Unabomber, Pelaku Pengeboman Berantai yang Memiliki IQ 167

Unabomber yang dikenal sulit bersosialisasi dengan orang lain tetap merasa terganggu dengan modernisasi meski sudah hidup menyendiri di hutan.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 05 Agu 2024, 11:45 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2024, 11:45 WIB
Theodore Kaczynski ditangkap di Montana, Amerika Serikat pada 3 April 1996 (AP).
Theodore Kaczynski ditangkap di Montana, Amerika Serikat pada 3 April 1996 (AP).

Liputan6.com, Jakarta Theodore Kaczynski yang dikenal dengan julukan Unabomber, adalah salah satu nama penting dalam catatan sejarah terorisme domestik Amerika Serikat. Mantan pengajar matematika yang memiliki kecerdasan tinggi, Kaczynski memutuskan untuk meninggalkan dunia akademis pada tahun 1969 untuk hidup mengasingkan diri dari masyarakat modern.

Namun, Unabomber yang dikenal sulit bersosialisasi dengan orang lain tetap merasa terganggu dengan modernisasi meski sudah hidup menyendiri di hutan. Antara tahun 1978 hingga 1995, Kaczynski melancarkan kampanye teror yang mematikan, mengklaim tiga nyawa dan melukai 23 orang lainnya. Dengan cara yang mengejutkan, ia menggunakan bom untuk menyerang individu yang dianggapnya terlibat dalam teknologi modern dan industrialisasi.

Motif di balik serangkaian aksi kekerasan ini berakar dari ketidaksetujuannya terhadap industrialisasi dan modernisasi yang dianggapnya merusak hubungan manusia dengan alam. Unabomber mengajukan kritik sosial yang radikal, menggunakan kekerasan sebagai alat untuk menyebarluaskan ajaran anarkisme yang berpusat pada alam. Berikut ulasan lebih lanjut tentang siapa Unabomber yang Liputan6.com rangkun dari berbagai sumber, Senin (5/7/2024).

Dari Anak Ajaib hingga Unabomber

Unabomber
Unabomber (Wikipedia)

Theodore Kaczynski lahir pada 22 Mei 1942 sebagai anak dari pasangan Polandia-Amerika, Theodore dan Wanda Kaczynski. Sejak usia dini, Kaczynski menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang matematika. Kecerdasannya yang mengesankan terlihat jelas saat ia masih duduk di bangku Evergreen Park Central School. Dengan IQ sebesar 167,  Unabomber diizinkan loncat kelas dari tingkat 5 langsung ke tingkat 7.

Meski memiliki kecerdasan tinggi, Kaczynski sering merasa terasing dari teman-teman sebayanya. Ketidakcocokan sosial dan rasa ketidaknyamanan di lingkungan sekitarnya membuatnya sering diganggu. Pengalaman ini membuatnya merasa ketakutan terhadap orang dan bangunan. Selama masa sekolah menengah, ketertarikan dan kecintaannya pada matematika semakin mendalam, ia lebih memilih memecahkan persamaan daripada bergaul dengan teman sebayanya.

Unabomber mendapatkan beasiswa untuk belajar di Universitas Harvard pada tahun 1962. Setelah lulus dari Harvard, Kaczynski melanjutkan pendidikan ke Universitas Michigan. Ia meraih gelar Ph.D. dalam bidang matematika pada usia 25 tahun.

Setelah menyelesaikan gelar Ph.D.-nya, Kaczynski memulai karir akademisnya sebagai asisten profesor di Universitas California pada tahun 1967.

Meskipun memiliki latar belakang akademis yang mengesankan, Kaczynski mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan kehidupan sosial di lingkungan akademik. Selama empat tahun bekerja di California, ia merasa terasing dan tidak nyaman dengan kehidupan sosial serta teknologi yang berkembang pesat.

 

 

Meninggalkan Dunia Akademis dan Membuat Manifesto Unabomber

Unabomber
Unabomber (Wikipedia)

Ketidaknyamanan dan rasa ketidakpuasan terhadap perkembangan teknologi dan kehidupan modern akhirnya mendorongnya untuk meninggalkan dunia akademis. Pada tahun 1971, Kaczynski memilih untuk pindah ke kawasan hutan terpencil di Montana, di mana ia membangun sebuah kabin kecil dari kayu di tengah hutan. Di tempat yang sederhana, tanpa fasilitas listrik, penghangat, atau saluran air bersih, ia menjalani kehidupan yang sangat terisolasi dan primitif.

Perubahan drastis dalam gaya hidup ini mencerminkan perubahan mendalam dalam pandangan dan ideologi Kaczynski. Dari seorang sarjana matematika yang cemerlang menjadi seorang pengkritik ekstrem teknologi modern, keputusan untuk pindah ke hutan menandai awal dari perjalanan hidup yang akan dikenal dengan aktivitas teror yang mengejutkan dan kontroversial.

Selama masa tinggalnya di hutan, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk membaca buku dari perpustakaan setempat dan menyusun versi awal manuskrip yang kemudian dikenal sebagai Manifesto Unabomber. Manuskrip ini kemudian berkembang membentuk ideologi dan kritik sosial yang akan menjadi pusat dari aksinya di masa depan.

Dari kabin kecilnya di tengah hutan, Kaczynski mulai dikenal bukan hanya sebagai seorang mantan akademisi tetapi sebagai pelaku serangkaian aksi teror yang menggemparkan. Ia mengirimkan paket berisi bom ke berbagai institusi perguruan tinggi dan perusahaan teknologi, yang menargetkan mereka sebagai simbol dari kemajuan teknologi dan industrialisasi yang ia tolak. Aksi teror yang dilakukannya membawa dampak besar, baik secara sosial maupun politik, dan membuat namanya dikenal luas sebagai Unabomber.

Aksi Teror Unabomber

Ilustrasi Bom
Ilustrasi Bom. (Freepik/Kjpargeter)

Unabomber pertama kali memulai aksi terornya dengan mengirimkan paket bom kepada seorang profesor di Universitas Northwestern pada 25 Mei 1978. Paket bom tersebut, yang dikirim melalui pos, meledak saat baru sampai di tangan satpam setempat. Di setiap bom yang dikirim, Kaczynski menyertakan surat dengan inisial “F.C.” (Freedom Club), sebuah identitas yang digunakannya untuk menandai karyanya.

Kaczynski tidak sekadar berusaha membunuh, tujuan utamanya adalah untuk menarik perhatian masyarakat terhadap pandangannya mengenai dampak negatif teknologi dan industrialisasi terhadap cara hidup manusia. Ia berharap dengan tindakan ekstrem ini, masyarakat akan lebih memperhatikan dan membaca tulisan-tulisannya yang membahas tema tersebut.

Rangkaian aksi teror Kaczynski kemudian semakin mencolok ketika bom-bomnya meledak di penerbangan American Airlines pada tahun 1979 dan di rumah presiden United Airlines pada tahun berikutnya. Penyelidik FBI membentuk gugus tugas yang dinamakan UNABOM (University and Airline Bombing) untuk menangani kasus ini. Media pun menjuluki pelaku sebagai “Unabomber” berdasarkan singkatan dari nama gugus tugas tersebut.

Selama periode serangan teror ini, total ada tiga orang yang tewas dan puluhan orang lainnya terluka akibat paket bom yang dikirimkan oleh Kaczynski. Kegiatan teror ini menjadi perhatian publik yang besar, menyebabkan kepanikan dan ketidakpastian di kalangan masyarakat.

FBI akhirnya berhasil menangkap Kaczynski pada 3 April 1996 setelah melakukan penggeledahan terhadap kabin terpencilnya di hutan Montana. Di sana, mereka menemukan berbagai bukti yang mengaitkan Kaczynski dengan serangkaian pengeboman, termasuk komponen bom, 40.000 halaman jurnal tulisan tangan yang mencakup eksperimen pembuatan bom, dan satu bom aktif yang siap kirim.

Kaczynski kemudian diadili di California dan New Jersey, di mana beberapa pengeboman fatalnya terjadi. Pada 22 Januari 1998, ia mengaku bersalah atas 16 dakwaan serangan bom dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat. 

Kematian Theodore Kaczynski Menutup Bab Kasus Unabomber

Ilustrasi penjara (pixabay)
Ilustrasi penjara (pixabay)

Pada Sabtu, 10 Juni 2023, Theodore Kaczynski ditemukan meninggal dunia di sel tahanannya di Federal Medical Center, North Carolina, Amerika Serikat. Kaczynski, yang berusia 81 tahun, meninggal dunia di tengah rumor bahwa ia menderita kanker stadium akhir. Namun, menurut laporan dari Associated Press, beberapa sumber mengindikasikan bahwa kematiannya disebabkan oleh bunuh diri.

Kematian Kaczynski menghidupkan kembali ingatan tentang kasus Unabomber yang kontroversial dan penuh gejolak. Selama periode 17 tahun, dari 1978 hingga 1995, Kaczynski melancarkan serangkaian pengeboman yang menargetkan berbagai institusi dan individu. Dalam kurun waktu tersebut, ia merakit total 16 bom yang mengakibatkan tiga kematian dan melukai 23 orang.

Keahlian Kaczynski dalam menyembunyikan identitas dan jejaknya membuat penangkapannya menjadi salah satu investigasi terlama dan termahal dalam sejarah FBI. Kampanye teror yang dilakukannya tidak hanya menimbulkan ketegangan dan ketakutan, tetapi juga menyoroti ketidakstabilan mental dan ideologi ekstrem yang mendorong tindakan-tindakannya.

Kematian Kaczynski menandai akhir dari salah satu kasus teror domestik yang paling dikenal dan membangkitkan kembali diskusi tentang dampak dari radikalisasi ideologi dan metode kekerasan ekstrem.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya