Liputan6.com, Jakarta Angka kelahiran tinggi kerap menjadi perhatian utama akibat ledakan penduduk. Namun, di beberapa negara, rendahnya angka kelahiran justru menjadi persoalan serius. Bahkan banyak individu yang memutuskan untuk tidak memiliki anak karena berbagai alasan pribadi.
China baru-baru ini mengusulkan agar universitas menawarkan kursus pendidikan cinta demi meningkatkan angka pernikahan dan kelahiran. Usulan pelajaran asmara dipublikasikan dalam artikel bertajuk “Universitas Harus Berfungsi sebagai Platform Utama untuk Pendidikan Cinta dan Pernikahan.” Artikel ini diterbitkan pada 2 Desember oleh China Population Daily.
Artikel itu ditulis oleh Yang Hualei dan Li Shuangshuang dari Universitas Ekonomi dan Hukum Zhongnan, Provinsi Hubei. Mereka menyarankan agar universitas menjadi tempat utama bagi mahasiswa untuk mempelajari hubungan romantis secara sistematis.
Advertisement
Laporan ini mengutip survei yang menunjukkan bahwa 56,9 persen kaum muda di China tidak tertarik untuk berpacaran. Survei juga mengungkap bahwa 82 persen mahasiswa mengaku universitas mereka tidak menyediakan kursus tentang cinta dan hubungan.
Berikut Liputan6.com merangkum fakta menarik usulan pelajaran asmara di kampus melansir dari South China Morning Post, Rabu (11/12/2024).
Alasan Pelajaran Asmara Dianggap Perlu
Penurunan angka kelahiran di China menjadi masalah serius yang memerlukan solusi inovatif. Banyak mahasiswa mengaku kesulitan menyeimbangkan studi dan hubungan asmara. Usulan kursus berisi pelajaran cinta dianggap bisa memberikan pengetahuan yang lebih sistematis tentang hubungan romantis.
Para penulis artikel menyoroti bahwa kurangnya pemahaman soal cinta menyebabkan mahasiswa enggan menjalin hubungan. Survei menunjukkan sebagian besar mahasiswa tidak pernah mengikuti kursus serupa di kampus mereka. Hanya 2,5 persen dari mereka yang pernah mendapatkan materi terkait cinta dan hubungan. Penulis artikel itu menyebut universitas sebagai tempat ideal untuk mengajarkan pendidikan cinta.
“Universitas harus menjadi platform utama untuk mempersiapkan generasi muda dalam membangun hubungan sehat,” tulis artikel itu.
Advertisement
Cara Universitas Menerapkan Program Kurus Asmara
Mengintegrasikan kursus cinta ke dalam kurikulum universitas bukan perkara mudah. Penulis artikel mengusulkan model pembelajaran hibrida, gabungan metode daring dan luring. Evaluasi dan umpan balik dari mahasiswa juga dianggap penting.
Universitas disarankan untuk melatih pengajar dengan kualifikasi khusus. Pemerintah juga perlu memberikan dukungan finansial untuk menyukseskan program ini. Semua pihak terkait harus berperan aktif agar program ini berjalan dengan baik.
Penulis artikel menekankan perlunya kolaborasi antara universitas, pemerintah, dan keluarga. “Keluarga harus mempromosikan pandangan positif tentang cinta dan pernikahan,” saran mereka.
Pelajaran Pacaran Jadi Kontroversi
Usulan ini memicu reaksi beragam dari masyarakat dan dunia maya. Beberapa mendukung gagasan itu sebagai langkah inovatif menghadapi krisis pernikahan. Namun, banyak pula yang menganggapnya sebagai solusi yang terburu-buru.
Sejumlah komentar di media sosial menyebut ide tersebut tidak realistis. “Fokuslah pada penyelesaian pengangguran terlebih dahulu! Orang butuh stabilitas keuangan sebelum menikah,” tulis seorang netizen. Lainnya mengkritik pemerintah yang dianggap tidak konsisten dalam mengatur kebijakan kependudukan.
Seorang pengguna media sosial menyoroti ironi kebijakan ini. “Di sekolah dilarang pacaran, tapi di universitas disuruh menikah. Apa selanjutnya? Tidak bisa lulus tanpa punya anak?” sindirnya tajam.
Advertisement