Liputan6.com, Jakarta Dalam ajaran Islam, konsep qada dan qadar memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pandangan hidup dan keimanan seorang muslim. Qada dan qadar, yang sering disebut sebagai takdir, merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap penganut agama Islam. Memahami qada dan qadar dengan benar tidak hanya memperkuat keimanan, tetapi juga memberikan panduan dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.
Baca Juga
Advertisement
Qada dan qadar sering kali dipahami secara sederhana sebagai nasib atau takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Namun, konsep ini sebenarnya jauh lebih kompleks dan mendalam. Qada dan qadar mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari kelahiran hingga kematian, dari kebahagiaan hingga kesedihan, dan dari kesuksesan hingga kegagalan. Pemahaman yang tepat tentang qada dan qadar dapat membantu seorang muslim menjalani hidup dengan lebih bijaksana dan penuh makna.
Meskipun qada dan qadar sering disebutkan bersama, keduanya memiliki pengertian dan implikasi yang berbeda dalam ajaran Islam. Memahami perbedaan antara qada dan qadar, serta bagaimana keduanya berkaitan, sangatlah penting bagi umat Islam. Pengetahuan ini tidak hanya memperkaya wawasan keagamaan, tetapi juga memberikan perspektif yang lebih luas dalam memaknai setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan.
Berikut ini telah Liputan6.com ulas secara mendalam tentang pengertian qada dan qadar, perbedaan keduanya, serta bagaimana umat Islam mengimplementasikan keyakinan ini dalam kehidupan sehari-hari, pada Rabu (21/8).
Pengertian Qada dan Qadar
Pengertian Qada
Qada, secara etimologi, berasal dari bahasa Arab yang memiliki beragam makna, antara lain ketetapan, keputusan, perintah, pemberitahuan, dan penciptaan. Dalam konteks akidah Islam, qada diartikan sebagai ketetapan atau keputusan Allah SWT yang telah ditetapkan sejak zaman azali, yaitu sebelum penciptaan alam semesta.
Secara terminologi, para ulama mendefinisikan qada sebagai ilmu Allah yang azali (yang telah ada sejak dahulu) terhadap segala sesuatu yang akan terjadi pada makhluk-Nya, baik itu berkaitan dengan perbuatan-perbuatan Allah sendiri maupun perbuatan makhluk-Nya. Qada mencakup segala hal, baik yang baik maupun yang buruk, yang bermanfaat maupun yang membahayakan, serta segala peristiwa yang akan terjadi di masa depan.
Imam Al-Jurjani dalam kitabnya At-Ta'rifat mendefinisikan qada sebagai "ketetapan Allah terhadap segala sesuatu pada zaman azali bahwa sesuatu itu ada pada waktu tertentu dengan sifat-sifat tertentu". Definisi ini menekankan bahwa qada berkaitan dengan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu sebelum diciptakan.
Pengertian Qadar
Qadar, secara bahasa, berarti ukuran, kadar, atau ketentuan. Dalam konteks akidah Islam, qadar dipahami sebagai perwujudan atau implementasi dari qada Allah SWT. Jika qada adalah ketetapan Allah di alam azali, maka qadar adalah realisasi dari ketetapan tersebut dalam kehidupan makhluk.
Secara istilah, qadar didefinisikan sebagai penciptaan Allah terhadap segala sesuatu sesuai dengan ilmu dan kehendak-Nya yang azali. Ini berarti bahwa qadar adalah manifestasi dari qada Allah dalam bentuk kejadian-kejadian nyata di alam semesta.
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menjelaskan bahwa qadar adalah "terjadinya segala sesuatu sesuai dengan takdir yang telah ditentukan sebelumnya". Definisi ini menegaskan bahwa qadar berkaitan dengan kejadian-kejadian aktual yang sesuai dengan ketetapan Allah sebelumnya.
Advertisement
Perbedaan Qada dan Qadar
Meskipun qada dan qadar sering disebutkan bersama dan berkaitan erat, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Memahami perbedaan ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dalam konsep takdir dalam Islam.
1. Berdasarkan Pengertian:
Qada merujuk pada ketetapan atau keputusan Allah yang telah ada sejak zaman azali, sebelum penciptaan alam semesta. Ini berkaitan dengan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu yang akan terjadi. Sementara itu, qadar adalah perwujudan atau implementasi dari ketetapan tersebut dalam realitas kehidupan makhluk.
2. Berdasarkan Waktu:
Qada terjadi di alam azali, sebelum penciptaan alam semesta. Ini adalah rencana Allah yang telah ditetapkan sebelumnya. Qadar, di sisi lain, terjadi di alam syahadah (alam nyata), yaitu ketika ketetapan Allah itu direalisasikan dalam bentuk kejadian-kejadian aktual.
3. Berdasarkan Sifat:
Qada bersifat global dan menyeluruh, mencakup seluruh rencana Allah untuk semua makhluk dan peristiwa. Qadar bersifat terperinci dan spesifik, merujuk pada kejadian-kejadian individual yang terjadi sesuai dengan rencana Allah.
4. Berdasarkan Fleksibilitas:
Qada, sebagai ketetapan Allah yang azali, bersifat tetap dan tidak berubah. Namun, qadar memiliki tingkat fleksibilitas tertentu. Dalam konteks qadar, doa dan ikhtiar manusia dapat mempengaruhi bagaimana qadar itu terwujud, meskipun tetap dalam kerangka qada Allah.
5. Berdasarkan Contoh:
Contoh qada adalah ketetapan Allah bahwa manusia akan mengalami kematian. Ini adalah ketetapan yang pasti dan tidak dapat diubah. Contoh qadar adalah waktu, tempat, dan cara seseorang meninggal, yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk usaha dan doa manusia itu sendiri.
6. Berdasarkan Ayat Al-Qur'an:
Ayat-ayat yang menjelaskan tentang qada antara lain terdapat dalam:
- Surah Al-Isra ayat 23, yang berbicara tentang ketetapan Allah untuk beribadah hanya kepada-Nya dan berbuat baik kepada orang tua.
- Surah Ali Imran ayat 47, yang menjelaskan tentang kehendak Allah dalam penciptaan.
Sementara ayat-ayat yang menjelaskan tentang qadar dapat ditemukan dalam:
- Surah Fussilat ayat 10, yang berbicara tentang Allah yang mengatur dan menentukan segala sesuatu berdasarkan ukurannya.
- Surah Al-Qamar ayat 49, yang menegaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (qadar).
Bagaimana Umat Islam Mengimani Qada dan Qadar
Beriman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap muslim. Keyakinan ini memiliki implikasi yang mendalam dalam kehidupan seorang muslim, mempengaruhi cara pandang, sikap, dan tindakan dalam menghadapi berbagai situasi. Berikut adalah beberapa cara umat Islam mengimplementasikan keyakinan terhadap qada dan qadar:
1. Meyakini Ketetapan Allah:
Umat Islam wajib meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini telah ditetapkan oleh Allah SWT. Keyakinan ini didasarkan pada firman Allah dalam Surah Al-Qamar ayat 49 yang artinya: "Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." Meyakini ketetapan Allah berarti memahami bahwa tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi di luar pengetahuan dan izin Allah.
2. Berusaha dan Bertawakal:
Meskipun meyakini adanya takdir, umat Islam tetap diwajibkan untuk berusaha dan berikhtiar. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah Ar-Ra'd ayat 11 yang artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." Keyakinan terhadap qada dan qadar tidak boleh menjadikan seorang muslim bersikap pasif atau fatalistik. Sebaliknya, ia harus berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuannya, sambil menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah (tawakkal).
3. Menerima Ketentuan Allah:
Setelah berusaha secara maksimal, umat Islam diajarkan untuk menerima hasil akhir sebagai ketentuan Allah yang terbaik. Sikap ini akan membawa pada ketenangan batin dan terhindar dari kekecewaan berlebihan jika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan. Menerima ketentuan Allah bukan berarti menyerah pada keadaan, tetapi memahami bahwa ada hikmah di balik setiap kejadian.
4. Introspeksi Diri:
Ketika menghadapi musibah atau kegagalan, umat Islam dianjurkan untuk melakukan introspeksi diri, bukan menyalahkan takdir. Ini adalah bentuk pemahaman bahwa manusia memiliki peran dalam menentukan nasibnya sendiri. Introspeksi diri membantu seorang muslim untuk terus memperbaiki diri dan belajar dari pengalaman.
5. Bersyukur dan Bersabar:
Dalam menghadapi qada dan qadar, umat Islam diajarkan untuk bersyukur atas nikmat dan bersabar atas ujian. Kedua sikap ini merupakan manifestasi dari keimanan terhadap qada dan qadar. Bersyukur atas kebaikan yang diterima akan mendatangkan keberkahan dan tambahan nikmat, sedangkan bersabar atas ujian akan menguatkan iman dan mendatangkan pahala.
6. Tidak Bersikap Sombong:
Beriman kepada qada dan qadar akan mencegah seseorang dari sikap sombong atas keberhasilan yang dicapai, karena ia menyadari bahwa semua pencapaian adalah atas izin dan pertolongan Allah SWT. Kesadaran ini akan melahirkan sikap rendah hati dan selalu bergantung kepada Allah.
7. Selalu Berprasangka Baik (Husnuzan):
Keyakinan terhadap qada dan qadar mendorong seorang muslim untuk selalu berprasangka baik kepada Allah SWT. Ia meyakini bahwa segala ketetapan Allah pasti mengandung hikmah dan kebaikan, meskipun terkadang tidak dapat dipahami secara langsung. Sikap husnuzan ini akan membawa pada ketenangan hati dan optimisme dalam menjalani kehidupan.
8. Memahami Konsep Sebab-Akibat:
Beriman kepada qada dan qadar tidak berarti mengabaikan hukum sebab-akibat yang Allah tetapkan di alam semesta. Seorang muslim harus memahami bahwa Allah telah menetapkan sistem sebab-akibat dalam kehidupan, dan manusia diwajibkan untuk mengikuti sistem tersebut. Misalnya, jika ingin sukses dalam ujian, seseorang harus belajar dengan sungguh-sungguh, bukan hanya berdoa tanpa usaha.
9. Meningkatkan Kualitas Ibadah:
Pemahaman yang benar tentang qada dan qadar akan mendorong seorang muslim untuk meningkatkan kualitas ibadahnya. Ia menyadari bahwa setiap amal dan ibadah yang dilakukan telah ditentukan oleh Allah, namun ia juga memahami bahwa usaha dan niatnya dalam beribadah akan mempengaruhi hasil akhirnya.
10. Menjaga Keseimbangan antara Ikhtiar dan Tawakal:
Islam mengajarkan keseimbangan antara usaha (ikhtiar) dan berserah diri (tawakal). Seorang muslim harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuannya, namun pada saat yang sama ia harus menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah. Keseimbangan ini akan menghindarkan seseorang dari sikap ekstrem, baik terlalu mengandalkan usaha sendiri maupun terlalu pasrah tanpa usaha.
11. Memahami Konsep Qada Mubram dan Qada Mu'allaq:
Para ulama membagi qada menjadi dua jenis: qada mubram (ketetapan yang pasti) dan qada mu'allaq (ketetapan yang tergantung). Qada mubram adalah ketetapan Allah yang pasti terjadi dan tidak dapat diubah, seperti kematian. Sementara qada mu'allaq adalah ketetapan yang masih dapat dipengaruhi oleh usaha dan doa manusia. Pemahaman ini memberikan ruang bagi manusia untuk berusaha dan berdoa, sambil tetap meyakini kekuasaan mutlak Allah.
12. Menjadikan Qada dan Qadar sebagai Motivasi:
Iman kepada qada dan qadar seharusnya menjadi motivasi bagi seorang muslim untuk selalu berbuat yang terbaik. Ia menyadari bahwa setiap perbuatannya telah dicatat dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Oleh karena itu, ia akan berusaha untuk selalu melakukan kebaikan dan menghindari keburukan.
Memahami dan mengimani qada dan qadar merupakan aspek fundamental dalam kehidupan seorang muslim. Keyakinan ini bukan berarti menyerah pada nasib atau bersikap fatalistik, melainkan mendorong seseorang untuk berusaha maksimal sambil berserah diri kepada Allah SWT. Dengan pemahaman yang benar tentang qada dan qadar, umat Islam dapat menjalani kehidupan dengan optimisme, kesabaran, dan kebijaksanaan.
Advertisement