6 Fakta Menarik Negara Mali, Terkurung dan Punya Banyak Bahasa Nasional

Meski besar, Mali memiliki populasi kecil yang terkonsentrasi di sekitar Sungai Niger.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 02 Sep 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2024, 13:00 WIB
Fakta Menarik Negara Mali
Fakta Menarik Negara Mali (Sumber: Wikipedia)

Liputan6.com, Jakarta Mali menjadi sebuah negara di jantung Afrika Barat yang secara geografis menjadi dua wilayah utama, daerah nomaden di Sahel dan Sahara serta zona pertanian di wilayah Sudan. Sekitar tiga per lima populasi Mali tinggal di pedesaan. Arsitektur tradisional Mali mencerminkan adaptasi terhadap iklim dan lingkungan, dengan bangunan-bangunan berbahan dasar tanah liat yang dirancang untuk menahan suhu ekstrem.

Meski besar, Mali memiliki populasi kecil yang terkonsentrasi di sekitar Sungai Niger. Kelompok etnis dominan adalah Bambara, dengan kelompok lainnya seperti Fulani, Dogon, dan Tuareg juga hadir. Ekonomi negara ini berfokus pada pertanian, dengan produksi kapas, penggembalaan, dan perikanan sebagai kegiatan utama.

Mali memiliki sejarah yang kaya sebagai bagian dari kerajaan besar pra-kolonial Ghana, Mali, dan Songhai. Kota Timbuktu, yang terkenal sebagai pusat perdagangan dan pembelajaran, terletak di sini. Kota-kota penting lainnya termasuk Djenné, dengan masjid ikoniknya, dan Mopti, pusat pasar yang ramai. Wilayah Dogon di dataran tinggi Bandiagara adalah destinasi wisata menarik. Ibu kota Bamako, terletak di tepi Sungai Niger, terus berkembang pesat. Berikut ulasan lebih lanjut tentang fakta menarik negara Mali yang Liputran6.com rangkum dari berbagai sumber, Seni (2/9/2024).

1. Wilayahnya Terisolasi

Lanskap di Hombori, Mali
Lanskap di Hombori, Mali (Sumber: Wikipedia)

Mali, negara yang terletak di Afrika Barat, dikenal dengan wilayahnya yang terisolasi dan kering. Sebagai negara daratan, Mali dikelilingi oleh negara-negara seperti Aljazair, Niger, Burkina Faso, Côte d'Ivoire, Guinea, Senegal, dan Mauritania. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran luas dan datar, dengan dua sistem sungai utama—Sungai Niger dan Senegal—yang melintasinya.

Mali memiliki iklim yang panas dan kering, dengan dua musim utama: musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau berlangsung dari November hingga Juni, ditandai dengan suhu tinggi dan kelembapan rendah. Musim hujan, dari Juni hingga Oktober, membawa hujan lebat namun hanya terjadi di sebagian wilayah selatan. Selain itu, tanah di luar lembah Sungai Niger umumnya kurang subur, terdiri dari pasir, batu, dan kerikil di daerah gurun.

Meski memiliki ukuran yang besar, Mali memiliki populasi yang relatif kecil dan terpusat di sepanjang Sungai Niger. Wilayahnya yang terisolasi dan kurang aksesibilitas menjadikannya sebagai negara yang sulit dijangkau, namun juga memiliki keunikan tersendiri. Dengan sejarah yang kaya, seperti kota Timbuktu yang legendaris, Mali tetap menjadi titik fokus dalam studi sejarah dan budaya Afrika Barat.

2. Mansa Musa, Raja Terkaya Sepanjang Masa

Salah satu fakta paling mencolok tentang Mali adalah kekayaan Mansa Musa, Raja ke-10 dari Kerajaan Mali. Mansa Musa, yang memerintah pada awal abad ke-14, dikenal sebagai salah satu orang terkaya sepanjang masa, dengan kekayaan yang diperkirakan mencapai USD 400 miliar atau sekitar Rp6.282 triliun. Kekayaan luar biasa ini terutama berasal dari perdagangan emas dan garam, yang merupakan komoditas penting pada masa itu.

Kekayaan Mansa Musa bukan hanya dilihat dari jumlah hartanya, tetapi juga dari kemurahan hatinya. Ketika melakukan perjalanan haji ke Mekkah, dia dikenal membagikan emas kepada penduduk setempat dan memberikan hadiah yang melimpah, menyebabkan inflasi harga emas di wilayah yang dia lewati. Keberpihakan Mansa Musa terhadap rakyatnya dan kemurahan hati yang dia tunjukkan menjadikannya sebagai salah satu figur legendaris dalam sejarah dunia.

3. Bògòlanfini, Kain Tradisional Mali

Pintu masuk ke masjid Djinguereber
Pintu masuk ke masjid Djinguereber (Sumber: Wikipedia)

Mali juga terkenal dengan kerajinan tangan tradisionalnya, terutama kain Bògòlanfini, yang dikenal secara lokal sebagai "kain lumpur". Kain ini dibuat dengan teknik yang melibatkan pencelupan kain katun dalam lumpur yang kaya akan kandungan besi, kemudian dikeringkan dan diolah untuk menciptakan pola-pola yang kompleks dan artistik. Bògòlanfini tidak hanya merupakan produk kerajinan tangan, tetapi juga simbol identitas budaya dan sejarah Mali. Teknik pembuatan kain ini diwariskan dari generasi ke generasi dan sering digunakan dalam upacara-upacara penting serta sebagai pakaian sehari-hari.

4. Bahasa Nasional Lebih Dari Satu

Mali adalah negara yang secara linguistik sangat kaya. Selain bahasa resmi Prancis, Mali memiliki 12 bahasa nasional yang digunakan oleh berbagai kelompok etnis di negara ini. Bahasa-bahasa ini termasuk Bambara, yang merupakan bahasa utama dan sering digunakan dalam administrasi dan media, serta bahasa-bahasa seperti Tieya Xo Bozo, Soninke, Maasina Fulfulde, Mamara Senoufo, Bomu, dan Hassaniya Arabic. Keberagaman bahasa ini mencerminkan kompleksitas dan kekayaan budaya Mali serta hubungan harmonis antara berbagai kelompok etnis yang ada.

5. Habitat Gajah Afrika

Gajah Afrika
Pergerakan-pergerakan gajah di malam hari meningkat pesat bersamaan dengan peningkatan pencurian, terutama di kalangan gajah betina. (Sumber AFP/Jewel Samad)

Satu lagi aspek menarik tentang Mali adalah perannya sebagai habitat bagi gajah Afrika. Suku Tuareg dan Fulani, yang dikenal sebagai suku nomaden, sering berpindah tempat bersama kawanan gajah. Mali, terutama di wilayah Gurun Mali, menjadi tempat yang penting bagi migrasi gajah. Penelitian oleh Jake Wall dari Kenya mengungkapkan bahwa migrasi gajah terbesar terjadi di wilayah ini, di mana mereka datang untuk mencari makan dan minum. Kehadiran gajah yang melimpah di Mali menambah dimensi ekologis dan konservasi yang penting bagi negara ini.

6. Warisan Dunia UNESCO

Mali memiliki sejumlah situs warisan dunia yang diakui oleh UNESCO, yang mencerminkan kekayaan sejarah dan budaya negara ini. Kota Tua Djenné adalah contoh arsitektur tanah liat yang luar biasa, dengan 2000 rumah tradisional yang telah berdiri sejak abad ke-3 SM. Kota ini dikenal dengan bangunan-bangunan yang terbuat dari tanah liat yang dirawat dengan sangat baik. Selain itu, Timbuktu, yang merupakan pusat intelektual dan perdagangan pada masa lalu, juga merupakan situs penting yang menyimpan banyak manuskrip kuno dan bangunan bersejarah.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya