Liputan6.com, Jakarta Dalam lanskap politik Amerika Serikat yang semakin terpolarisasi, satu nama yang sering muncul dan memicu perdebatan sengit adalah Ron DeSantis. Gubernur Florida ini telah menjadi salah satu tokoh paling menonjol dan kontroversial dalam Partai Republik, dikenal dengan kebijakannya yang keras dan gaya kepemimpinannya yang tegas.
Ron DeSantis telah menarik perhatian nasional tidak hanya karena posisinya sebagai gubernur negara bagian yang berpengaruh, tetapi juga karena ambisinya yang jelas untuk mencapai jabatan tertinggi di negara itu. Dengan latar belakang militer, pengalaman di Kongres, dan track record-nya sebagai gubernur, DeSantis telah memposisikan dirinya sebagai salah satu tokoh utama dalam pertarungan menuju Gedung Putih.
Namun, perjalanan politik Ron DeSantis penuh dengan kontroversi. Dari kebijakannya yang keras terhadap imigrasi hingga pandangannya yang kontroversial tentang pendidikan dan hak-hak LGBTQ+, DeSantis telah menjadi figur yang memicu kekaguman sekaligus kecaman. Artikel ini akan menjelajahi siapa sebenarnya Ron DeSantis, mengungkap fakta-fakta menarik tentang hidupnya, dan menelisik implikasi dari kebijakan-kebijakannya yang sering kali memicu perdebatan, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (26/9/2024).
Advertisement
Latar Belakang dan Pendidikan Ron DeSantis
Ron DeSantis lahir pada 14 September 1978 di Jacksonville, Florida, sebagai anak sulung dari dua bersaudara. Ia tumbuh dalam keluarga kelas menengah dengan nilai-nilai konservatif. Ayahnya, Ronald Daniel DeSantis, bekerja sebagai pemasang kotak peringkat TV Nielsen, sementara ibunya, Karen DeSantis, adalah seorang perawat.
Sejak muda, DeSantis menunjukkan bakat luar biasa dalam baseball. Ia bermain sebagai third baseman dan pitcher, bahkan membantu tim Dunedin (Florida) lolos ke Little League World Series pada 1991. Bakatnya di bidang olahraga ini membawanya ke Yale University, di mana ia menjadi kapten tim baseball universitas sambil mengejar gelar dalam bidang sejarah.
Setelah lulus dari Yale pada 2001, DeSantis melanjutkan pendidikannya ke Harvard Law School, di mana ia memperoleh gelar Juris Doctor (J.D.) pada tahun 2005. Selama masa studinya di Harvard, DeSantis bergabung dengan Angkatan Laut AS pada tahun 2004, memulai karier militer yang akan mempengaruhi pandangan politiknya di kemudian hari.
Dalam dinas militernya, DeSantis menjabat sebagai perwira di Judge Advocate General's Corps (JAG). Ia ditugaskan sebagai penasihat hukum di pangkalan angkatan laut Guantánamo Bay dan kemudian di Irak, di mana ia menjadi penasihat hukum untuk komandan Navy SEAL. Atas jasanya, DeSantis dianugerahi Bronze Star. Ia meninggalkan dinas aktif pada 2010, tetapi tetap berada di Cadangan Angkatan Laut AS.
Advertisement
Awal Karier Politik Ron DeSantis
Setelah meninggalkan dinas aktif militer, Ron DeSantis memulai kariernya di dunia politik. Ia bekerja sebagai jaksa federal di Distrik Tengah Florida dari 2010 hingga 2012, menangani berbagai kasus federal termasuk penipuan dan kejahatan lintas negara bagian.
Pada 2011, DeSantis menerbitkan bukunya yang berjudul "Dreams from Our Founding Fathers: First Principles in the Age of Obama". Buku ini menguraikan pandangan konservatifnya dan mengkritik kebijakan Presiden Barack Obama. Publikasi ini menjadi langkah awal DeSantis dalam membangun profilnya sebagai komentator konservatif di berbagai media.
Karier politik DeSantis mulai melejit ketika ia terpilih untuk mewakili Distrik 6 Florida di Dewan Perwakilan AS pada 2012. Selama masa jabatannya di Kongres dari 2013 hingga 2018, DeSantis menjadi anggota pendiri Freedom Caucus, sebuah kelompok konservatif yang berpengaruh. Ia fokus pada isu-isu seperti pengurangan pengeluaran pemerintah, reformasi imigrasi, dan dukungan kuat untuk Israel. Selama periode ini, DeSantis juga menjadi pendukung vokal Presiden Donald Trump.
Pada 2015, DeSantis mengumumkan pencalonannya untuk Senat AS. Namun, ia menarik diri dari pencalonan setelah petahana Marco Rubio memutuskan untuk mencalonkan diri kembali. Keputusan ini akhirnya membuka jalan bagi DeSantis untuk fokus pada ambisinya yang lebih besar: menjadi gubernur Florida.
Ron DeSantis sebagai Gubernur Florida
Pemilihan Ron DeSantis sebagai Gubernur Florida pada tahun 2018 menandai titik balik dalam kariernya dan membawanya ke sorotan nasional. Dengan dukungan kuat dari Presiden Donald Trump, DeSantis berhasil mengalahkan Andrew Gillum dalam pemilihan yang ketat, dengan perolehan suara 49,6% berbanding 49,2%.
Kampanye DeSantis berfokus pada ekonomi pro-bisnis, pengetatan imigrasi, dan dukungan untuk hak kepemilikan senjata. Setelah terpilih, ia segera menerapkan agenda konservatifnya yang ambisius, yang sering kali memicu kontroversi dan perdebatan nasional.
Salah satu kebijakan paling kontroversial DeSantis adalah penanganannya terhadap pandemi COVID-19. Ia menolak lockdown jangka panjang dan membuka kembali sekolah serta bisnis lebih awal dari negara bagian lain. DeSantis juga dengan tegas menentang mandat masker dan vaksin, memposisikan Florida sebagai negara bagian yang mengedepankan kebebasan individu di tengah krisis kesehatan global.
Di bidang pendidikan, DeSantis menandatangani "Parental Rights in Education Act", yang oleh kritikusnya dijuluki "Don't Say Gay" bill. Undang-undang ini melarang diskusi tentang orientasi seksual dan identitas gender di kelas-kelas awal sekolah dasar. Ia juga melarang pengajaran teori ras kritis di sekolah publik dan mendukung ekspansi program voucher sekolah.
Dalam isu imigrasi, DeSantis mengambil pendekatan yang keras. Ia mengirim migran ke kota-kota yang dikendalikan Demokrat sebagai protes terhadap kebijakan imigrasi federal dan secara vokal mendukung pembangunan tembok perbatasan.
Kebijakan-kebijakan DeSantis sering kali memicu kontroversi dan kritik. Perselisihannya dengan Disney terkait "Parental Rights in Education Act" menjadi sorotan nasional. Ia juga menghadapi tuduhan pembatasan kebebasan akademik di perguruan tinggi negeri dan kritik atas penanganan pandemi COVID-19. Tindakannya mengirim migran ke Martha's Vineyard juga memicu perdebatan sengit tentang etika dan legalitas tindakan tersebut.
Advertisement
Ambisi Presidensial Ron DeSantis
Popularitas Ron DeSantis yang meningkat di kalangan konservatif membuatnya dilihat sebagai calon potensial untuk pemilihan presiden AS 2024. Pada 24 Mei 2023, DeSantis akhirnya mengumumkan pencalonannya, memposisikan dirinya sebagai penantang utama Donald Trump untuk nominasi Partai Republik.
Platform kampanye DeSantis berfokus pada kebijakan konservatif yang keras, "perang budaya", dan janji untuk melawan apa yang ia sebut sebagai "kebangkitan woke". Namun, kampanyenya menghadapi berbagai tantangan. Persaingan ketat dengan Donald Trump untuk dukungan basis Partai Republik menjadi hambatan utama. DeSantis juga menghadapi kritik atas gaya kampanyenya yang dianggap kaku dan kesulitan dalam memperluas daya tariknya di luar basis konservatif keras.
Meskipun awalnya dipandang sebagai pesaing kuat Trump, momentum kampanye DeSantis mulai memudar. Pada 21 Januari 2024, setelah hasil yang mengecewakan di kaukus Iowa, DeSantis mengumumkan penarikan dirinya dari pencalonan. Ia menyatakan bahwa tidak ada "jalan yang jelas menuju kemenangan" dan akhirnya memberikan dukungannya kepada Donald Trump.
Fakta Menarik tentang Ron DeSantis
Di balik figurnya sebagai politikus kontroversial, Ron DeSantis memiliki beberapa fakta menarik yang mungkin belum banyak diketahui publik. Selain menjadi pemain baseball berbakat yang pernah menjadi kapten tim Yale University, DeSantis juga seorang penulis. Selain buku politiknya, ia juga menulis buku anak-anak berjudul "The Courage to Be Free: Florida's Blueprint for America's Revival".
DeSantis menikah dengan Casey Black, mantan pembawa berita televisi, pada 2010 dan mereka memiliki tiga anak. Ia memiliki keturunan Italia, dengan leluhurnya yang emigrasi ke AS pada awal abad ke-20. Dikenal sebagai penggemar film "Top Gun", DeSantis sering menggunakan referensi film dalam pidato-pidatonya.
Sebelum memasuki dunia politik, DeSantis pernah mengajar sejarah di sekolah menengah swasta. Ia memenangkan pemilihan ulang sebagai gubernur Florida pada 2022 dengan margin kemenangan terbesar dalam 40 tahun terakhir. Saat terpilih pertama kali sebagai gubernur pada usia 40 tahun, ia menjadi salah satu gubernur termuda di AS.
DeSantis dikenal aktif menggunakan media sosial, terutama Twitter, untuk berkomunikasi langsung dengan pendukungnya. Meskipun dikenal sebagai politikus konservatif, ia telah mendukung beberapa inisiatif lingkungan, termasuk perlindungan Everglades.
Advertisement
Dampak dan Warisan Ron DeSantis
Terlepas dari kontroversi yang mengelilinginya, Ron DeSantis telah memberikan dampak signifikan pada politik Amerika dan Florida khususnya. Ia berhasil mengubah Florida dari negara bagian "swing" menjadi basis Republik yang kuat, yang terbukti dari kemenangannya yang besar dalam pemilihan ulang 2022.
Pengaruh DeSantis pada Partai Republik juga signifikan. Ia telah menjadi model bagi politikus Republik lainnya dalam hal pendekatan terhadap "perang budaya", penentangan terhadap kebijakan federal terkait COVID-19, dan gaya kepemimpinan yang tegas dan konfrontatif.
Kebijakan-kebijakan DeSantis telah membawa perubahan signifikan di berbagai bidang. Di bidang pendidikan, kebijakannya telah mengubah kurikulum dan kebijakan sekolah di Florida, memicu perdebatan nasional tentang hak orang tua dalam pendidikan. Dalam isu imigrasi, tindakannya telah mempengaruhi debat nasional dan mendorong tindakan serupa dari gubernur Republik lainnya.
Namun, warisan DeSantis tetap menjadi subjek perdebatan. Pendukungnya melihatnya sebagai pemimpin berani yang melindungi nilai-nilai konservatif, sementara kritikusnya menganggapnya sebagai ancaman terhadap demokrasi dan hak-hak minoritas. Dampak jangka panjang dari kebijakannya masih terus diperdebatkan.
Kesimpulan
Ron DeSantis telah menjadi salah satu figur politik paling menonjol dan kontroversial di Amerika Serikat. Dari latar belakangnya sebagai veteran militer dan jaksa federal hingga posisinya sebagai gubernur Florida yang berpengaruh, DeSantis telah meninggalkan jejak yang tak terbantahkan dalam lanskap politik Amerika.
Kebijakannya yang tegas dan sering kali kontroversial telah membuatnya menjadi tokoh yang dipuja oleh pendukungnya dan dikritik keras oleh lawan-lawannya. Dari penanganan pandemi COVID-19 yang menentang arus utama hingga undang-undang pendidikan yang memicu perdebatan nasional, DeSantis telah memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang tidak takut mengambil sikap tegas dalam isu-isu yang memecah belah.
Meskipun ambisinya untuk mencapai Gedung Putih pada 2024 tidak terwujud, pengaruh Ron DeSantis dalam membentuk arah Partai Republik dan debat politik nasional tidak dapat diabaikan. Ia telah menjadi model bagi politikus konservatif lainnya dalam menghadapi apa yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap nilai-nilai tradisional Amerika.
Terlepas dari pandangan seseorang tentang Ron DeSantis, tidak dapat dipungkiri bahwa ia telah menjadi salah satu tokoh politik paling berpengaruh di era ini. Saat Amerika terus bergulat dengan isu-isu seperti imigrasi, pendidikan, dan kebebasan sipil, warisan dan dampak kebijakan DeSantis akan terus menjadi subjek analisis dan perdebatan untuk tahun-tahun mendatang.
Apakah Ron DeSantis akan kembali mencalonkan diri sebagai presiden di masa depan masih belum pasti. Namun, satu hal yang pasti: pengaruhnya dalam membentuk wacana politik Amerika akan terus terasa dalam waktu yang lama. Saat kita mengamati perkembangan politik Amerika, nama Ron DeSantis pasti akan tetap menjadi bagian penting dari percakapan tersebut.