Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia olahraga profesional, prestasi dan pencapaian atlet seringkali menjadi sorotan utama. Namun, doping adalah salah satu isu kontroversial yang terus menghantui dunia olahraga hingga saat ini. Penggunaan zat terlarang untuk meningkatkan performa atlet tidak hanya melanggar etika olahraga tetapi juga membahayakan kesehatan para atletnya.
Menurut Badan Anti-Doping Dunia (WADA), doping adalah penggunaan zat atau metode terlarang yang dapat meningkatkan performa atlet secara tidak wajar. Istilah ini berasal dari kata 'dop' dalam bahasa Belanda, yang merujuk pada minuman beralkohol yang digunakan oleh prajurit Zulu untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam pertempuran. Doping adalah praktik yang telah ada sejak lama dalam sejarah olahraga, namun baru mendapat perhatian serius setelah berbagai kasus kematian atlet terungkap.
Advertisement
Baca Juga
Dalam perkembangannya, doping adalah masalah yang semakin kompleks karena melibatkan berbagai jenis zat dan metode yang terus berkembang. WADA setiap tahun memperbarui daftar zat dan metode terlarang berdasarkan tiga kriteria utama: dapat meningkatkan kinerja, menimbulkan ancaman kesehatan, dan melanggar semangat olahraga. Pemahaman yang mendalam tentang doping menjadi kunci dalam upaya pencegahan dan pemberantasannya di dunia olahraga.
Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi lengkapnya, pada Rabu (20/11/2024).
Sejarah Panjang Doping dalam Dunia Olahraga
Sejarah penggunaan doping dapat ditelusuri hingga abad ke-19, dengan kasus pertama tercatat dalam olahraga renang dan balap sepeda. Pada masa itu, atlet menggunakan berbagai substansi seperti gula yang dilarutkan dalam ether, minuman beralkohol, kafein, kokain, heroin, dan nitrogliserin untuk meningkatkan performa mereka. Tragedi pertama akibat doping terjadi pada tahun 1886 dalam perlombaan balap sepeda dari Bordeaux ke Paris, ketika seorang pembalap meninggal setelah diberikan obat perangsang oleh pelatihnya.
Gerakan anti-doping mulai muncul pada tahun 1910 setelah seorang ilmuwan Rusia menemukan metode pemeriksaan doping. Kesadaran akan bahaya doping mulai tumbuh di kalangan masyarakat olahraga, yang akhirnya mendorong dilakukannya pemeriksaan doping secara resmi pertama kali pada Olimpiade Musim Dingin 1972 di Grenoble. Meskipun demikian, praktik penggunaan doping masih terus berlanjut hingga saat ini, dengan metode yang semakin canggih dan sulit terdeteksi.
Era modern penanganan doping ditandai dengan dibentuknya WADA yang secara aktif memperbarui regulasi dan daftar zat terlarang. Badan ini bekerja sama dengan berbagai organisasi olahraga internasional untuk melakukan pengawasan dan penegakan aturan anti-doping secara global. Setiap negara juga membentuk lembaga anti-doping nasional mereka sendiri untuk mengimplementasikan standar WADA di tingkat lokal.
Advertisement
Jenis-Jenis Doping dan Bahayanya
1. Golongan Stimulan
Stimulan merupakan salah satu jenis doping yang paling umum digunakan dalam olahraga. Kategori ini mencakup tiga jenis utama:
a) Amphetamine
- Digunakan untuk mengurangi kelelahan dan meningkatkan kewaspadaan
- Meningkatkan pengeluaran neurotransmitter seperti noradrenaline, dopamin, dan serotonin
- Efek samping mencakup ketergantungan, tremor, insomnia, dan peningkatan agresivitas
- Dapat berakibat fatal pada sistem kardiovaskuler dan menyebabkan gangguan kejiwaan
b) Caffeine
- Meningkatkan kewaspadaan dan waktu reaksi
- Dapat meningkatkan mobilisasi lemak dan glikogen otot dalam dosis tinggi
- Efek samping ringan meliputi iritabilitas dan gangguan pencernaan
- Efek berat dapat menyebabkan ulkus, delirium, dan aritmia
c) Cocaine
- Digunakan untuk mengacaukan persepsi kelelahan
- Bekerja dengan mempengaruhi otak secara kompleks
- Efek samping mencakup psikosis paranoid, hipertensi, dan risiko kematian mendadak
Â
2. Golongan Anabolic Androgenic
Anabolic Androgenic Steroid merupakan jenis doping yang ditujukan untuk:
- Meningkatkan kekuatan dan kecepatan
- Memperpanjang masa latihan
- Mempercepat waktu pemulihan
- Meningkatkan agresivitas
- Menambah kekuatan otot
Efek samping penggunaannya meliputi:
- Gangguan kardiovaskular
- Kerusakan fungsi hati
- Gangguan sistem reproduksi
- Risiko infeksi HIV/AIDS (jika menggunakan jarum suntik tidak steril)
- Gangguan psikologis
- Efek kosmetik terutama pada wanita
Â
3. Golongan Diuretik dan Beta Blocker
Diuretik digunakan untuk:
- Meningkatkan produksi urin
- Melarutkan obat-obatan dalam tubuh
- Menurunkan berat badan dengan cepat
- Efek samping utama adalah dehidrasi dan gangguan elektrolit
Beta Blocker digunakan dalam cabang olahraga yang memerlukan konsentrasi tinggi seperti panahan dan menembak. Efek sampingnya meliputi:
- Bronchospasme
- Insomnia
- Mimpi buruk
- Depresi
Kasus Doping di Indonesia
Indonesia memiliki sejarah panjang dalam penanganan kasus doping, dengan beberapa kasus menonjol yang telah mencoreng nama baik olahraga nasional:
Kasus Arif Rahman Nasir (2011)
- Atlet kempo yang terbukti menggunakan anabolic steroid methandienone
- Harus mengembalikan medali emas Sea Games 2011
- Mencoreng nama Indonesia sebagai tuan rumah
Kasus Perenang Nasional (2013)
- Indra Gunawan dan Guntur Pratama terbukti menggunakan Methylhexaneamine
- Keduanya mendapat sanksi larangan bertanding selama dua tahun
- Kehilangan seluruh gelar termasuk medali SEA Games 2013
Sanksi WADA terhadap LADI (2021)
- Indonesia dilarang mengibarkan bendera dalam event internasional
- Sanksi berlaku selama satu tahun
- Disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap standar pengujian doping
Â
Mekanisme Pengawasan dan Pencegahan Doping
Dalam upaya menjaga integritas olahraga, World Anti-Doping Agency (WADA) memainkan peran krusial sebagai badan pengawas global. WADA secara konsisten melakukan pembaruan terhadap daftar zat dan metode yang dilarang dalam dunia olahraga. Kriteria pelarangan suatu zat atau metode didasarkan pada tiga aspek utama: potensinya dalam meningkatkan performa atlet secara tidak wajar, risiko yang ditimbulkan terhadap kesehatan atlet, dan pelanggaran terhadap spirit olahraga.
Sistem pengujian doping modern terbagi menjadi dua kategori utama: pengujian dalam kompetisi (in-competition) dan pengujian di luar kompetisi (out-of-competition). Pengujian dalam kompetisi dilakukan selama periode pertandingan berlangsung, dengan pengambilan sampel yang dilakukan segera setelah pertandingan selesai. Sementara itu, pengujian di luar kompetisi dapat dilakukan kapan saja tanpa pemberitahuan sebelumnya, yang mengharuskan atlet untuk selalu melaporkan keberadaan mereka.
WADA juga menerapkan program Biological Passport yang merupakan inovasi dalam pemantauan doping. Program ini melakukan pemantauan parameter biologis atlet secara berkala untuk mendeteksi perubahan tidak wajar yang mungkin mengindikasikan penggunaan doping. Metode ini terbukti efektif dalam mengidentifikasi penggunaan doping yang sulit terdeteksi melalui metode pengujian konvensional.
Advertisement
Dampak Doping Terhadap Dunia Olahraga
Penggunaan doping membawa dampak serius bagi kesehatan atlet, baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, doping dapat menyebabkan gangguan pada fungsi organ vital, meningkatkan risiko kematian mendadak, dan menimbulkan efek samping jangka panjang pada sistem hormonal tubuh. Sementara dari segi mental, atlet yang menggunakan doping sering mengalami depresi, kecemasan, dan ketergantungan psikologis yang berat.
Dalam konteks karir profesional, atlet yang terbukti menggunakan doping menghadapi konsekuensi berat. Mereka tidak hanya mendapatkan sanksi berupa larangan bertanding, tetapi juga kehilangan gelar dan medali yang telah diraih. Lebih dari itu, reputasi mereka akan tercoreng selamanya, yang berujung pada kerugian finansial akibat hilangnya kontrak sponsor dan peluang karir.
Dampak doping juga meluas hingga ke integritas olahraga secara keseluruhan. Kepercayaan publik terhadap keabsahan kompetisi menurun drastis ketika kasus doping terungkap. Hal ini tidak hanya menciptakan ketidakadilan dalam persaingan, tetapi juga mendevaluasi prestasi atlet bersih yang telah berjuang dengan keras. Secara ekonomi, skandal doping dapat menyebabkan penurunan nilai komersial olahraga dan hilangnya dukungan sponsor.
Perkembangan teknologi membawa harapan baru dalam upaya pencegahan doping. Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam deteksi doping, pengembangan biomarker baru, dan peningkatan sensitivitas tes menjadi fokus utama penelitian. Sistem pemantauan real-time dan analisis big data juga memungkinkan deteksi pola penggunaan doping yang lebih akurat.
Kolaborasi internasional semakin diperkuat melalui sharing database global dan standardisasi metode pengujian. Koordinasi antar lembaga dan penelitian bersama menjadi kunci dalam menghadapi tantangan doping yang semakin kompleks. Dengan kombinasi teknologi modern dan kerjasama global yang solid, diharapkan dunia olahraga dapat lebih efektif dalam memerangi penggunaan doping dan menjaga nilai-nilai sportivitas yang sejati.
Masa depan olahraga bersih bergantung pada komitmen bersama semua pemangku kepentingan. Kesadaran akan bahaya doping harus terus ditingkatkan, didukung oleh sistem pengawasan yang ketat dan teknologi deteksi yang canggih. Hanya dengan upaya bersama ini, dunia olahraga dapat terus berkembang sambil menjunjung tinggi prinsip fair play dan sportivitas.