Bagaimana Kemacetan Memengaruhi Kesehatan Mental? Ketahui Apa Saja Dampaknya

Kemacetan memengaruhi kesehatan mental dengan berkontribusi terhadap stres harian yang dialami masyarakat, terutama pada jam sibuk seperti saat berangkat atau pulang kerja.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 06 Sep 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2024, 18:00 WIB
Ilustrasi kemacetan
Kemacetan Ibukota sudah tak bisa lagi dihindari. Apalagi pada pagi dan sore hari menjelang jam pulang kantor. Kondisi jalanan yang semakin ramai, membuat banyak masyarakat memilih kendaraan roda dua atau sepeda motor.

Liputan6.com, Jakarta Bagaimana kemacetan memengaruhi kesehatan mental? Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu masalah yang dihadapi masyarakat di kota-kota besar, termasuk Jakarta. Permasalah ini ternyata memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental.

Kemacetan menjadi sumber keresahan yang memicu gangguan emosional dan stres. Kondisi ini terutama memengaruhi mereka yang sudah memiliki gangguan kesehatan mental, karena memperburuk situasi dengan berbagai tekanan tambahan, seperti keterlambatan kerja, paparan polusi, dan ketidaknyamanan fisik.

Kemacetan tidak hanya mengganggu waktu dan produktivitas masyarakat, tetapi juga memiliki implikasi emosional yang mendalam. Kemacetan memengaruhi kesehatan mental dengan berkontribusi terhadap stres harian yang dialami masyarakat, terutama pada jam sibuk seperti saat berangkat atau pulang kerja. 

Selain itu, kemacetan menciptakan suasana yang tidak kondusif bagi kesehatan mental, terutama bagi mereka yang bepergian dengan anak-anak. Kondisi jalan yang padat dan lambat membuat anak-anak merasa risih, sehingga dapat menambah stres bagi orang tua dan memperburuk kondisi emosional di dalam kendaraan.

Berikut ulasan tentang bagaimana kemacetan memengaruhi kesehatan mental yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (6/9/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Intensifikasi Aktivitas Listrik Otak dan Penurunan Kemampuan Mental

BPS Catat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,31 Persen
Ratusan kendaraan terjebak kemacetan di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun 2022 mencapai 5,31 persen secara tahunan (yoy), angka tersebut sesuai dengan target APBN 2022 yang dipatok pemerintah sebesar 5,1-5,3 persen (yoy). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penelitian dari ilmuwan Belanda menunjukkan bahwa terjebak dalam kemacetan selama lebih dari 30 menit dan terpapar asap dapat menyebabkan peningkatan aktivitas listrik otak. Hal ini menandakan bahwa otak berada dalam kondisi stres yang intens. Jika hal ini terjadi dalam jangka waktu lama, maka dapat menyebabkan penurunan kemampuan mental secara keseluruhan. Pengaruh negatif dari paparan polusi udara dan kebisingan selama kemacetan berpotensi merusak fungsi otak dan kognisi seseorang.

Kemacetan juga diketahui dapat memicu kondisi psikologis yang dikenal sebagai Intermittent Explosive Disorder (IED), yaitu gangguan yang ditandai dengan episode ledakan emosi atau kemarahan yang tidak proporsional. Psikolog menjelaskan bahwa kemacetan lalu lintas yang berkepanjangan dan sering dapat memicu respons kemarahan ekstrem, yang dapat mengganggu fungsi otak dan memengaruhi kesehatan mental seseorang. Kondisi ini memperlihatkan bahwa kemacetan tidak hanya mempengaruhi lingkungan, tetapi juga membawa dampak buruk bagi kesehatan mental.

Peningkatan Stres dan Perilaku Agresif

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Aggressive Behavior (1999) menunjukkan bahwa kemacetan lalu lintas yang parah dapat meningkatkan tingkat stres dan perilaku agresif pada pengemudi, baik laki-laki maupun perempuan. Meskipun penelitian tersebut menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam level stres antara pengendara laki-laki dan perempuan, dampak kemacetan dapat lebih dirasakan oleh perempuan pekerja yang juga menangani urusan domestik. Beban ganda ini meningkatkan kecemasan dan stres yang, jika terus-menerus, dapat berdampak serius pada kesehatan mental mereka.


Kecemasan dan Penurunan Kualitas Hidup

Ramai Peziarah, Kawasan Karet Bivak Macet
Kendaraan terjebak kemacetan saat melintas di sekitar TPU Karet Bivak, Jakarta, Sabtu (4/5). Ramainya warga yang berziarah jelang Ramadan menimbulkan kemacetan di kawasan tersebut akibat banyak parkir liar serta warga yang berlalu lalang. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Durasi perjalanan yang panjang akibat kemacetan dapat menyebabkan berkurangnya waktu tidur dan istirahat seseorang. Hal ini berdampak langsung pada kualitas hidup, seperti berkurangnya waktu untuk berinteraksi dengan anak-anak atau melakukan kegiatan sosial lainnya.

Kurangnya waktu untuk istirahat dan rekreasi ini berpotensi menimbulkan perasaan kelelahan, kecemasan, dan frustrasi. Akumulasi stres ini, jika tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti kecemasan kronis dan depresi.

Kondisi fisik dan mental yang menurun akibat kemacetan kemudian dapat mempengaruhi performa kerja para pekerja. Stres yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas mengurangi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.

Kelelahan yang diakibatkan oleh perjalanan panjang dan melelahkan setiap hari membuat pekerja lebih cepat merasa frustrasi. Akumulasi frustrasi ini dapat berdampak pada kondisi mental yang buruk dan produktivitas yang menurun.


Kesehatan Fisik yang Berdampak pada Kesehatan Mental

H-2 Idul Fitri 1443H, Gerbang Tol Cikampek Masih Padat
Foto udara memeperlihatkan kendaraan pemudik terjebak kemacetan ketika hendak memasuki Gerbang Tol Cikampek Utama, Jawa Barat, Sabtu (30/4/2022). Pada H-2 Lebaran ini, sejumlah rekayasa lalu lintas masih diberlakukan di ruas tol trans jawa baik sistem contraflow hingga one way guna mengatasi kepadatan lalulintas. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kemacetan juga dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan fisik seperti peningkatan tekanan darah, sakit kepala, nyeri pada punggung, kaki, dan leher, serta risiko penyakit jantung dan stroke akibat stres yang berkepanjangan. Kesehatan fisik yang menurun dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Ketika tubuh lelah dan sakit, seseorang menjadi lebih rentan terhadap gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan fisik dan mental saling terkait erat; dengan menurunnya kesehatan fisik, performa mental dan emosional juga dapat terpengaruh.

Bagi pengendara sepeda motor dan penduduk yang tinggal di sekitar jalan yang padat, paparan polusi udara yang tinggi merupakan masalah serius. Polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor berkontribusi terhadap berbagai penyakit pernapasan, seperti asma dan kanker paru-paru. 

Penelitian di Los Angeles menunjukkan bahwa polusi udara di sekitar panti jompo dapat memperburuk kondisi kesehatan lansia, terutama terkait dengan penyakit jantung koroner. Polusi udara tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental, karena penyakit fisik yang parah sering kali diiringi oleh kecemasan, stres, dan depresi.

Kematian Dini Jadi Dampak Jangka Panjang

Penelitian dari Harvard School of Public Health mengaitkan emisi yang dikeluarkan saat macet dengan kematian dini penduduk di 83 kota di AS. Emisi dan polusi dari kendaraan bermotor yang terjebak kemacetan tidak hanya berkontribusi terhadap kematian dini tetapi juga menyebabkan masalah kesehatan kronis yang mempengaruhi kesehatan mental masyarakat dalam jangka panjang.

Meski banyak yang mengeluh tentang kemacetan, sebagian orang mencoba untuk beradaptasi dengan cara mengatur jadwal aktivitas mereka atau menanggapi masalah ini dengan humor. Namun, adaptasi ini tidak mengatasi akar masalah atau dampak negatif dari kemacetan terhadap kesehatan mental. Perasaan pasrah atau mencoba untuk menormalkan kemacetan bisa membuat orang mengabaikan dampak kumulatif dari stres kronis yang ditimbulkannya.


Cara Mengantisipasi Gangguan Mental Karena Kemacetan

Semrawut Kemacetan Truk Kontainer di Tanjung Priok
Penumpukan kendaraan di Jalan Yos Sudarso arah Cawang di pintu Tol Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/7). Kemacetan panjang kendaraan yang didominasi truk kontainer jadi pemandangan rutin di Tanjung Priok. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Stres akibat kemacetan tidak hanya disebabkan oleh durasi perjalanan yang panjang, tetapi juga oleh berbagai faktor seperti polusi udara, ketidakpastian waktu, dan kelelahan fisik serta mental. Untuk mengurangi dampak negatif ini, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil.

1. Mengatur Jadwal dan Rute Perjalanan dengan Lebih Baik

Merencanakan perjalanan dengan lebih baik dapat membantu mengurangi stres akibat kemacetan. Menghindari jam-jam sibuk atau memilih rute alternatif yang lebih sedikit mengalami kemacetan bisa menjadi solusi.

Teknologi navigasi saat ini menawarkan fitur real-time traffic yang dapat membantu pengguna menghindari kemacetan. Bagi yang memiliki fleksibilitas kerja, memilih untuk berangkat lebih awal atau lebih siang, serta mempertimbangkan opsi bekerja dari rumah, bisa menjadi solusi untuk mengurangi frekuensi terjebak dalam kemacetan.

2. Menggunakan Transportasi Umum 

Menggunakan transportasi umum seperti bus, kereta, atau angkutan massal lainnya dapat mengurangi beban mental karena pengendara tidak harus aktif menyetir sepanjang perjalanan. Ini memberikan kesempatan untuk beristirahat, membaca buku, mendengarkan musik, atau melakukan aktivitas lain yang lebih rileks. Transportasi alternatif seperti sepeda, skuter listrik, atau bahkan berjalan kaki jika memungkinkan juga dapat mengurangi tingkat stres sambil meningkatkan kebugaran fisik.

3. Melakukan Relaksasi dan Meditasi

Teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, dan latihan mindfulness dapat membantu mengurangi stres selama perjalanan. Menurut psikolog Novi Poespita Candra dari Universitas Gadjah Mada (UGM), stimulasi syaraf simpatik yang dilakukan melalui meditasi atau teknik relaksasi dapat merelaksasi otot dan tubuh sehingga membantu seseorang mengelola pikiran dan emosi mereka. Melakukan latihan-latihan ini sebelum atau sesudah perjalanan, atau bahkan selama perjalanan menggunakan transportasi umum, dapat menjadi cara efektif untuk mengurangi stres.

4. Mendengarkan Musik atau Podcast yang Menenangkan

Mengisi waktu perjalanan dengan mendengarkan musik, podcast, atau buku audio yang menenangkan dapat membantu mengalihkan perhatian dari kemacetan dan mengurangi ketegangan. Mendengarkan musik yang memiliki tempo lambat atau musik instrumental dapat membantu menurunkan tingkat stres dan membantu pengendara merasa lebih rileks.

5. Menerapkan Gaya Hidup Sehat

Menjaga kesehatan fisik dengan berolahraga secara teratur, makan makanan yang sehat, dan mendapatkan istirahat yang cukup adalah kunci untuk meningkatkan daya tahan terhadap stres. Olahraga teratur dapat membantu tubuh melepaskan endorfin, yaitu hormon yang membuat perasaan lebih baik dan mengurangi stres. Dengan menjaga tubuh tetap bugar, seseorang akan lebih siap menghadapi stres akibat kemacetan.

6. Mengelola Ekspektasi dan Mencari Hiburan Selama di Perjalanan

Menyesuaikan ekspektasi dan memahami bahwa kemacetan adalah bagian dari kehidupan kota dapat membantu mengurangi rasa frustrasi. Selain itu, mencari hiburan kecil selama perjalanan seperti bermain permainan sederhana, mendengarkan stand-up comedy, atau berinteraksi dengan penumpang lain (jika menggunakan transportasi umum) bisa membuat perjalanan terasa lebih ringan dan mengurangi tingkat stres.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya