Liputan6.com, Jakarta Tidak semua keluarga bisa menjadi tempat perlindungan dan sumber dukungan bagi setiap anggotanya. Ada kalanya, keluarga malah menjadi sumber stres, tekanan, dan konflik yang berkelanjutan. Keluarga seperti ini sering disebut sebagai 'keluarga toxic'.
Nah, mengenali ciri-ciri keluarga toxic sendiri sangatlah penting. Dengan memahami ciri-ciri tersebut, kamu bisa menjaga kesehatan mental dengan baik dan tahu kapan harus mengambil tindakan yang tepat dan terbaik.
Bagi yang masih belum tahu apa saja ciri-ciri utama keluarga toxic, artikel ini akan membahas secara lengkap hal tersebut. Berikut penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Rabu (14/8/2024).
Advertisement
Â
Â
1. Komunikasi yang Tidak Sehat
Keluarga yang toxic ditandai dengan komunikasi yang buruk, seperti kritik yang terus-menerus, cemoohan, atau bahkan penghinaan. Anggota keluarga seringkali berteriak satu sama lain, tidak memperhatikan perasaan orang lain, atau kurang mendengarkan. Jenis komunikasi yang tidak sehat ini dapat membuat seseorang merasa tidak dihargai dan merusak rasa percaya diri.
Advertisement
2. Kontrol yang Berlebihan
Keluarga yang toxic seringkali memiliki anggota yang berusaha mengontrol kehidupan orang lain dengan cara yang nggak sehat. Ini bisa berupa orang tua yang terlalu protektif atau menuntut anak-anak untuk selalu mengikuti kehendak mereka, tanpa memberikan ruang untuk otonomi dan pengambilan keputusan sendiri. Perlu diketahui bahwa kontrol yang berlebihan ini bisa membuat seseorang merasa tercekik dan bahkan nggak mampu berkembang secara mandiri, lho.Â
3. Kekurangan Dukungan Emosional
Dalam keluarga yang toxic, dukungan emosional yang seharusnya ada bagi anggotanya sering kali tidak ada atau bahkan bisa menjadi sumber tekanan di dalam hidup. Ketika seseorang mencari dukungan atau pengertian, mereka sering kali malah mendapat cemoohan, diabaikan, atau dianggap sebagai beban. Hal-hal seperti ini tentunya dapat merusak kesehatan mental dan membuat seseorang merasa kesepian meski berada di tengah keluarga.
Advertisement
4. Lingkungan yang Dipenuhi dengan Konflik
Jika rumah sering kali menjadi medan perang, di mana konflik terjadi terus-menerus tanpa penyelesaian yang sehat, ini adalah tanda keluarga yang toxic. Pertengkaran yang berulang dan nggak pernah selesai hanya akan menambah ketegangan dan membuat anggota keluarga merasa kurang aman. Konflik yang nggak terselesaikan ini tentunya juga dapat menyebabkan trauma emosional yang dalam dan memengaruhi hubungan jangka panjang antar anggota keluarga.
5. Ekspektasi yang Tidak Realistis
Keluarga toxic sering menetapkan ekspektasi yang tidak realistis terhadap anggotanya, seperti tuntutan prestasi yang berlebihan atau standar perilaku yang tidak dapat dicapai. Ini menciptakan tekanan yang tidak sehat dan dapat mengakibatkan stres serta rasa tidak puas.
Mengatasi ekspektasi yang tidak realistis memerlukan dialog terbuka tentang kebutuhan dan batasan pribadi. Menetapkan tujuan yang realistis dan komunikasikan harapan secara jujur dengan anggota keluarga bisa membantu mengurangi tekanan dan meningkatkan kesejahteraan emosional.Â
Advertisement
6. Perasaan Isolasi
Keluarga toxic sering kali menyebabkan anggota merasa terasing atau diabaikan, baik secara fisik maupun emosional. Isolasi ini bisa mengakibatkan rasa kesepian dan menghambat kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat di luar keluarga.Â