Liputan6.com, Jakarta Seruit, hidangan khas Lampung yang memikat hati dengan kelezatannya, telah menjadi ikon kuliner yang tak bisa dipisahkan dari budaya masyarakat setempat. Perpaduan antara ikan yang dimasak sempurna dengan sambal terasi yang pedas dan tempoyak yang asam membuat seruit menjadi sajian yang begitu menggugah selera. Bagi para pecinta kuliner nusantara, seruit menawarkan pengalaman gastronomi yang unik dan tak terlupakan.
Baca Juga
Advertisement
Lebih dari sekadar hidangan, seruit telah menjadi bagian integral dari kehidupan sosial masyarakat Lampung. Tradisi "nyeruit" atau makan seruit bersama-sama telah lama menjadi medium untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan masyarakat. Kegiatan menyantap seruit bersama ini tidak hanya memuaskan lidah, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan memelihara nilai-nilai kebersamaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Lampung.
Meskipun seruit telah ada sejak lama, popularitasnya terus meningkat seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan pentingnya melestarikan kuliner tradisional. Saat ini, seruit tidak hanya dapat dinikmati di rumah-rumah penduduk Lampung, tetapi juga telah merambah ke berbagai rumah makan dan restoran. Bahkan, seruit kini menjadi salah satu daya tarik wisata kuliner yang dicari oleh para pelancong yang berkunjung ke Provinsi Lampung.
Untuk lebih mengenal Seruit, berikut ini telah Liputan6.com rangkum informasi lengkapnya, pada Kamis (26/9).
Sejarah dan Asal-usul Seruit
Seruit memiliki akar sejarah yang dalam pada budaya masyarakat Lampung. Hidangan ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat selama berabad-abad, dengan resep yang diwariskan dari generasi ke generasi. Asal-usul seruit berkaitan erat dengan kekayaan sumber daya alam Lampung, terutama melimpahnya hasil perikanan dari sungai-sungai dan laut di sekitar wilayah ini.
Secara kultural, Lampung memiliki dua kelompok masyarakat adat utama, yakni Lampung Sai Batin dan Lampung Pepadun. Kedua kelompok ini memiliki tradisi berkumpul yang kuat, dan seruit menjadi hidangan yang mempersatukan mereka dalam berbagai acara sosial dan adat. Bagi masyarakat Lampung Pepadun khususnya, seruit bahkan dianggap sebagai makanan pokok yang tak bisa dipisahkan dari keseharian mereka.
Seiring berjalannya waktu, seruit telah mengalami evolusi dalam hal bahan dan cara penyajiannya. Meskipun demikian, esensi dari hidangan ini tetap terjaga, yaitu sebagai makanan yang mempersatukan dan mempererat ikatan sosial masyarakat Lampung.
Komposisi dan Cara Membuat Seruit
Seruit terdiri dari beberapa komponen utama yang masing-masing memiliki peran penting dalam menciptakan cita rasa yang khas:
- Ikan: Umumnya digunakan ikan sungai seperti belida, baung, atau layis. Namun, seiring perkembangan waktu, ikan laut juga mulai digunakan sebagai variasi. Ikan ini biasanya digoreng atau dibakar hingga matang sempurna.
- Sambal Terasi: Komponen penting yang memberikan rasa pedas dan gurih pada seruit. Sambal ini terbuat dari campuran cabai merah, cabai kecil, garam, penyedap rasa, rampai, dan terasi bakar yang ditumbuk hingga halus.
- Tempoyak: Olahan durian yang difermentasi, memberikan rasa asam yang khas pada seruit. Sebagai alternatif, terkadang digunakan juga mangga sebagai pengganti tempoyak.
- Lalapan: Berbagai jenis sayuran segar seperti daun kemangi, terong bakar, jengkol, dan daun jambu monyet yang menambah kesegaran dan tekstur pada hidangan.
Proses pembuatan seruit melibatkan beberapa tahapan:
- Persiapan Ikan: Ikan dibumbui dengan campuran bawang putih, garam, kunyit, dan jahe yang telah dihaluskan.
- Pemasakan Ikan: Ikan dibakar selama sekitar 10 menit. Saat setengah matang, ikan diolesi dengan campuran kecap manis, bawang putih, garam, dan ketumbar.
- Pembuatan Sambal: Bahan-bahan sambal ditumbuk hingga halus.
- Penyajian: Ikan yang sudah matang disajikan bersama sambal, tempoyak, dan lalapan. Semua bahan ini kemudian dicampur dan diaduk menjadi satu.
Advertisement
Tradisi Nyeruit dan Nilai Sosial Budaya
"Nyeruit" atau makan seruit bersama telah menjadi tradisi yang mengakar kuat dalam masyarakat Lampung. Kegiatan ini lebih dari sekadar makan bersama; ia merupakan sebuah ritual sosial yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat.
Tradisi nyeruit biasanya dilakukan dalam berbagai kesempatan, seperti acara pernikahan, upacara adat, atau perayaan keagamaan. Dalam acara-acara ini, seruit disajikan sebagai hidangan utama yang dinikmati bersama-sama oleh para tamu dan tuan rumah. Cara makan seruit yang tradisional adalah dengan tangan, sambil duduk lesehan di atas tikar atau lantai.
Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi nyeruit antara lain:
- Kebersamaan: Makan bersama dalam satu wadah besar mencerminkan semangat kebersamaan dan persatuan.
- Kesederhanaan: Penggunaan tangan dan duduk lesehan menunjukkan kesederhanaan dan kesetaraan antar peserta.
- Penghargaan terhadap alam: Penggunaan bahan-bahan lokal dalam seruit mencerminkan penghargaan terhadap kekayaan alam setempat.
- Pelestarian budaya: Melalui tradisi nyeruit, nilai-nilai dan pengetahuan kuliner tradisional diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Seruit dalam Konteks Modern
Meskipun berakar pada tradisi, seruit terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Beberapa perubahan dan adaptasi yang terjadi antara lain:
- Variasi Bahan: Selain ikan sungai tradisional, kini seruit juga bisa dibuat dengan ikan laut atau bahkan ayam untuk memenuhi selera yang lebih beragam.
- Penyajian di Restoran: Seruit kini bisa dinikmati di berbagai rumah makan dan restoran, tidak hanya di acara-acara adat atau keluarga.
- Inovasi Kuliner: Beberapa koki kreatif telah mencoba mengembangkan seruit fusion, menggabungkan elemen tradisional seruit dengan teknik dan presentasi modern.
- Promosi Wisata Kuliner: Seruit menjadi salah satu daya tarik wisata kuliner Lampung, dipromosikan sebagai pengalaman gastronomi yang unik bagi para wisatawan.
- Pelestarian dan Edukasi: Berbagai upaya dilakukan untuk mendokumentasikan dan mengajarkan cara membuat seruit kepada generasi muda, termasuk melalui workshop dan festival kuliner.
Melalui berbagai adaptasi ini, seruit terus bertahan sebagai warisan kuliner yang relevan dan menarik, tidak hanya bagi masyarakat Lampung tetapi juga bagi pecinta kuliner dari berbagai daerah.