Liputan6.com, Jakarta Penyakit parotitis adalah kondisi medis yang ditandai dengan pembengkakan kelenjar parotid, yaitu kelenjar ludah terbesar yang terletak di antara telinga dan rahang. Meskipun sering dikaitkan dengan penyakit gondong (mumps), parotitis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi lain, termasuk infeksi bakteri, virus, atau gangguan autoimun.
Kondisi ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Namun, tingkat keparahan dan penyebabnya bisa berbeda-beda. Pada anak-anak, parotitis viral (gondong) lebih sering terjadi, sementara pada orang dewasa dan lansia, penyebab bakterial lebih umum ditemukan.
Pemahaman yang baik tentang penyakit parotitis sangat penting untuk penanganan yang tepat. Meskipun sebagian besar kasus dapat sembuh dengan sendirinya atau dengan pengobatan sederhana, beberapa kasus mungkin memerlukan perawatan medis yang lebih intensif untuk mencegah komplikasi serius.
Advertisement
Untuk memahami tentang bagaimana cara mengatasi penyakit ini, simak penjelasan selengkapnya berikut ini sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (31/10/2024).
Gejala Penyakit Parotitis
Gejala penyakit parotitis dapat bervariasi pada setiap orang, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan infeksinya. Beberapa orang mungkin mengalami gejala ringan, sementara yang lain bisa mengalami gejala yang lebih berat dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala yang paling mencolok dari penyakit parotitis adalah pembengkakan pada satu atau kedua sisi wajah, tepatnya di area antara telinga dan rahang. Pembengkakan ini biasanya terasa keras saat disentuh dan bisa menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa nyeri, terutama saat mengunyah atau membuka mulut.
Demam dan menggigil sering menyertai kondisi ini, terutama jika penyebabnya adalah infeksi bakteri. Suhu tubuh bisa meningkat secara signifikan dan disertai dengan rasa letih yang menyeluruh. Sakit kepala juga umum terjadi dan dapat berkisar dari ringan hingga berat.
Pasien dengan parotitis sering mengalami sakit tenggorokan yang dapat mempengaruhi kemampuan menelan. Hal ini biasanya disertai dengan kelelahan umum yang membuat penderita merasa lemah dan tidak bertenaga. Kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa hari hingga seminggu.
Kehilangan nafsu makan merupakan gejala yang umum terjadi, sebagian karena rasa tidak nyaman saat mengunyah dan menelan. Mulut kering juga sering dialami karena gangguan pada produksi air liur akibat pembengkakan kelenjar parotid. Rasa sakit yang timbul saat mengunyah dapat membuat pasien kesulitan mengonsumsi makanan padat, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi asupan nutrisi.
Pada kasus parotitis kronis, gejala-gejala ini mungkin muncul dan hilang secara berkala. Beberapa pasien melaporkan bahwa gejala memburuk selama atau setelah makan, terutama saat mengonsumsi makanan yang asam atau pedas. Penting untuk memperhatikan pola dan tingkat keparahan gejala untuk membantu dokter menentukan penyebab dan pengobatan yang tepat.
Advertisement
Penyebab Penyakit Parotitis
Penyakit parotitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi virus dan bakteri hingga kondisi autoimun. Pemahaman tentang penyebab yang tepat sangat penting karena akan menentukan pendekatan pengobatan yang sesuai. Mari kita bahas secara detail berbagai penyebab penyakit parotitis.
Infeksi Virus
Virus merupakan salah satu penyebab utama parotitis, dengan virus mumps (penyebab gondong) sebagai penyebab yang paling terkenal. Virus Epstein-Barr, yang juga dikenal sebagai penyebab mononukleosis, dapat menginfeksi kelenjar parotid dan menyebabkan pembengkakan. Pada kasus yang lebih serius, infeksi HIV juga dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar parotid yang biasanya tidak nyeri dan berlangsung kronis. Virus influenza dan COVID-19 juga telah dilaporkan dapat menyebabkan parotitis sebagai salah satu manifestasi klinisnya.
Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri pada kelenjar parotid sering terjadi pada orang lanjut usia atau mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan parotitis bakterial akut. Bakteri lain seperti Streptococcus viridans dan Escherichia coli juga dapat menyebabkan infeksi. Pada beberapa kasus, bakteri anaerob dari rongga mulut dapat naik melalui saluran kelenjar parotid dan menyebabkan infeksi, terutama pada pasien dengan kebersihan mulut yang buruk.
Kondisi Medis Lainnya
Selain infeksi, berbagai kondisi medis dapat memicu terjadinya parotitis. Batu kelenjar ludah atau sialolithiasis dapat menyumbat saluran kelenjar dan menyebabkan pembengkakan. Dehidrasi dan malnutrisi juga dapat mempengaruhi produksi air liur dan meningkatkan risiko infeksi. Penyakit autoimun seperti Sindrom Sjögren dapat menyebabkan peradangan kronis pada kelenjar parotid. Kondisi lain seperti sarkoidosis, yang ditandai dengan pembentukan jaringan granuloma, dan tuberkulosis juga dapat mempengaruhi kelenjar parotid. Pada pasien dengan diabetes, risiko infeksi kelenjar parotid meningkat karena gangguan sistem kekebalan tubuh.
Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap parotitis, termasuk usia lanjut, sistem kekebalan yang lemah, penggunaan obat-obatan tertentu yang mengurangi produksi air liur, dan kondisi medis yang mendasari. Pemahaman tentang faktor-faktor risiko ini dapat membantu dalam pencegahan dan penanganan yang lebih efektif.
Cara Penularan Penyakit Parotitis
Memahami cara penularan penyakit parotitis sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi, terutama ketika penyebabnya adalah virus atau bakteri. Meskipun tidak semua jenis parotitis menular, beberapa tipe dapat menyebar dengan mudah dari satu orang ke orang lain, terutama dalam lingkungan yang ramai atau pada orang-orang yang tinggal serumah.
Penularan melalui percikan air liur merupakan cara yang paling umum dalam penyebaran parotitis. Ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara, mereka dapat mengeluarkan droplet yang mengandung virus atau bakteri ke udara. Droplet ini kemudian dapat terhirup oleh orang lain di sekitarnya, terutama dalam jarak dekat atau di ruangan dengan ventilasi yang buruk.
Kontak langsung dengan penderita juga dapat menyebabkan penularan penyakit parotitis. Ini bisa terjadi melalui ciuman, pelukan, atau kontak fisik lainnya dengan seseorang yang sedang terinfeksi. Virus atau bakteri dapat berpindah melalui kontak langsung ini, terutama jika ada luka atau membran mukosa yang terpapar.
Berbagi peralatan makan atau minum dengan penderita parotitis dapat menjadi sumber penularan yang signifikan. Air liur yang mengandung patogen dapat tertinggal di permukaan peralatan seperti sendok, garpu, gelas, atau bahkan botol minum. Ketika orang lain menggunakan peralatan yang sama tanpa dicuci terlebih dahulu, mereka berisiko terinfeksi.
Droplet yang mengandung virus atau bakteri dapat bertahan hidup di permukaan benda untuk beberapa waktu. Ketika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata mereka, infeksi dapat terjadi. Ini dikenal sebagai penularan tidak langsung dan dapat terjadi melalui gagang pintu, permukaan meja, mainan, atau benda-benda lain yang sering disentuh.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua jenis parotitis bersifat menular. Parotitis yang disebabkan oleh kondisi non-infeksi seperti batu kelenjar ludah, gangguan autoimun, atau efek samping obat tidak dapat menular ke orang lain. Namun, karena sulit membedakan jenis parotitis tanpa diagnosis medis yang tepat, disarankan untuk tetap menerapkan tindakan pencegahan standar ketika berinteraksi dengan penderita parotitis.
Advertisement
Diagnosis dan Pemeriksaan
Diagnosis penyakit parotitis memerlukan pendekatan sistematis dan menyeluruh untuk menentukan penyebab dan tingkat keparahan kondisi. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan tes untuk memastikan diagnosis yang tepat, yang nantinya akan menentukan rencana pengobatan yang sesuai. Mari kita bahas berbagai metode diagnosis yang biasa digunakan.
Pemeriksaan fisik merupakan langkah pertama dan paling penting dalam diagnosis parotitis. Dokter akan memeriksa area pembengkakan dengan cara melihat dan meraba kelenjar parotid. Mereka akan mencatat ukuran, tekstur, dan tingkat nyeri pada pembengkakan. Dokter juga akan melakukan pemijatan lembut pada kelenjar untuk melihat apakah ada cairan atau nanah yang keluar dari saluran kelenjar parotid, yang bisa memberikan petunjuk tentang jenis infeksi yang terjadi.
Kultur bakteri dari cairan kelenjar mungkin diperlukan jika dokter mencurigai adanya infeksi bakteri. Sampel cairan yang keluar dari saluran kelenjar parotid akan diambil dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi jenis bakteri yang menyebabkan infeksi dan membantu menentukan antibiotik yang paling efektif untuk pengobatan.
Tes darah sering dilakukan untuk mengecek tanda-tanda infeksi atau kondisi autoimun. Dokter akan memeriksa jumlah sel darah putih, tingkat peradangan, dan antibodi tertentu yang mungkin menunjukkan adanya infeksi virus atau kondisi autoimun. Kadar amilase dalam darah juga bisa meningkat pada kasus parotitis, meskipun ini bukan indikator yang spesifik.
Pemeriksaan pencitraan seperti USG, CT scan, atau MRI mungkin diperlukan dalam beberapa kasus. USG dapat membantu mengidentifikasi adanya batu kelenjar ludah dan membedakan antara massa padat dan kista dalam kelenjar. CT scan dan MRI memberikan gambaran yang lebih detail tentang struktur kelenjar dan dapat membantu mendeteksi tumor atau perubahan kronis pada kelenjar parotid.
Dalam kasus tertentu, dokter mungkin merekomendasikan biopsi jika dicurigai adanya tumor atau kondisi serius lainnya. Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel jaringan kecil dari kelenjar parotid untuk diperiksa di bawah mikroskop. Biopsi biasanya dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman dengan hati-hati untuk menghindari cedera pada saraf wajah yang melewati kelenjar parotid.
Pengobatan dan Penanganan
Strategi pengobatan dan penanganan penyakit parotitis sangat bergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi. Pendekatan yang tepat dan menyeluruh diperlukan untuk memastikan kesembuhan yang optimal dan mencegah komplikasi. Penanganan biasanya melibatkan kombinasi pengobatan medis dan perawatan di rumah.
Pengobatan Medis
Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan utama untuk parotitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dokter akan meresepkan antibiotik yang sesuai berdasarkan hasil kultur bakteri, biasanya diberikan selama 7-10 hari. Pada kasus yang lebih serius atau pada pasien yang dirawat di rumah sakit, antibiotik mungkin diberikan melalui infus intravena untuk hasil yang lebih cepat dan efektif.
Untuk kasus parotitis yang disebabkan oleh virus, pengobatan antivirus mungkin diperlukan, terutama jika penyebabnya adalah virus herpes atau virus lain yang responsif terhadap terapi antivirus. Namun, pada banyak kasus parotitis viral, pengobatan lebih difokuskan pada penanganan gejala sambil menunggu sistem kekebalan tubuh melawan infeksi.
Obat pereda nyeri seperti acetaminophen atau ibuprofen sering diresepkan untuk mengurangi rasa sakit dan demam. Pada kasus parotitis yang disebabkan oleh kondisi autoimun, dokter mungkin meresepkan steroid untuk mengurangi peradangan. Terapi cairan intravena juga penting, terutama pada pasien yang mengalami dehidrasi atau kesulitan minum karena nyeri.
Perawatan di Rumah
Kompres hangat pada area yang bengkak merupakan salah satu perawatan penting yang dapat dilakukan di rumah. Kompres hangat tidak hanya membantu mengurangi rasa sakit tetapi juga dapat meningkatkan aliran darah ke area yang terkena dan membantu penyembuhan. Aplikasi kompres hangat sebaiknya dilakukan beberapa kali sehari selama 10-15 menit setiap sesinya.
Pijatan lembut pada kelenjar parotid dapat membantu mengurangi pembengkakan dan meningkatkan aliran saliva. Pijatan harus dilakukan dengan sangat lembut dan mengikuti arah aliran kelenjar dari belakang ke depan. Namun, pijatan tidak boleh dilakukan jika area tersebut terlalu nyeri atau jika ada tanda-tanda infeksi yang parah.
Menjaga hidrasi yang cukup sangat penting dalam proses penyembuhan parotitis. Pasien dianjurkan untuk minum banyak air dan cairan lain untuk membantu produksi air liur dan mencegah dehidrasi. Mengonsumsi makanan lunak juga direkomendasikan untuk menghindari tekanan berlebih pada kelenjar yang bengkak saat mengunyah.
Istirahat yang cukup merupakan komponen penting dalam proses penyembuhan. Pasien disarankan untuk membatasi aktivitas fisik dan mendapatkan waktu tidur yang cukup untuk membantu sistem kekebalan tubuh melawan infeksi. Selama masa pemulihan, penting juga untuk menghindari makanan yang terlalu asam atau pedas yang dapat mengiritasi kelenjar yang sudah bengkak.
Kombinasi pengobatan medis dan perawatan di rumah ini, jika dilakukan dengan benar dan konsisten, biasanya dapat membantu mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh parotitis. Namun, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter jika gejala memburuk atau tidak membaik setelah beberapa hari pengobatan.
Advertisement
Pencegahan Penyakit Parotitis
Pencegahan penyakit parotitis merupakan langkah penting untuk menghindari ketidaknyamanan dan komplikasi yang mungkin timbul dari kondisi ini. Meskipun tidak semua jenis parotitis dapat dicegah sepenuhnya, ada beberapa langkah proaktif yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit ini. Mari kita bahas langkah-langkah pencegahan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) merupakan langkah pencegahan paling efektif untuk menghindari parotitis yang disebabkan oleh virus mumps atau gondong. Vaksin ini biasanya diberikan pada anak-anak dalam dua dosis, pertama pada usia satu tahun dan dosis kedua pada usia 4-6 tahun. Vaksinasi telah terbukti sangat efektif dalam mengurangi kejadian parotitis viral, dengan tingkat keberhasilan mencapai 99% di negara-negara yang menerapkan program vaksinasi secara luas.
Menjaga kebersihan mulut sangat penting dalam pencegahan parotitis. Hal ini meliputi rutinitas menyikat gigi minimal dua kali sehari, menggunakan benang gigi secara teratur, dan melakukan pemeriksaan gigi rutin setiap enam bulan sekali. Kebersihan mulut yang baik dapat mencegah infeksi bakteri yang mungkin menyebar ke kelenjar parotid melalui saluran air liur.
Hidrasi yang cukup memainkan peran krusial dalam pencegahan parotitis. Minum air putih dalam jumlah yang cukup sepanjang hari membantu menjaga aliran air liur tetap lancar dan mengurangi risiko terjadinya batu kelenjar ludah yang dapat menyebabkan parotitis. Dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air sehari, atau lebih jika cuaca panas atau selama melakukan aktivitas fisik.
Menghindari kontak dengan penderita parotitis yang menular merupakan langkah pencegahan yang penting, terutama bagi individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah atau belum mendapatkan vaksinasi lengkap. Jika harus berinteraksi dengan penderita, pastikan untuk menjaga jarak yang aman dan menerapkan protokol kesehatan seperti mencuci tangan secara teratur.
Menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat merupakan pertahanan alami terhadap berbagai infeksi, termasuk yang dapat menyebabkan parotitis. Ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga secara teratur, mendapatkan istirahat yang cukup, dan mengelola stres dengan baik. Gaya hidup sehat ini tidak hanya membantu mencegah parotitis tetapi juga memberikan manfaat kesehatan secara keseluruhan.
Bagi individu yang memiliki faktor risiko tinggi, seperti penderita diabetes atau gangguan autoimun, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan mengontrol kondisi yang mendasarinya dengan baik. Pengelolaan kondisi kesehatan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko terjadinya komplikasi termasuk parotitis.
Kapan Harus ke Dokter?
Mengenali waktu yang tepat untuk mencari bantuan medis sangat penting dalam penanganan penyakit parotitis. Meskipun beberapa kasus ringan dapat membaik dengan sendirinya, ada situasi-situasi tertentu yang memerlukan evaluasi medis segera untuk mencegah komplikasi serius. Pemahaman tentang tanda-tanda yang mengkhawatirkan dapat membantu Anda membuat keputusan yang tepat tentang kapan harus mendatangi dokter.
Pembengkakan parah pada wajah merupakan salah satu tanda yang memerlukan perhatian medis segera. Jika Anda mengalami pembengkakan yang signifikan, terutama jika berkembang dengan cepat atau menyebabkan asimetri wajah yang jelas, sebaiknya segera mencari bantuan medis. Pembengkakan yang parah dapat mengindikasikan infeksi serius atau komplikasi yang memerlukan penanganan segera.
Demam tinggi yang menyertai parotitis juga merupakan indikasi untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Demam di atas 38,5°C, terutama jika disertai menggigil atau tidak responsif terhadap obat penurun panas, bisa menjadi tanda infeksi yang serius. Kondisi ini memerlukan evaluasi medis untuk menentukan penyebab dan pengobatan yang tepat.
Kesulitan membuka mulut atau trismus yang terjadi bersamaan dengan parotitis merupakan gejala yang mengkhawatirkan. Kondisi ini dapat mengganggu kemampuan makan dan minum, yang pada akhirnya dapat menyebabkan dehidrasi. Selain itu, kesulitan membuka mulut juga bisa mengindikasikan penyebaran infeksi ke jaringan sekitar yang memerlukan penanganan segera.
Nyeri yang tidak tertahankan, terutama jika terus memburuk atau tidak merespons terhadap obat pereda nyeri yang dijual bebas, juga merupakan alasan untuk segera mencari bantuan medis. Rasa sakit yang intens dapat mengindikasikan komplikasi serius atau infeksi yang memerlukan pengobatan khusus.
Gejala yang tidak membaik setelah beberapa hari, atau bahkan memburuk meskipun telah melakukan perawatan di rumah, memerlukan evaluasi medis. Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dapat berkembang menjadi kondisi kronis atau menyebabkan komplikasi yang lebih serius. Jika gejala berlangsung lebih dari 5-7 hari tanpa perbaikan, sangat disarankan untuk mendapatkan pemeriksaan medis.
Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki respons yang berbeda terhadap penyakit, dan apa yang normal bagi satu orang mungkin tidak normal bagi yang lain. Jika Anda merasa khawatir tentang gejala yang Anda alami, lebih baik berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan kepastian dan penanganan yang tepat.
Dengan penanganan yang tepat dan cepat, sebagian besar kasus penyakit parotitis dapat disembuhkan dengan baik. Namun, penting untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Advertisement