Herpes Adalah Penyakit Menular, Simak Gejala, Penyebab dan Cara Mengobatinya

Herpes adalah salah satu tantangan kesehatan global yang memerlukan perhatian, terutama dalam hal pencegahan penularan dan pengelolaan gejala jangka panjang, bagi mereka yang terinfeksi.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 16 Okt 2024, 19:15 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2024, 19:15 WIB
Eksperimen keji (3)
Herpes labialis. (Sumber Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Jakarta Herpes adalah salah satu penyakit yang umum terjadi di masyarakat dan disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, dari berbagai usia. Herpes disebabkan oleh dua jenis virus utama, yaitu Herpes Simplex Virus (HSV) dan Varicella-Zoster Virus (VZV).

Infeksi herpes adalah penyakit yang bersifat menular dan dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh, seperti kulit, mulut, serta area genital. Virus ini umumnya menyebabkan munculnya lenting-lenting kecil berisi cairan pada kulit yang disertai rasa gatal, panas dan nyeri.

Salah satu hal yang perlu diketahui tentang herpes adalah bahwa penyakit ini bersifat kronis, di mana bisa bertahan dalam tubuh pengidapnya seumur hidup. Setelah infeksi awal, virus dapat masuk ke fase dorman dan bersembunyi dalam sel-sel saraf tanpa menimbulkan gejala. Namun, virus ini bisa aktif kembali saat sistem kekebalan tubuh melemah, atau seseorang mengalami stres fisik maupun emosional.

Mengingat bahwa herpes adalah penyakit menular, terutama melalui kontak kulit dan hubungan seksual, penting untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan. Penggunaan alat pelindung seperti kondom dan menjaga daya tahan tubuh tetap kuat, dapat mengurangi risiko penularan.

Berikut ini gejala dan penyebab herpes yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (16/10/2024).

Mengenal Penyakit Herpes

herpes
(foto: boldsky.com)

Herpes adalah salah satu penyakit menular yang mempengaruhi kulit dan dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Penyakit ini disebabkan oleh dua jenis virus utama, yaitu Herpes Simplex Virus (HSV) dan Varicella-Zoster Virus (VZV). HSV bertanggung jawab atas herpes simplex, sementara VZV menyebabkan herpes zoster, yang lebih dikenal sebagai cacar api atau shingles. Kedua jenis herpes ini dapat menimbulkan gejala yang serupa, seperti ruam dan lenting-lenting pada kulit yang disertai rasa panas, gatal, serta nyeri.

Herpes sering dianggap sebagai penyakit yang umum di masyarakat, dan dapat menyerang berbagai kelompok usia, dari anak-anak hingga orang dewasa. Infeksi herpes dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita, terutama jika daya tahan tubuh seseorang sedang melemah. Salah satu faktor risiko utama penularan adalah riwayat kontak fisik dengan individu yang sudah terinfeksi, baik melalui sentuhan kulit yang terinfeksi maupun melalui aktivitas seksual.

Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2016, sekitar 3,7 miliar orang di bawah usia 50 tahun di seluruh dunia diperkirakan terinfeksi HSV-1. Pada tahun yang sama, sekitar 491 juta orang yang berusia antara 15 hingga 49 tahun diketahui mengidap HSV-2. Adapun salah satu ciri utama herpes adalah munculnya lenting-lenting, atau lepuhan kecil berwarna merah pada kulit yang berisi cairan dan sering kali disertai dengan rasa panas, gatal, serta nyeri. Gejala-gejala ini dapat muncul di berbagai bagian tubuh, tergantung pada jenis virus dan lokasi infeksi.

Penyebab Herpes

Cold Sore (Herpes Simplex Virus)
Ilustrasi Cold Sore (Herpes Simplex Virus) Credit: pexels.com/Alex

1. HSV-1 (Herpes Simplex Virus tipe 1)

Virus ini sering menyebar melalui kontak langsung seperti ciuman, berbagi peralatan makan, atau menggunakan barang-barang pribadi yang terkontaminasi seperti handuk. HSV-1 biasanya menyebabkan luka di area mulut, tetapi juga bisa menular ke area genital melalui kontak seksual.

2. HSV-2 (Herpes Simplex Virus tipe 2)

Virus ini terutama menyebar melalui hubungan seksual atau kontak langsung dengan kulit penderita. HSV-2 lebih sering menyerang area genital, tetapi dapat juga menyebabkan infeksi pada mulut jika kontak terjadi di area tersebut.

3. Varicella-Zoster Virus (VZV)

Penyebab herpes zoster atau cacar api, yang biasanya terjadi pada seseorang yang pernah terkena cacar air sebelumnya. Virus ini bisa aktif kembali setelah bertahun-tahun bersembunyi di dalam saraf dan menyebabkan ruam yang menyakitkan di kulit.

Gejala Herpes

1. Gejala Herpes Simplex:

Herpes Oral (HSV-1): Ditandai dengan munculnya lenting kecil atau lepuhan berwarna kemerahan di sekitar mulut dan bibir. Lenting ini terasa panas, gatal, dan nyeri. Sebelum lepuhan muncul, seseorang biasanya akan merasakan sensasi kesemutan atau gatal di area yang terkena. Lepuhan ini bisa pecah dan berubah menjadi luka yang akan sembuh dalam beberapa minggu.

2. Herpes Genital (HSV-2):

Gejalanya mirip dengan herpes oral, namun terjadi di area genital, paha, atau pantat. Luka atau lepuhan pada herpes genital dapat terasa sangat nyeri, terutama saat buang air kecil. Pada beberapa orang, gejala ini bisa disertai dengan demam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan rasa tidak enak badan.

Gejala Herpes Zoster (VZV)

Herpes zoster ditandai dengan ruam yang muncul pada satu sisi tubuh, seringkali mengikuti jalur saraf tertentu. Ruam ini disertai dengan rasa nyeri, panas, atau gatal yang bisa sangat menyakitkan. Pada beberapa kasus, nyeri saraf bisa bertahan bahkan setelah ruam hilang, kondisi ini dikenal sebagai neuralgia postherpetik.

Faktor Risiko dan Komplikasi

Herpes adalah penyakit yang sangat menular, terutama melalui kontak langsung dengan area yang terinfeksi. Faktor risiko utamanya meliputi hubungan seksual yang tidak aman, berbagi barang pribadi dengan penderita herpes, serta sistem kekebalan tubuh yang lemah. Orang dengan imunitas yang rendah, seperti mereka yang menderita HIV/AIDS, sedang menjalani kemoterapi, atau menggunakan obat imunosupresan, lebih rentan terinfeksi herpes. Selain itu, herpes juga dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak segera ditangani, terutama pada wanita hamil, di mana virus dapat ditularkan kepada bayi selama proses persalinan dan menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai herpes neonatal, yang dapat berbahaya bagi kehidupan bayi.

Cara Mengobati Herpes

Herpes Zoaster
Ilustrasi Herpes Zoaster Credit: pexels.com/cottonbro

1. Tes Virus Herpes Simpleks

Sebelum memulai pengobatan, sangat penting untuk memastikan diagnosis melalui tes khusus. Tes virus herpes simpleks dilakukan untuk memastikan apakah seseorang telah terinfeksi Herpes Simplex Virus (HSV) atau tidak. Tes ini diperlukan jika kamu memiliki gejala-gejala herpes, seperti munculnya lepuhan pada kulit atau mulut. Selain itu, tes ini juga dianjurkan jika pasangan seksualmu diketahui terinfeksi virus HSV, bahkan jika kamu belum menunjukkan gejala. Terutama bagi wanita hamil, tes ini sangat penting untuk meminimalkan risiko penularan kepada bayi yang akan lahir. Dalam kondisi hamil, infeksi herpes dapat menjadi berbahaya jika tidak ditangani dengan baik.

2. Jenis Tes Diagnostik

Ada dua jenis tes diagnostik yang paling umum dilakukan untuk mendiagnosis herpes, yaitu tes swab dan tes darah. Tes swab dilakukan dengan cara mengambil sampel dari lepuhan atau luka yang ada pada kulit. Sampel ini kemudian diuji di laboratorium untuk mendeteksi adanya virus HSV. Tes darah, di sisi lain, digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap virus herpes dalam darah, yang menandakan adanya infeksi, meskipun tidak ada gejala yang terlihat. Kedua tes ini penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat sehingga dokter dapat menentukan pengobatan yang sesuai.

3. Pengobatan Medis

Setelah diagnosis dikonfirmasi, langkah selanjutnya adalah memulai pengobatan. Pengobatan medis untuk herpes difokuskan pada meredakan gejala, mengurangi keparahan infeksi, dan mengurangi risiko penularan virus. Sampai saat ini, tidak ada obat yang bisa benar-benar menghilangkan virus herpes dari tubuh, namun penggunaan antivirus sangat efektif dalam mengendalikan infeksi. Obat-obatan seperti asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir sering diresepkan untuk mengurangi gejala dan mempercepat penyembuhan luka herpes. Pada kasus-kasus tertentu di mana infeksi lebih serius atau tidak merespons pengobatan biasa, dokter mungkin akan meresepkan obat tambahan seperti foscarnet atau cidofovir. Penggunaan obat-obatan ini sangat efektif dalam mengurangi risiko penularan, terutama selama periode tanpa gejala (asimptomatik).

4. Pengobatan Rumahan

Selain pengobatan medis, ada beberapa cara pengobatan rumahan yang bisa membantu meringankan gejala herpes. Meskipun tidak dapat menyembuhkan herpes, pengobatan rumahan dapat memberikan kenyamanan dan meredakan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dirasakan akibat infeksi. Salah satu metode yang sering dianjurkan adalah kompres dingin, di mana kamu bisa menggunakan kain yang dilapisi es untuk mengurangi peradangan dan nyeri di area yang terinfeksi. Namun, sangat penting untuk tidak meletakkan es secara langsung di kulit, karena dapat menyebabkan iritasi.

Selain itu, mandi air hangat juga bisa membantu meringankan rasa nyeri, terutama bagi penderita herpes genital yang mungkin merasa tidak nyaman saat buang air kecil. Air hangat akan memberikan efek relaksasi pada area yang terinfeksi, meskipun hanya sementara. Hal ini dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka.

5. Pencegahan dan Perawatan Luka

Untuk mempercepat penyembuhan luka, penting untuk menjaga agar area yang terkena tetap bersih dan kering. Hal ini akan membantu mengurangi risiko infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri. Selain itu, menjaga kebersihan area yang terkena juga akan mempercepat proses pemulihan. Penting juga untuk tidak menyentuh, menggaruk, atau menggosok luka herpes, karena hal ini bisa memperburuk kondisi dan menyebarkan virus ke area lain di tubuh atau kepada orang lain.

6. Mengurangi Risiko Penularan

Meskipun herpes adalah penyakit menular, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risiko penularan. Salah satu langkah paling penting adalah tidak berbagi barang pribadi, seperti handuk, pakaian, atau alat makan, dengan orang lain. Hal ini sangat penting untuk mencegah penularan virus melalui kontak langsung dengan benda-benda yang telah terkontaminasi. Selain itu, penting juga untuk selalu menggunakan pelindung saat berhubungan seksual, seperti kondom, untuk mengurangi risiko penularan herpes ke pasangan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya