Sejarah Hari Perhubungan Darat Nasional, Diinisiasi oleh Kemenhub Sejak Tahun 1971

Hari Perhubungan Darat Nasional diperingati setiap 22 November sebagai refleksi pentingnya transportasi darat di Indonesia. Dimulai sejak 1971, perayaan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sistem transportasi darat demi mendukung mobilitas masyarakat dan keberlanjutan ekonomi.

oleh Shani Ramadhan Rasyid diperbarui 22 Nov 2024, 09:47 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2024, 09:47 WIB
Pengusaha minta penundaan kebijakan zero odol
Sejumlah truk melintasi ruas jalan tol Tangerang-Jakarta, Kota Tangerang, Banten, Rabu (2/3/2022). Apindo mengatakan penerapan kebijakan bebas truk kelebihan muatan (over dimension overload/ODOL) akan sulit dilaksanakan pada 2023 karena ekonomi terpuruk akibat covid-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Setiap tanggal 22 November, Indonesia memperingati Hari Perhubungan Darat Nasional. Perayaan ini menjadi momentum untuk mengapresiasi perkembangan transportasi darat di tanah air yang terus memberikan kontribusi besar bagi mobilitas masyarakat dan perekonomian. Dari gerobak tradisional hingga transportasi modern, jalur darat memainkan peran vital dalam keseharian kita.

Peringatan ini berbeda dengan Hari Perhubungan Nasional yang jatuh pada 17 September. Hari Perhubungan Darat Nasional secara khusus dirancang untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas moda transportasi darat, termasuk fasilitas pejalan kaki. Momen ini juga diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sistem transportasi darat yang efisien dan berkelanjutan.

Sejarahnya dimulai pada tahun 1971, ketika Kementerian Perhubungan RI mencanangkan peringatan ini. Dengan tujuan menjadikan jalur darat sebagai akses utama masyarakat, pemerintah terus berupaya meningkatkan layanan dan mengatasi berbagai tantangan, seperti kemacetan hingga polusi.

Berikut selengkapnya:

Awal Mula Hari Perhubungan Darat Nasional

Hari Perhubungan Darat Nasional pertama kali diinisiasi oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia pada tahun 1971. Pada masa itu, pemerintah melihat perlunya sebuah momen khusus untuk mengapresiasi sektor transportasi darat yang menjadi tulang punggung mobilitas masyarakat.

Berbeda dengan Hari Perhubungan Nasional, fokus dari Hari Perhubungan Darat Nasional adalah membangun sistem transportasi darat yang dapat diakses oleh semua kalangan. Mulai dari kereta api hingga jalur pedestrian, setiap aspek transportasi darat mendapat perhatian khusus dalam momen ini.

Menurut situs palcomtech.ac.id, tujuan utamanya adalah mendorong pembangunan lintas darat sebagai akses transportasi utama, mengingat jumlah pengguna transportasi darat jauh lebih banyak dibandingkan moda lainnya, seperti transportasi laut dan udara.

Sejarah Perkembangan Transportasi Darat di Indonesia

Sejarah transportasi darat di Indonesia bermula dari penggunaan tenaga manusia dan hewan seperti pedati, gerobak, serta andong. Alat transportasi sederhana ini menjadi andalan masyarakat sebelum era modernisasi tiba.

Pada masa kolonial, Belanda memainkan peran besar dalam pengembangan infrastruktur transportasi darat, termasuk pembangunan jalur Pantai Utara (Pantura) yang menghubungkan Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur. Jalur sepanjang 1.000 km ini menjadi bagian penting dari jaringan transportasi darat di Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, transportasi darat semakin berkembang. Kereta api, bus, dan angkutan kota mulai mendominasi sebagai moda transportasi pilihan masyarakat. Hingga kini, jalur darat tetap menjadi tulang punggung mobilitas nasional.

Pentingnya Transportasi Darat untuk Mobilitas Masyarakat

Transportasi darat memegang peran krusial dalam mendukung mobilitas masyarakat di Indonesia. Dari angkutan umum seperti bus dan kereta api hingga fasilitas pedestrian, sistem transportasi darat mempermudah aktivitas sehari-hari masyarakat.

Sistem ini juga berkontribusi besar terhadap pemerataan akses, khususnya di daerah terpencil. Pemerintah berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan transportasi darat agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati layanan yang berkualitas.

Seiring berjalannya waktu, modernisasi transportasi darat membawa dampak positif, mulai dari efisiensi waktu hingga kenyamanan. Namun, tantangan seperti kemacetan dan polusi tetap menjadi isu yang perlu diselesaikan secara inovatif.

Tantangan Transportasi Darat di Era Modern

Kemacetan lalu lintas menjadi tantangan utama transportasi darat di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Hal ini tidak hanya menghambat mobilitas, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan polusi udara.

Selain itu, kurangnya infrastruktur yang memadai di beberapa wilayah turut memperlambat perkembangan transportasi darat. Pemerintah perlu meningkatkan investasi dalam pembangunan jalan raya, jalur kereta api, dan fasilitas umum lainnya.

Upaya untuk mengurangi dampak negatif transportasi darat juga mencakup pengembangan sistem transportasi yang ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik dan transportasi massal yang efisien.

Masa Depan Transportasi Darat di Indonesia

Peringatan Hari Perhubungan Darat Nasional menjadi pengingat pentingnya inovasi di sektor transportasi darat. Di masa depan, pemerintah berencana untuk terus mengembangkan sistem transportasi berbasis teknologi dan keberlanjutan.

Penggunaan transportasi umum seperti bus rapid transit (BRT) dan kereta api listrik diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Selain itu, penerapan teknologi seperti pembayaran digital dan pemantauan lalu lintas berbasis AI akan meningkatkan efisiensi sistem transportasi.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan transportasi darat di Indonesia tidak hanya menjadi lebih modern, tetapi juga lebih inklusif dan ramah lingkungan, sehingga mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya