Liputan6.com, Jakarta Dalam menjalin hubungan, ekspektasi adalah bagian alami yang tak terhindarkan. Ekspektasi mencerminkan harapan kita terhadap pasangan, mulai dari perhatian hingga cara mereka berperilaku. Namun, tidak semua ekspektasi dapat diterima begitu saja. Ketika harapan tersebut tidak realistis atau tidak mempertimbangkan kenyataan yang ada, hubungan justru bisa berubah menjadi sumber ketegangan dan konflik.
Baca Juga
Advertisement
Ekspektasi seperti ini sering kali tidak disadari, tetapi dampaknya sangat nyata dan bisa merusak kedekatan emosional antara pasangan. Sumber dari ekspektasi yang tidak realistis biasanya berasal dari pengalaman masa lalu, trauma, atau kebutuhan ego untuk mendapatkan pengakuan.
Tanpa disadari, kita bisa membawa luka lama atau ketakutan terdalam ke dalam hubungan, berharap pasangan mampu mengisi kekosongan itu. Namun, hubungan yang sehat tidak bisa bertahan dengan pondasi harapan yang tidak masuk akal. Sebaliknya, hubungan yang sukses membutuhkan keseimbangan antara realitas, penerimaan, dan komunikasi yang jujur. Berikut5 ekspektasi yang dapat menghancurkan hubungan anda dan pasangan, dirangkum Liputan6.com rangkum dari laman themindsjournal.com, Sabtu (4/1/2024).
1. Pasangan Harus Menghabiskan Sebagian Besar Waktu dengan Saya
Banyak orang berpikir bahwa jika pasangan mencintai mereka, pasangan akan selalu meluangkan sebagian besar waktunya untuk bersama mereka. Padahal, pasangan Anda juga memiliki tanggung jawab, pekerjaan, dan kehidupan pribadinya sendiri. Mengharapkan pasangan untuk terus bersama Anda setiap saat bukan hanya tidak realistis, tetapi juga dapat membuat mereka merasa terkekang.
Hubungan yang sehat membutuhkan keseimbangan antara waktu bersama dan waktu untuk diri sendiri. Memberikan ruang bagi pasangan untuk menjalani aktivitas lain bukan berarti mereka tidak peduli dengan Anda. Sebaliknya, ini menunjukkan kepercayaan dan rasa hormat terhadap kehidupan pribadi mereka.
Berbicaralah secara terbuka dengan pasangan tentang kebutuhan Anda akan perhatian tanpa mengesampingkan kebutuhan mereka. Jika komunikasi terasa kurang, jadwalkan waktu khusus untuk bersama, seperti malam kencan atau aktivitas akhir pekan bersama.
2. Kita Tidak Boleh Berbeda Pendapat tentang Nilai-nilai Moral
Setiap orang dibentuk oleh pengalaman hidup, budaya, dan lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, memiliki pandangan yang berbeda tentang topik tertentu adalah hal yang wajar. Misalnya, Anda mungkin memiliki pandangan yang berbeda tentang cara membesarkan anak, keuangan, atau nilai-nilai agama.
Menganggap perbedaan ini sebagai ancaman terhadap hubungan dapat menyebabkan konflik yang tidak perlu. Penting untuk memahami bahwa perbedaan pendapat tidak selalu berarti pasangan Anda salah atau kurang menghormati Anda.
Diskusikan perbedaan tersebut dengan kepala dingin dan sikap terbuka. Jika perbedaan ini sangat mendasar dan memengaruhi fondasi hubungan, seperti nilai inti atau visi masa depan, Anda dan pasangan dapat mempertimbangkan apakah hubungan tersebut dapat dilanjutkan.
Advertisement
3. Pasangan Harus Tahu Apa yang Saya Rasakan tanpa Saya Mengatakannya
Banyak orang mengharapkan pasangannya untuk "membaca pikiran" dan tahu apa yang mereka rasakan tanpa komunikasi yang jelas. Misalnya, Anda merasa sedih atau kesal, tetapi tidak memberitahu pasangan mengapa Anda merasa demikian. Ketika pasangan tidak memberikan respons yang diharapkan, Anda mungkin merasa mereka tidak peduli.
Faktanya, pasangan Anda bukan pembaca pikiran. Ketidakmampuan mereka untuk menebak perasaan Anda bukan berarti mereka tidak peduli atau tidak mencintai Anda. Komunikasi yang jujur adalah kunci untuk menghindari kesalahpahaman semacam ini.
Biasakan untuk menyampaikan perasaan Anda secara langsung dan jelas. Misalnya, daripada mengatakan, "Kamu harusnya tahu kenapa aku marah," katakanlah, "Aku merasa kesal karena...". Dengan cara ini, pasangan Anda akan lebih memahami kebutuhan emosional Anda tanpa merasa bingung atau disalahkan.
4. Saya Harus Menjadi Prioritas Utama dalam Hidup Pasangan
Meskipun menjadi prioritas dalam hidup pasangan adalah hal yang wajar untuk diinginkan, mengharapkan diri Anda menjadi fokus utama mereka sepanjang waktu bisa menjadi hal yang tidak realistis. Setiap orang memiliki prioritas yang berbeda, seperti pekerjaan, keluarga, atau impian pribadi.
Ketika Anda merasa kecewa karena pasangan Anda tidak selalu menempatkan Anda di atas segalanya, ini sering kali mencerminkan kebutuhan emosional Anda sendiri. Misalnya, Anda mungkin merasa kurang dihargai atau takut kehilangan mereka.
Daripada menuntut menjadi prioritas utama, fokuslah pada hubungan yang seimbang. Diskusikan kebutuhan Anda dengan pasangan, tetapi juga cobalah untuk memahami dan mendukung prioritas mereka. Introspeksi diri juga penting untuk memahami apakah kebutuhan ini berasal dari ketidakamanan pribadi yang perlu diatasi.
5. Pasangan Harus Sempurna
Mengharapkan pasangan untuk memenuhi semua standar sempurna Anda adalah jalan menuju kekecewaan. Tidak ada manusia yang sempurna, dan setiap orang pasti memiliki kekurangan. Fokus pada kesalahan pasangan atau menuntut mereka untuk berubah sesuai keinginan Anda hanya akan menciptakan jarak dalam hubungan.
Hubungan yang sehat adalah tentang menerima pasangan apa adanya, termasuk kekurangan mereka. Ketika Anda berhenti mencari kesempurnaan, Anda dapat lebih fokus pada kualitas baik pasangan yang membuat hubungan bermakna.
Alih-alih menuntut kesempurnaan, apresiasi usaha pasangan untuk menjadi versi terbaik dirinya. Bangun hubungan yang didasarkan pada penerimaan dan rasa hormat, bukan pada ekspektasi yang tidak realistis.
Advertisement