu pro-kontra yang intens, Ahok mendukung proyek ini dengan beberapa penyesuaian, sementara Anies dan Agus cenderung menolak. Anies-Sandi mengusung program OK OCE (One Kecamatan One Center of Entrepreneurship) dan OK OTrip (One Karcis One Trip) yang menjadi andalan kampanye mereka. Sementara itu, Agus-Sylvi menawarkan program Kartu Jakarta Pintar Plus sebagai pengembangan dari program serupa yang sudah ada.

Meskipun menjadi kontroveri, isu SARA tetap mewarnai kampanye, terutama terkait kasus penistaan agama yang melibatkan Ahok. Hal ini menambah kompleksitas dan tensi politik menjelang pemungutan suara.

Proses Pemungutan Suara Putaran Pertama Pilkada 2017

Pilkada DKI 2017
Cagub dan Cawagub DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno memberi ketarangan di kantor DPP Gerindra, Ragunan, Jakarta, Rabu (19/4). Anies-Sandi datangi kantor DPP untul rayakan kemenangan hitung cepat suara Pilkada DKI. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Pemungutan suara Putaran Pertama Pilkada DKI 2017 berlangsung pada 15 Februari 2017. Sebanyak 13.023 TPS tersebar di 6 kota administratif dan 1 kabupaten untuk melayani 7.108.589 pemilih terdaftar. Proses pemungutan suara berlangsung dari pukul 07.00 hingga 13.00 WIB, menggunakan sistem pencoblosan kertas suara. Secara umum, proses pemungutan suara berjalan relatif lancar dengan tingkat partisipasi yang cukup tinggi.

Hasil resmi yang diumumkan KPU DKI Jakarta pada 4 Maret 2017 menunjukkan perolehan suara yang cukup ketat. Pasangan Ahok-Djarot memperoleh 2.364.577 suara (42,99%), disusul oleh Anies-Sandi dengan 2.197.333 suara (39,95%), dan Agus-Sylvi dengan 937.955 suara (17,07%). Total suara sah mencapai 5.499.865 dengan tingkat partisipasi pemilih mencapai 77,1%.

Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada pasangan yang meraih lebih dari 50% suara, sehingga Pilkada harus dilanjutkan ke putaran kedua. Selisih suara yang tipis antara Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, hanya sekitar 3%, menambah ketegangan politik menjelang putaran kedua. Sementara itu, perolehan suara Agus-Sylvi yang jauh di bawah prediksi awal mengakhiri persaingan mereka dalam kontes politik ini.

Analisis dan Dampak Hasil Putaran Pertama

Basuki Tjahaja Purnama- Ahok- Djarot Saiful Hidayat-Jakarta- Angga Yuniar-20170419
Ahok bersama Djarot saat konferensi pers terkait hasil hitung cepat Pilkada DKI 2017, Jakarta, Rabu (14/4). Ahok berjanji akan melunasi janji-janjinya selama menjabat sebelum lepas jabatan Oktober 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Beberapa faktor dianggap mempengaruhi hasil Putaran Pertama, termasuk kinerja Ahok sebagai petahana yang kontroversial, efektivitas strategi kampanye Anies-Sandi yang menyasar isu-isu populis, kurangnya pengalaman politik Agus Yudhoyono, pengaruh isu SARA terutama terkait kasus penistaan agama, serta peran media sosial dalam membentuk opini publik.

Hasil Putaran Pertama membawa dampak signifikan terhadap dinamika politik Jakarta dan nasional. Terjadi perubahan peta koalisi menjelang putaran kedua, peningkatan tensi politik di tingkat nasional, serta evaluasi strategi kampanye oleh tim pemenangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi. Muncul pula wacana rekonsiliasi pasca-Pilkada sebagai upaya meredam polarisasi di masyarakat.

Pasca pengumuman hasil Putaran Pertama, fokus beralih pada persiapan putaran kedua. Kedua pasangan yang lolos melakukan konsolidasi dukungan politik, termasuk upaya meraih dukungan dari pendukung Agus-Sylvi. Strategi kampanye disempurnakan dan visi-misi dipertajam untuk menarik lebih banyak pemilih. Persiapan debat kandidat putaran kedua juga menjadi prioritas, sembari terus berupaya meredam tensi politik dan isu SARA yang masih membayangi.

Putaran Pertama Pilkada DKI 2017 telah memberikan gambaran yang jelas tentang dinamika politik di Jakarta. Hasil yang cukup mengejutkan, dengan selisih suara yang tipis antara dua pasangan teratas, menunjukkan bahwa preferensi pemilih Jakarta sangat beragam dan terbelah. Meskipun diwarnai berbagai kontroversi, pelaksanaan Putaran Pertama secara umum berjalan lancar dan mencerminkan kedewasaan demokrasi Indonesia. Tingginya tingkat partisipasi pemilih menjadi catatan positif yang menunjukkan kesadaran politik warga Jakarta.

Namun, munculnya isu SARA dan polarisasi di masyarakat menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh elemen bangsa untuk terus memperbaiki kualitas demokrasi Indonesia. Putaran Pertama Pilkada DKI 2017 bukan hanya tentang memilih pemimpin Jakarta, tetapi juga menjadi cermin bagi perjalanan demokrasi Indonesia yang masih memerlukan penyempurnaan di berbagai aspek. Pengalaman dari Putaran Pertama ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran berharga bagi penyelenggaraan Pilkada di masa mendatang, tidak hanya di Jakarta tetapi juga di seluruh Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya