Apakah Produktivitas Anda Sehat? Kenali 4 Tanda Toxic Productivity

Terlalu fokus pada produktivitas dan mengabaikan kesehatan bisa jadi tanda toxic productivity.

oleh Mochamad Rizal Ahba Ohorella diperbarui 23 Okt 2024, 11:24 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2024, 11:24 WIB
tanda - Vania
Ilustrasi Stress/https://www.freepik.com/jcomp 

Liputan6.com, Jakarta Produktivitas adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas dengan efisien dan efektif, seringkali menjadi indikator kesuksesan di dunia profesional.  Menurut penelitian dari International Journal of Behavioral Science (2023), produktivitas beracun dapat mengakibatkan kelelahan kronis, kecemasan, dan penurunan kualitas hidup.

Fenomena ini terjadi ketika individu merasa tertekan untuk bekerja tanpa henti, mengabaikan kebutuhan pribadi dan kesehatan mental demi mencapai tujuan yang terus meningkat. Tanda-tanda produktivitas beracun sering kali tersembunyi di balik pencapaian dan pujian dari lingkungan sekitar, membuatnya sulit dikenali.

Kebiasaan seperti bekerja lembur secara berlebihan, merasa bersalah saat beristirahat, atau terus-menerus mengejar kesempurnaan adalah beberapa contoh yang bisa menjadi alarm peringatan. Memahami dan mengenali tanda-tanda ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kesehatan mental, serta memastikan bahwa usaha yang dilakukan tidak mengorbankan kesejahteraan jangka panjang, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (23/10/2024).

1. Selalu Bekerja Tanpa Henti

Tidak Pernah Beristirahat Selama Bekerja
Gambaran kerja tanpa henti. (Hak Cipta Pexels/Towfiqu barbhuiya)

Beberapa orang menganggap bahwa terus bekerja tanpa henti adalah tanda produktivitas. Namun, sikap ini sebenarnya bisa mengurangi efektivitas kerja. Tanpa waktu istirahat yang memadai, tubuh dan pikiran tidak mendapatkan kesempatan untuk memulihkan diri, yang dapat berujung pada kelelahan fisik dan mental. Mengambil istirahat secara rutin penting untuk mempertahankan fokus dan meningkatkan produktivitas.

2. Rasa Salah Saat Tidak Produktif

Merasa Bersalah Ketika Tidak Bekerja
Gambar seseorang menggunakan ponsel. (Hak Cipta Pexels/Kevin Yudhistira Alloni)

Rasa bersalah ketika tidak terlibat dalam aktivitas yang dianggap produktif merupakan salah satu bentuk toxic productivity. Perasaan ini muncul bahkan ketika waktu tersebut dipakai untuk beristirahat atau menikmati aktivitas yang menyenangkan. Padahal, menyediakan waktu untuk diri sendiri sangat penting demi menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

3. Terlalu Banyak Multitasking

Multitasking Berlebihan
Gambar multitasking. (Hak Cipta Pexels/Karolina Kaboompics)

Walaupun multitasking kerap dianggap sebagai cara yang efisien, kenyataannya kebiasaan ini bisa menurunkan kualitas hasil kerja. Menangani beberapa tugas sekaligus menyebabkan fokus terpecah dan sering kali menghasilkan output yang kurang optimal. Bukannya meningkatkan produktivitas, multitasking yang berlebihan justru menambah tekanan dan memperlambat penyelesaian pekerjaan.

4. Pekerjaan Diutamakan, Kesehatan Terabaikan

Selalu Mengutamakan Pekerjaan di Atas Kesehatan
Gambar kelelahan saat bekerja. (Hak Cipta Pexels/Mizuno K)

Memprioritaskan pekerjaan hingga mengabaikan kesehatan adalah salah satu kebiasaan paling berbahaya dari produktivitas yang tidak sehat. Kebiasaan seperti sering begadang, melewatkan waktu makan, atau tidak berolahraga demi menyelesaikan pekerjaan dapat memberikan efek negatif pada tubuh dalam jangka panjang. Dr. Richard Lee dalam podcastnya menyebutkan bahwa begadang dan kebiasaan hidup tidak sehat lainnya bisa "memperpendek" usia anda di masa mendatang. 

Jadi, apakah Anda pernah atau masih melakukan kebiasaan-kebiasaan ini? Mulailah menguranginya, karena menjaga keseimbangan hidup dan produktivitas yang sehat harus menjadi prioritas utama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya